I. Pendahuluan
Tambak adalah salah satu istilah dalam budidaya perairan (akuakultur) yang sering juga disebut dengan “gili-gili” dan “tabat” oleh sejumlah orang dari daerah berbeda. Meskipun namanya tidak sama, namun ketiganya mengarah pada arti / definisi yang sama. Secara umum, ketiga istilah di atas, yakni gili-gili, tabat dan tambak, didefinisikan sebagai sebuah area dengan luas tertentu dan berisikan air sebagai tempat untuk budidaya perikanan atau akuakultur.
Untuk penyebutan tambak biasanya orang-orang menggunakan istilah yang spesifik yang menunjukkan budidaya apa yang dikembangkan oleh pemilik tambang, misalkan "tambak udang" berarti tambak yang digunakan untuk membudidayakan udang.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami dari kelompok 5 Universitas Muhammadiyah Purworejo yang beranggotakan :
1. Aditya Zaki Gemawan Fauzi (242180027)
2. Deva Indri Irasariagustin (242180036)
3. Lintang Renggi Septiana (242180039)
4 . Khoirunnisa Amiroh (242180021)
akan melakukan observasi tambak udang di Desa Pagak, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah
II. Metode Penelitian
Metode penelitian yang kami lakukan adalah wawancara, untuk alat alatnya yaitu kertas untuk mencatat dan berisi pertanyaan serta pulpen untuk menulis jawaban dari narasumber.
III. Hasil Wawancara
Hasil wawancara adalah sebagai berikut:
a. Tanggal : 5 November 2024
b. Tempat : Desa Pagak, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah
c. Dialog wawancara:
Lintang : “Hewan apa yang bapak atau ibu budidayakan, mengapa sih bapak sendiri memilih hewan ini?”
Pemilik Tambak : “Ya jelas udang vaname.”
Lintang : “Kenapa pak memilih udang vaname ini yang dibudidayakan?”
Pemilik Tambak: “Karena dari nilai ekonomisnya lebih besar.”
Lintang : “Terus cara bapak memperbanyak ternak ini atau hewan ini, khususnya?”
Pemilik Tambak : “Kalo ini kan sudah dijumlah tebarannya itu, Ya kan sebelum beranak sudah bertelur dulu, berarti tidak bisa diperbanyak.”
Lintang : “Berarti dari benih itu.”
Pemilik Tambak : “Ya dari benih, jadi sama kita tebarannya….”
Nissa : “2000 gitu?”
Pemilik Tambak : “Ya, 2000 ya 2000 gitu jadi nggak beranak waktu dipanen.”
Lintang : “Terus faktor-faktor apa aja sih yang mempengaruhi pertumbuhan hewan ternaknya?”
Pemilik Tambak : “Yang jelas sih lingkungan ya terutama terus dari makan, sistem penggantian air itu aja sih.”
Lintang : “Kendala apa yang bapak alami selama membudidayakan hewan ini terus bagaimana sih bapak mengatasinya?”
Pemilik Tambak : “Yang jelas sih kendalanya kan terutama di masalah penyakit ya yang belum ada solusinya sampai dengan sekarang itu aja sih.”
Lintang : “Cara bapak meningkatkan produktivitas atau kualitas udang ini sendiri itu gimana sih pak terus agar udangnya itu hasilnya maksimal itu bapak melakukan apa saja?”
Pemilik Tambak : “Yang jelas yang pertama pemilihan bibit terus kemudian pakan sama jaga lingkungan aja sih.”
IV. Kesimpulan
Kesimpulan dari wawancara ini adalah pemilik tambak lebih memilih untuk membudidayakan udang vaname karena memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Proses pembudidayaannya dimulai dengan menebar benih udang yang sudah bertelur, dan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhannya adalah lingkungan, pakan, dan sistem penggantian air. Kendala utama yang dihadapi adalah masalah penyakit yang belum ada solusinya. Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas udang, pemilik tambak fokus pada pemilihan bibit yang baik, pemberian pakan yang tepat, serta menjaga kondisi lingkungan tambak tetap optimal.
V. Daftar Pustaka
https://www.pengadaanbarang.co.id/2021/10/tambak-udang.html
VI. Lampiran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H