Bukankah sudah kulapangkan dadamu, kuturunkan beban berat di pundakmu, dan kumuliakan namamu. sungguh, bersama kesulitan selalu ada kemudahan. bersama kesulitan benar-benar selalu ada kemudahan. jika telah selesai dengan satu pekerjaan, bersiaplah pada pekerjaan selanjutnya. dan, kepada Tuhanmu semata hendaknya kau berharap (QS. Al-Insyirah:1-18).
ayat "bersama kesulitan selalu ada kemudahan" bisa pula dipahami " kebahagiaan selalu ada bersama-sama penderitaan".
Nah, dalam ayat itu, kenapa Allah mendahulukan kesulitan atau penderitaan ketimbang kemudahan atau kebahagiaan? apa yang bisa dipelajari dari penempatan seperti itu?
BARANGKALI sudah menjadi karakter kebanyakan manusia, kita cenderung lebih memperhatikan penderitaan ketimbang kebahagiaan. something wrong lebih mengalihkan perhatian daripada something right. dalam bisnis media massa dikenal: Bad News Is Good News. sebuah gigi yang sakit akan lebih diperhatikan daripada sekian gigi yang sehat. satu anggota badan yang sakit akan lebih meyita perhatian daripada anggota badan yang lain yang tidak sakit.atau ketika ada teman saya yang mengeluh dengan mata kulia jaminan,katanya terlalu banyak pelajaran berhitung (mungkin dia sangat benci ilmu berhitung), dari sekian banyak matakulia,,hanya mata kulia jaminan yang jadi perhatian(hehe). Bisa disebutkan sekian contoh bagaimana kita pernah mengalami penderitaan dan kesulitan. Begitu menyita perhatian, terkadang penderitaan dan kesulitan membuat orang berputus asa, merasa hidupnya sempit dan buntu.
Dengan ayat itu, Allah hendak mengatakan bahwa kesulitan tidak berdiri sendiri. Ia selalu berdampingan dengan kemudahan. Bahkan, Allah perlu mengatakan itu dengan kalimat-kalimat penegasan. Pertama kata "sungguh atau benar-benar". yang kedua adalah pengulangan kalimat " kesulitan akan ada kemudahan". penegasan ini meyakinkan agar kita selalu optimis dan tak sepatutnya larut dalam duka musibah dan bencana.
Ada sebuah buku karya Jonathan Haidt yang berjudul " The Happiness Hypothesis" yang berisi kumpulan hasil-hasil penelitian. Jika para psikolog meneliti akibat-akibat buruk dari stres, dalam buku itu justru dipaparkan keuntungan-keuntungannya. disebutkan bahwa dalam stres ternyata bisa meningkatkan kualitas kebahagiaan. jika kita misalnya meraih gelar sarjana dengan melewati proses yang membuat stres maka gelar itu akan kita terima dengan sangat lega dan bahagia. apalagi klo suda dicoret2 proposalnya dan bahkan harus diganti judul dan rumusan masalanya (hehe). stelah baca buku itu, saya berdoa, semoga stres kembali datang dalam hidup saya agar kualitas kebahagian saya bisa meningkat.
Demikian AL Quran mengajarkan ke setiap manusia: bahwa bersama kesulitan benar-benar selalu ada kemudahan. jangan habiskan perhatian kita pada penderitaan dan kesulitan, sebab itu akan membawa pada penderitaan dan kesulitan. selanjutnya, arahkan perhatian pada kenikmatan yang ada.
MENSYUKURI MUSIBAH
Barangkali kita pernah bertanya-tanya, kenapa perlu diciptakan keburukan dan penderitaan?
itu bisa jadi menjadi pertanyaan bagi siapapun yang pernah menderita, bukan hanya kaum filosofis saja. dan tentu saja akan ada jawaban beragam.