//
"La Kalando, aku temui dirimu untuk meminta pertanggungjawabanmu. Putriku sakit keras karena engkau menyepelekan cintanya. Engkau telah memilih wanita lain jadi istrimu. Temuilah putriku dan obati sakitnya. Jika itu tidak kau lakukan, Kerajaan Tindalu akan aku sapu bersih. Ingat Kalando!"
"Iyye Puang."
Tak lama kemudian, secara diam-diam Raja La Kalando segera ke Massenrepulu menemui putri semata wayang dari raja. Lalu keduanya menikah secara diam-diam. Karena cintanya yang dalam kepada sang putri, Raja La Kalando, lupa permaisuri dan lupa pula Kerajaan Tindalu.
Raja Lakalando dan Putri Raja Massenrepulu tidak bisa menyembunyikan gelora cintanya. Keduanya memadu kasih melupakan segala-segalanya. Keduanya hanya tahu dunia ini milik mereka berdua, yang lain hanya ngontrak saja.
Demi cinta, La Kalando, lepas segalanya, juga sang putrid. Keduanya bagai sepasang merpati terbang bebas kemana saja. Lembah-lembah dan lereng-lereng bukit dilewati kedua sejoli ini untuk memadu kasih. Hingga keduanya penat dan memilih tinggal di satu lereng untuk selamanya. Di tempat itulah kemudian disebut Buntu Kabobong.
Amping Lau, 13 Desember 2017
Glosary: Iyye Puang: jawaban iya pada orang yang dihormati. Mellaorilangi: orang yang turun dari langit. To Manurung : orang yang turun dan muncul tiba-tiba di suatu tempat. Buntu Kabobong: Gunung Nona, gunung berbentuk serupa dengan alat reprodukasi wanita.
Note: Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan belaka,semuanya rekaan penulis semata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H