Peneliti mengembangkan vaksin yang baru memasuki 2 tahap, yaitu sistem kekebalan humoral dan kekebalan yang diperantarai sel. Oleh karena itu, riset tahap 1 dimulai dari 20-50 orang sukarelawan untuk mendapatkan informasi awal.Â
Di tahap yang kedua, peneliti melakukan riset dengan ratusan sukarelawan untuk dapat memastikan keamanan tambahan dari vaksin yang dibuat. Hal ini bertujuan supaya simpanse tidak mengalami cacat karena efek samping dari vaksin yang diberikan.
Dikembangkannya vaksin HIV dengan menggunakan simpanse sebagai bahan uji coba merupakan pilihan terbaik untuk abad ini karena Penggunaan simpanse sebagai bahan uji coba vaksin HIV karena beberapa factor, yaitu :
- Dekatnya hubungan kekerabatan manusia dengan simpanse
- Memiliki bebrepa kesamaan genom (keseluruhan asam nukleat/penyusun DNA yang memuat informasi), sekitar 96%.
- Satu-satunya model hewan yang dapat terinfeksi virus hepatitis B atau C.
- Memudahkan peneliti dalam mengamati efek samping dari vaksin yang dibuat.
Hal ini didukung oleh buku yang ditulis oleh Committee on Long-Term Care of Chimpanzees bahwa manusia dan simpanse memiliki kekerabatan genetis yang dekat (Bolognesi, dkk., 1997).Â
Selain itu, pernyataan ini juga didukung oleh  (Knight,2007), menyatakan bahwa Simpanse memiliki masa penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi yang mirip dengan manusia dibandingkan dengan anjing, tikus, dan bahan uji coba lainnya.Â
Hal ini membantu dalam kemajuan di bidang farmakokinetik. Riset menunjukkan bahwa HIV adalah penyakit yang paling sering diteliti, karena kecepatan virus HIV yang menyerang sistem imun dan belum ditemukannya obat yang sesuai dengan tipe dari kedua virus HIV.Â
Selain itu apabila seseorang yang terinfeksi  melakukan pemeriksaan HIV-1 dan hasilnya negatif, belum dapat dipastikan bahwa orang tersebut tidak terinfeksi HIV-2.
Penggunaan simpanse sebagai bahan uji coba obat HIV turut serta dalam penelitian tingkah laku simpanse dan perkembangan virus secara berkala. Hal tersebut membantu dalam proses pembelajaran serta proses penemuan obat HIV.Â
Proses penelitian HIV membantu peneliti dalam mencari antibodi yang paling efektif dalam memerangi HIV. Berdasar jurnal yang didapat, hanya 0,3% dari keseluruhan percobaan yang dilakukan menggunakan hewan.Â
Berdasarkan aturan yang diberikan oleh National Institutes of Health National Center for Research Resources, reproduksi simpanse dibatasi pada simpanse yang dimiliki pemerintah.Â
Dalam prosesnya, peneliti diwajibkan untuk memperhatikan kesejahteraan simpanse. Semakin tingginya tingkat kesejahteraan dari kontingen dan tekanan dari lingkungan memudahkan peneliti dalam mengamati efek samping HIV. Simpanse merupakan hewan sosial, sehingga perilaku sosial dari simpanse harus informatif, dalam merancang perawatan  terbaik simpanse.