Jika kita amati dari pengalaman sejarah bangsa, pendidikan karakter sesungguhnya bukanlah hal yang baru dalam tradisi Pendidikan di Indonesia. Beberapa pendidik Indonesia modern yang kita kenal seperti R.A Kartini, Ki Hajar Dewantara, Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Moh. Natsir, dan lain-lain, telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai pembentuk kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan konteks dan situasi yang mereka alami.Â
Pembinaan pendidikan anak adalah kebutuhan dasar seseorang dalam melanjutkan kehidupannya. Pembinaan adalah proses, cara, dan perbuatan membina (Negara dan sebagainya).Â
Pembinaan merupakan suatu usaha untuk pembentukan kepribadian yang mandiri dan sempurna serta dapat bertanggung jawab atau suatu usaha, pengaruh, pelindungan dalam bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada kekuasaan anak itu, atau lebih cepat untuk membantu anak agar cakap dalam melaksanakan tugas hidup sendiri, pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku pintar hidup sehari-hari, bimbingan dana sehat yang memotivasinya agar giat belajar), serta ditujukan kepada orang yang belum dewasa.Â
Pendidikan adalah proses pembelajaran bagi peserta didik untuk mengetahui, memahami, dan mengamalkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut, manusia mencari dan memilih sekolah atau tempat pendidikan yang memiliki kualitas yang baik, sebab pendidikan sekolah atau madrasah adalah lanjutan pendidikan keluarga atau orang tua.Â
Seiring perkembangan dunia pendidikan, lembaga pendidikan Indonesia saat ini semakin banyak bukan hanya sekolah negeri, pesantren dan madrasah, melainkan didirikan sekolah Islam terpadu untuk mengimbangi lembaga pendidikan yang sudah ada sejak dahulu.
Pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak, baik rumah tangga dalam hal ini institusi pendidikan keluarga, institusi pendidikan formal atau sekolah, dan institusi pendidikan non-formal atau masyarakat luas.Â
Peran maksimal ketiga institusi pendidikan ini akan memberi pengaruh optimal dalam pembentukan karakter anak dan lebih optimal lagi, manakala ketiga institusi pendidikan ini saling melengkapi dan berfungsi sebagaimana satu sistem yang utuh. Oleh karena itu, diperlukan educational networks.
Adapun sesuai pengamatan yang telah kita amati pembinaan anak-anak di Desa Gunung Kendeng ini lebih condong kepada pendidikan keagamaan diantaranya melalui Pendidikan Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA), dan melaksanakan pengajian setelah maghrib ke Ustadz dan Kiyai setempat.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.Â
Makna dari ketentuan tersebut hakekatnya memandang pendidikan sebagai proses untuk membantu anak dan generasi muda untuk menjadi manusia dewasa yang cerdas, berkarakter, bermoral, berilmu, bertaqwa, dan menguasai ketetrampilan vokasional/profesional.
Karakter merupakan watak atau ciri seseorang yang dapat membedakan satu dengan yang lainnya. Karakter dapat memberikan peran dan fungsi terhadap tingkah laku seseorang. Karakter itu perlu dengan sengaja dibangun, dibentuk, ditempa dan dikembangkan serta dimantapkan. Di dalam membangun karakter sangat dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan, baik lingkungan kecil di dalam rumah, di dalam masyarakat, meluas di dalam kehidupan berbangsa.
Pembentukan karakter merupakan proses tanpa henti yang diperoleh dari pendidikan, pengalaman hidup dan lingkungannya. Lembaga pendidikan harus berupaya untuk menjadi lembaga yang benar-benar dapat memberikan kontribusi kepada negara dan bangsa khususnya, dan kepada mutu kehidupan dan kemanusiaan pada umumnya, mewujudkan program pendidikan karakter berintegritas, unggul dalam perbuatan, berbagi dengan sesama, beriman kepada Tuhan, dengan harapan dapat menyemai dan memupuk agar tumbuh pembaharuan karakter berdasarkan nilai yang dimiliki untuk mewujudkan perbuatan berbudi luhur.
Pendidikan adalah suatu hak yang wajib dimiliki oleh setiap individu karena sesuai dengan peraturan negara dan agama bahwa semua orang berkesempatan untuk mendapat pendidikan.Â
Pendidikan bertujuan untuk mendidik seseorang untuk mengembangkan kepribadian diri sehingga di masa depannya, ia memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain. Dalam hal ini kami membagi pendidikan menjadi tiga bentuk yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal dan informal.
- pendidikan formal
Jalur pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal baik dari negara atau swasta. Pendidikan formal ini memiliki jenjang pendidikan yang lebih jelas, yakni pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Di Desa Gunungkendeng terdapat 3 Sekolah Dasar dan 1 Madrasah Tsanawiyah.Â
Adapun yang dijadikan sebagai data dalam penelitian kelompok kami yaitu SDN 02 Gunung Kendeng dan MTs Nur-Insan. Kami mengajar di SD setiap hari Senin-Selasa dan Rabu-Kamis mengajar di MTs.Â
Dengan adanya pendidikan sekolah dasar dan madrasah tsanawiyah dapat membentuk karakter anak di lingkungan sekolah. Di sekolah anak-anak diajarkan sesuatu yang tidak mereka dapatkan di rumah. Sehingga peran sekolah ini sangatlah penting dalam pembinaan karakter anak. Di sekolah anak-anak dididik oleh tenaga pengajar yang profesional seperti guru.
- Pendidikan non formal
jalur pendidikan yang diselenggarakan di luar lingkungan pendidikan formal yang biasanya memiliki kurikulum dan berjenjang sehingga lebih terstruktur. Pendidikan non formal berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan yang lebih spesifik.Â
Di pendidikan non formal ini bisa diselenggarakan di tempat pendidikan yang tidak formal seperti MDA. Pendidikan non formal biasanya berperan sebagai pelengkap untuk kegiatan belajar di pendidikan formal, akan tetapi pada kenyataannya, pendidikan non formal memiliki peranan yang sama penting bahkan lebih penting daripada pendidikan non formal karena pendidikan non formal ini bisa dimulai di mana saja.Â
Mulai dari lingkungan yang paling sederhana, yakni keluarga. Sebagian besar kepribadian seseorang akan dipengaruhi oleh orang terdekat mereka dan orang tua memenuhi kriteria ini karena orang tua merupakan orang pertama yang berinteraksi dengan individu ketika masih muda sehingga tergantung dengan bagaimana orang tua membesarkan anaknya, baik itu secara otoritas, demokratis, situasional, atau permisif, hal ini akan berpengaruh besar terhadap pengembangan individu nantinya.
Pendidikan non formal juga bisa berbentuk organisasi atau lembaga tidak resmi seperti kursus. Kursus bertujuan untuk mengembangkan potensi nilai seseorang dengan pengetahuan dan keterampilan yang lebih spesifik, serta pembelajarannya lebih fleksibel yang memberikan kebebasan ruang untuk mengembangkan pola pikir peserta didik sehingga ini merupakan salah satu kelebihan dari pendidikan non formal.
Sekolah Madrasah Diniyah awaliyah atau sekolah agama adalah sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak belajar agama. Biasanya MDA ini dimulai pada pukul 14.00 sampai pukul 15.00 WIB. Di MDA ini anak-anak akan belajar tentang cara membaca huruf hijaiyah, menulis huruf hijaiyah, dan menghafal surah-surah pendek. serta mengahafal bahasa Arab.Â
Di setiap desa atau kampung setiap orang tua akan menginginkan anak-anaknya untuk belajar di MDA atau sekolah agama. Pengaruh dari pembelajaran melalui Madrasah Diniyah agama ini kepada karakter anak adalah akan membuat anak-anak menjadi lebih paham dan mengetahui tentang pembelajaran-pembelajaran ilmu agama. Dan akan membuat anak-anak lebih bisa cepat mengerti dan bisa cepat hafal tentang ilmu agama yang seharusnya memang sudah mereka ketahui dari kecil.
Adapun kekurangan dari pendidikan non formal adalah tidak dianggap sama pentingnya dengan pendidikan formal oleh masyarakat. Masyarakat menganggap kalau pendidikan non formal hanya berfungsi sebagai suplemen sehingga pencapaian seseorang di pendidikan non formal lebih sulit diakui daripada pendidikan formal.
Jenis pendidikan terakhir yang tidak kalah penting dan dianggap sebagai penentu kelulusan seseorang di pendidikan formal dan non formal adalah pendidikan informal. Pendidikan informal memiliki pengaruh yang paling kuat karena pendidikan ini bisa dimulai di mana saja dan bisa berlangsung sampai usia akhir individu.Â
Di lingkungan pendidikan informal, seseorang diharapkan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajarinya di pendidikan formal atau non formal seperti cara bersosialisasi, bermusyawarah, menentukan sikap, dan semacamnya sehingga anggota masyarakat selalu menjadi media utama pendidikan informal.
Walaupun bisa dimulai di mana saja, pendidikan informal hanya bisa disebut pendidikan jika dilakukan secara sadar dan teratur, tetapi tidak seketat peraturan di pendidikan formal.Â
Pendidikan informal bisa menjadi kesempatan belajar bagi mereka yang tidak bisa memiliki akses pendidikan formal sehingga bisa digunakan oleh negara ataupun masyarakat untuk menarik peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baru selama ilmu yang dipelajari berhubungan dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat saat itu juga.
Dosen pembimbing lapangan (dpl) : Dr. Badrudin, M.Ag
Penulis Artikel : Laeli Purnala1, Denisa Ayuningsih, Annisa Mariana, Alfin Maghfiroh.
Sekian artikel yang kami buat, semoga bermanfaat untuk kalian yang membaca
Daftar pustaka
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta: PT Gransindo, 2007) hal. 44
 Di akses dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)Â
Kaimuddin, Pembentuan Karakter Anak melalui Lembaga Penididikan Informal, Jurnal al-maiyyah, vol. 11 No. 1 Januari 2018. hal. 133
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H