Mohon tunggu...
Silla Agustin
Silla Agustin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Penulis/Juara lomba cerpen/SMA Negeri 1 Pandaan

Aku tidak sebaik kamu, pun dengan tulisanku. "Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu." _Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balutan Cinta Rasulullah

27 Januari 2024   06:43 Diperbarui: 18 Mei 2024   11:59 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ustazah maaf jika pertanyaan Fatimah menyimpang dari pembahasan kali ini. Saya cuma mau tahu, bagaimana adab berpakaian seorang muslimah menurut Islam?" Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengeluarkan unek-unek ketika melihat cara berpakaian Fathia yang membuat aku risih.

"Aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Seorang wanita harus bisa menjaga kehormatan, pandangan dan hati dari segala macam zina. Ada pun adab mengenakan hijab menurut syari'at Islam. Hijab yang dikenakan harus menutup dada dan seluruh tubuh, menggunakan jilbab yang longgar, bahannya tidak terawang dan tidak terlalu banyak model--"

"Tapi Ustazah, kita akan terlihat seperti ibu-ibu, dan kita akan ketinggalan trend hijab kekinian." Sanggah Fathia ketika ia mulai sadar pertanyaan serta jawaban itu mengarah padanya.

"Saya paham, Nak Fathia. Namun, kecantikan bukan terletak pada pakaian yang dipakai, tetapi ia bergantung pada keelokan akhlak dan budi pekerti. Tutuplah auratmu wahai muslimah sebelum Allah menutupnya dalam timbunan tanah." 

"Ustazah, apakah dengan bertaaruf bisa menghindari zina?" Kini giliran pria bermata elang yang bertanya kepada Ustazah Maryam.

"Bisa. Seorang laki-laki yang baik agamanya, ia akan menjunjung kehormatan wanita. Ia akan menjaga pandangan dan menjauhi zina dengan cara bertaaruf," lanjut Ustazah Maryam yang entah mengapa membuat Maziyah berdeham seketika.

"Sudah dikode, Fat." Tawa kecil terdengar dengan kedua alisnya yang dinaik turunkan. Ah, gadis ini suka sekali menggodaku. 

"Ustaz, jika membahas sunah Nabi, apakah berdosa bagi seorang suami yang berpoligami tanpa sepengetahuan istri sebelumnya?" 

"Si suami tidak berdosa dan dia tidak perlu meminta izin istri pertamanya. Dalam Al-quran surat An-Nisa ayat 3 dijelaskan, nikahilah wanita-wanita lain yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka kawinlah seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniayah."

"Kenapa harus poligami sedangkan sunah Nabi itu banyak. Semisal ada salat tahajud, puasa Senin Kamis, salat duha--" Kalimatku terpangkas.

"Poligami itu sunah, tapi menjaga kerukunan rumah tangga itu hukumnya wajib. Bukankah di surat An-Nisa telah dikatakan jika kamu takut tidak bisa berlaku adil maka nikahilah seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki." Hening kembali tercipta. Bungkam, seolah semua kamus kata dalam otak ini hirap seketika. Apalah dayaku, hanya mampu menundukkan pandangan. Ah, aku harus bisa menjaga hati. Seperti Sayyidatina Fatimah dan Sayyid Ali bin Abi Thalib, saling mencintai dalam diam bahkan setan pun tidak mengetahuinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun