"Astagfirullahalazim. Maaf, Mas. Bayyinah ketiduran." Pria itu tersenyum membuat Bayyinah benar-benar malu. Apa benar pria itu melihatnya ketika tertidur? Sedetik kemudian, gadis itu menatap ke sekitar penjuru, tanpa ia sadari, mereka sudah berada di depan gerbang rumahnya.
Gadis itu membuka pintu mobil dengan cepat, berjalan menjauh. Pria itu juga turun dari mobilnya dan membawakan beberapa barang milik Bayyinah. Pria itu tidak masuk, melainkan hanya berdiri di ambang pintu saja. Bayyinah menatap tajam wajah pria itu sehingga ia melupakan suatu hal. Adakah kalian yang bisa menebaknya?
"Syukron, Mas Abil. Jazakallahu khairan katsiran." Langkah gadis itu mundur secara perlahan dan berbalik. Ia hampir saja lupa untuk mengucapkan terima kasih.
"Wa iyyaki, Bayyinah," jawabnya sebelum berlalu pergi. Pria itu mendongak, menatap di mana Bayyinah masih diam mematung.
"Ma'assalamah wa anti, Bayyinah." Abil tersenyum simpul sesaat setelah menjawab penuturan Bayyinah. Setelahnya pria itu masuk ke dalam mobilnya. Tak berselang lama mobil itu benar-benar menghilang dari pandangan yang hanya menyisakan Bayyinah dengan wajah tiba-tiba seperti kepiting rebus.
"Ada lagi?" Gadis itu tersenyum, menampilkan deretan gigi putih yang berjajar rapi. Setelah sekian lama sama-sama membisu, pria itu memulai percakapan terlebih dahulu.Â
"Fii amanillah, Mas." Pria itu hanya mengangguk. Sedetik kemudian sorot lampu mobil menyala. Sementara gadis itu membalikkam badan dan melangkah masuk. Namun, belum setengah dari langkahnya suara bariton dari belakang membuat aktivitasnya terhenti.Â
"Pertahankan, Bayyinah. Kamu terlihat cantik jika memakai jilbab panjang itu." Telak. Lengkungan manis dari bibir mungilnya terbit membuat Bayyinah tak dapat lagi menyembunyikannya. Merona. Warna merah menjalar begitu cepat ke sekujur wajahnya. Oh Allah, bolehkah ia mengartikan kalimat itu sebagai perhatian kecil? Sungguh, sekarang ia ingin sekali terbang menembus awan. Kupu-kupu seakan beterbangan di perutnya dan menggelitiki.Â
Sesaat setelahnya, mobil itu melaju dan dalam seperkian setik saja mobil itu menghilang dari pandangannya.Â
Pria itu? Berkat pria itu, inilah Bayyinah sekarang. Seorang gadis yang berhasil menemukan jati dirinya kembali. Sesosok pria yang berhasil membawa Bayyinah keliar dari belenggu poros yang hitam. Pria yang berhasil meyakinkannya bahwa takdir Allah adalah yang terbaik.
Hidup ini seperti mangkuk. Semua orang mendapatkan posisinya masing-masing dari Ilahi. Pun tidak semua suapan terakhir dalam kehidupan akan berakhir tawa maupun air mata. Kecuali hidup itu adalah mimpi. Memangnya kenapa jika tidak ada kisah yang happy maupun sad ending? Kenyataannya ending sebuah kisah dalam kehidupan ini adalah kematian. Ketika roh dan raga yang terpisah dari kuku yang tercabut dari jarinya.