Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen ǀ Nyanyian Cinta dari Buntu Kabobong

14 Desember 2017   17:06 Diperbarui: 14 Desember 2017   23:21 2043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Koleksi Pribadi)

//

"La Kalando, aku temui dirimu untuk meminta pertanggungjawabanmu. Putriku sakit keras karena engkau menyepelekan cintanya. Engkau telah memilih wanita lain jadi istrimu. Temuilah putriku dan obati sakitnya. Jika itu tidak kau lakukan, Kerajaan Tindalu akan aku sapu bersih. Ingat Kalando!"

"Iyye Puang."

Tak lama kemudian, secara diam-diam Raja La Kalando segera ke Massenrepulu menemui putri semata wayang dari raja. Lalu keduanya menikah secara diam-diam. Karena cintanya yang dalam kepada sang putri, Raja La Kalando, lupa permaisuri dan lupa pula Kerajaan Tindalu.

Raja Lakalando dan Putri Raja Massenrepulu tidak bisa menyembunyikan gelora cintanya. Keduanya memadu kasih melupakan segala-segalanya. Keduanya hanya tahu dunia ini milik mereka berdua, yang lain hanya ngontrak saja.

Demi cinta, La Kalando, lepas segalanya, juga sang putrid. Keduanya bagai sepasang merpati terbang bebas kemana saja. Lembah-lembah dan lereng-lereng bukit dilewati kedua sejoli ini untuk memadu kasih. Hingga keduanya penat dan memilih tinggal di satu lereng untuk selamanya. Di tempat itulah kemudian disebut  Buntu Kabobong.

 Amping Lau, 13 Desember 2017

Glosary: Iyye Puang: jawaban  iya pada orang yang dihormati. Mellaorilangi:  orang yang turun dari  langit. To Manurung : orang yang turun dan muncul tiba-tiba di suatu tempat. Buntu Kabobong: Gunung Nona, gunung berbentuk serupa dengan alat reprodukasi wanita.

Note: Kesamaan nama dan tempat  hanya kebetulan belaka,semuanya rekaan penulis semata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun