Mohon tunggu...
Silla Agustin
Silla Agustin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Penulis/Juara lomba cerpen/SMA Negeri 1 Pandaan

Aku tidak sebaik kamu, pun dengan tulisanku. "Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu." _Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Anemia

31 Desember 2023   13:58 Diperbarui: 31 Desember 2023   15:13 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sudah, Bu. Pasien sudah boleh pulang," jawabnya yang membuat Umi Maryam tersenyum bahagia. Rasanya wanita paruh baya itu ingin loncat di atas kasur, berteriak, terbang, dan mengumumkan bahwa putrinya sudah pulih seperti semula.

"Nanti di rumah perbanyak minum air putih, konsumsi makanan dan minuman mengandung gula, hindari berdiri terlalu lama, hindari gerakan mendadak, hindari minuman alkohol, konsumsi garam, dan perhatikan pola makan."

"Tidak hanya itu, sebisa mungkin untuk mengurangi mengonsumsi kafein, seledri, bayam, gorengan, dan makanan pedas. Boleh makan, tapi jangan berlebihan. Karena segala yang berlebihan itu tidak baik 'kan Pak, Bu?" Abi dan umi terkekeh mendengar penuturan dan wejangan dari dokter. Sungguh, dokter itu sangatlah ramah dan sabar. Ia mau menjelaskan secara detail kepada orang tua pasien mulai dari pengertian darah rendah sampai cara pencegahan dan lain sebagainya.

Setelah itu pria berjas putih keluar ruangan yang hanya menyisakan Dewi dan kedua orang tuanya. Tak lama datanglah seorang suster yang bertugas untuk melepaskan infus Dewi. Begitu pula Abi Hamka yang berlalu pergi untuk menebus obat yang telah diresepkan oleh dokter.

Semua ketegangan telah berakhir, pun dengan kondisi Dewi. Wajahnya tak sepucat awal saat ia dilarikan ke rumah sakit. Pusing yang mendiami kepalanya pun sedikit demi sedikit mulai mereda. Dari sini, Dewi dan orang tuanya dapat memetik sebuah hikmah besar dari kejadian hari ini. Di mana ujian ini datang dari Allah. Bagaimanapun juga semuanya adalah qada dan qadar Allah sejak azali. Sebesar apapun ujian itu, satu hal yang nyata, yaitu Allah akan bersama orang-orang yang sabar. Bukankah janji Allah itu nyata adanya? Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Manusia diuji oleh dua perkara, nikmat dan musibah. Apabila diberi nikmat maka harus perbanyak bersyukur dan apabila ditimpa musibah haruslah banyak bersabar. Jika Allah memberi sakit, maka Allah pula yang akan memberikan obatnya. Jika Allah memberi sebuah masalah, maka Allah pula yang akan memberikan jalan. Dari Dewi kita bisa belajar bahwa alangkah baiknya jika kita bisa menjaga kesehatan tubuh bukan? Bisa dengan cara olahraga yang teratur, makan-makanan yang seimbang, tidak bergadang, melakukan konsultasi kepada dokter apabila sakit yang diderita tak kunjung membaik. Setidaknya upaya pencegahan lebih baik daripada mengobati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun