Mohon tunggu...
Laila Nur Fitria
Laila Nur Fitria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

"Hidup adalah suatu cara dimana kita akan terus mengalami proses yang mungkin rumit, namun percayalah akan ada jalan dari setiap kesulitan yang kita lalui"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Emm, Apakah Phobia Dapat Dikatakan Sama dengan Fear (Ketakutan)?

27 November 2022   19:19 Diperbarui: 27 November 2022   19:48 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak takut | Sumber: Kiddo.id

 "Tidak hanya sedikit orang yang berpikiran bahwa ketakutan/ pengidap fobia hanyalah lelucon atau omong kosong. Mereka yang tidak merasakan phobia akan menganggap pengidapnya hanya berpura-pura atau berlebihan. Nyatanya, menakut-nakuti seseorang dengan fobia dapat berakibat fatal bagi penderitanya."

Apabila kita melihat pertumbuhan serta perkembangan anak usia dini yang cenderung sangat aktif dalam segala hal, baik aktif bermain, bertanya tentang apapun yang ingin diketahui, aktif meniru yang ada pada sekitarnya dan lain sebagainya. Namun, pemandangan berbeda jika kita lihat pada anak yang memiliki ketakutan akan suatu hal sehingga membuat dia mengalami kecemasan. 

Selain itu, anak- anak yang memiliki ketakutan pada umumnya akan selalu menghindar ke tempat yang jauh dan aman untuk dapat mengatasi kecemasannya dengan cara mereka sendiri. 

Hal tersebut harus menjadi perhatian serius bagi para orangtua serta para guru yang selalu dekat dengan anak tersebut agar selalu memberikan perhatian serta memantau perkembangan si anak secara intens.

Peran orangtua dan guru sangat penting dalam mengatasi ketakutan/ kecemasan pada anak. Agar anak tidak sampai mengalami trauma berkepanjangan hingga phobia yang akut. 

Hal yang pertama dilakukan ketika anak merasa takut, kita bisa mengajak berbicara anak mengenai apa yang membuatnya takut/ peristiwa apa sehingga ia menjadi cemas. 

Kemudian setelah mengetahui penyebab dari ketakutan si anak, kita sebagai orangtua/ guru mencoba membantu dalam mengurangi rasa ketakutan/ kekhawatiran si anak agar ia bisa berani. Dan yang paling penting dalam hal ini adalah kita selalu mendampingi si anak agar ia tidak merasa kesepian dalam ketakutannya.

Nah, sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai phobia dan fear, apakah keduanya dapat dikatakan sama atau ada perbedaan dari keduanya. Sedikit kita mengulas mengenai pembagian emosi pada manusia. Untuk semakin memperluas serta mempertajam pengetahuan kita mengenai konsep dasar dari emosi. 

Jika sebelumnya kita juga sudah seringkali membahas mengenai apa sih emosi itu? Pada kesempatan kali ini, kita akan belajar serta membahas terlebih dahulu tentang emosi kemarahan (anger), apakah dalam hal ini anger juga berhubungan dengan emosi ketakutan??

Bagaimana Sih yang Disebut dengan Ekspresi/ Emosi Marah Itu?

Kemarahan (anger) adalah salah satu jenis emosi yang muncul dari konflik atau gangguan dan menyebabkan kemarahan, frustrasi, kekecewaan atau sakit hati. Kamu mungkin akan menjadi marah dengan orang-orang tertentu, peristiwa atau kejadian traumatis dan menjadi marah dengan masalah pribadi.

Dilansir dari National Health Service marah seperti emosi lainnya yang dapat menimbulkan perubahan fisik dan psikologis, meliputi: denyut jantung menjadi lebih cepat, dada terasa sesak, tubuh memanas, otot menjadi tegang, dan Anda akan mengepalkan tangan, Mudah tersinggung, merasa terhina, merasa membenci, atau bahkan menangis karena marah, Berteriak, memulai perkelahian, memecahkan atau melempar barang, dan mengabaikan seseorang.

Saat Kita marah, kemungkinan beragam gejala fisik tidak akan bisa untuk kita hindari. Akan tetapi, beberapa tindakan tertentu, seperti membanting barang saat marah atau memulai perkelahian, bisa kamu hindari. 

Biasanya pula, kemarahan dikaitkan dengan ekspresi wajah yang berbeda dan ekspresi tubuh termasuk ketegangan tubuh, punggung melengkung, alis berkerut, dan atau bentuk persegi mulut. Selain itu pula, anger juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor biologis serta faktor lingkungan. 

Jika dilihat dari faktor biologis yang mendasari anger yakni gen, saraf, kardiovaskular, serta terdapat pula yang menghubungkan aktivasi saraf dengan aktifitas individu pengalaman dan ekspresi kemarahan.

Kemudian jika ditinjau dari aspek lingkungan bahwa kemarahan juga dibentuk dan dipengaruhi secara signifikan oleh lingkungan. Dimana ketika kita melakukan interaksi dengan oranglain maka akan memunculkan reaksi baik marah ataupun yang lainnya. 

Misalnya, jika kita memiliki perasaan atau ganjalan tentang suatu hal yang dapat menyebabkan kemarahan. Terutama pada anak-anak kita harus mengajarkan serta mengungkapkan cara mengatur emosional yang baik, sehingga anak akan mampu menghadapi situasi yang mungkin ia hadapi nanti.

Nah, meskipun demikian ternyata anger juga menyimpan fungsi didalamnya seperti halnya perilaku eksternalisasi yang didefinisikan sebagai agresif, destruktif, serta perilaku oposisi serta puncaknya dapat dilihat sekitar usia 2 tahun serta menunjukkan penurunan normatif  pada anak usia dini. 

Selain itu pula, dengan kemarahan anak juga dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sosialnya, artinya anak akan memainkan peran penting dalam inisiatifnya sendiri serta memelihara diri mereka sendiri. 

Hal tersebut dapat dilihat dari hubungan anak-anak yang rentan akan pada fase emosi kemarahan ini dengan adanya risiko tinggi pada kesalahan penyesuaian sosial, serta hubungan dan interaksi dengan teman sebayanya. 

Dalam hal ini kemarahan pada anak-anak juga sering dikaitkan dengan akademiknya dikarenakan apabila terdapat masalah atau ditemukan kesulitan, maka akan muncul gejolak negatif atau emosional berupa kemarahan. 

Lalu, kemarahan juga sering dikaitkan dengan aspek kesehatan fisisk seseorang. Jika kita sedang dalam keadaan marah, maka akan berpengaruh terhadap kesejahteraan fisik, seperti halnya penyalahgunaan zat misalnya penyakit kardiovaskular, peningkatan tekanan darah, detak jantung, serta bagian tubuh yang lainnya. 

Oleh karena itu, marah juga memiliki sisi baik untuk dapat memperingatkan tubuh kita dan waspada terhadap diri kita sendiri. Namun tidak baik pula jika kita diselimuti oleh kemarahan terus menerus, harus tetap dalam keadaan jernih serta hati yang gembira.

Menurut Brooker dan Rekan (2014) ia menyatakan tiga kelompok anak berdasarkan ekspresi kemarahan mereka di masa bayi. Dimulai dari kelompok lowanger, kelompok high-anger, serta kelompok yang semakin marah. 

Pada usia 6 sampai 12 bulan kemarahan bayi masih dikatakan kelompok rendah. Kemudian, meningkat sepanjang perkembangan serta pertambahan usia anak tersebut. 

Nah, secara singkat pola perkembangan yang terjadi akan berdasarkan pada pengalaman serta kejadian yang telah dialami. Setelah kita mengetahui mengenai emosi marah (anger), sekarang mari kita bahas lebih lanjut mengenai ketakutan (fear).

Jika kita membahas mengenai hubungan antara emosi marah dengan emosi takut mungkin kita akan menemukan korelasi yang signifikan. Misalnya jika kita merasa ketakutan mengenai suatu hal yang sangat kita takuti, kemudia ada seorang teman kita yang dengan secara sengaja menggoda dengan hal yang menakutkan tersebut, pasti respon yang akan kita luapkan akan hal itu adalah marah. 

Mengapa? Karena dengan ia mencoba menakuti hal yang kita tidak suka, kita akan merasa berontak dan melawannya dengan emosi marah. Kita juga akan merasa terusik serta terganggu, kemudia kita mengekspresikan emosi tersebut dengan marah. Sehingga kita akan mampu meluapkannya melalui emosi tersebut.

Apa Sih Perbedaan Antara Fear dengan Phobia? 

Barangkali jika kita sedang memonton film horor atau tidak suka terhadap suatu hewan. Nah, pastinya semua orang pernah mengalami ketakutan. Entah, ketakutan itu muncul secara sendirinya atau karena suatu keadaan yang terjadi. Namun, pernahkah kalian bertanya-tanya bagaimana rasa takut tersebut bisa muncul dan bagaimana cara mengatasinya? Lalu apa yang disebut dengan ketakutan?

Ketakutan merupakan salah satu jenis emosi manusia yang paling mendasar dan kuat. Perasaan ini bisa sangat melemahkan, tetapi mereka juga memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup manusia. Menurut Seligman (1975) ia mengungkapkan bahwa ketakutan adalah suatu kondisi emosional yang berasal dari objek yang spesifik. Dapat diartikan pula bahwa ketakutan (fear) adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu, seperti adanya rasa sakit serta ancaman bahaya.

Faktanya, rasa takut diperlukan untuk melindungi semua orang. Rasa muncul pada seseorang muncul karena hal tertentu atau mengingatkan kita pada situasi yang dianggap berbahaya dan mempersiapkan kita  untuk menghadapinya. Situasi seperti itu dapat berupa keadaan darurat fisik seperti terbakar, berada di tebing, berada pada ketinggian tertentu, benda atau hewan tertentu seperti ular, dan lain sebagainya. 

Ketakutan yang kita rasakan dalam keadaan ini adalah reaksi normal dan alami dari tubuh. Reaksi ini dapat menyebabkan berbagai perubahan fisik dan mental, dari ringan hingga sedang. Nah, itulah yang disebut dengan ketakutan (fear), lalu apa yang dimaksud dengan Phobia?

Phobia merupakan reaksi ketakutan yang berlebihan dan tidak rasional. Orang dengan kondisi ini mungkin mengalami ketakutan atau kepanikan yang hebat ketika berhadapan dengan sumber ketakutan mereka. Ketakutan dapat berupa tempat, situasi, atau objek tertentu. Tidak seperti gangguan kecemasan umum, phobia biasanya terkait dengan sesuatu yang spesifik. 

Efek phobia dapat berkisar dari mengganggu hingga melumpuhkan. Orang yang memilikinya sering menyadari bahwa ketakutan mereka tidak rasional, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. 

Hal ini tentu dapat mengganggu aktivitas atau kegiatan sehari-hari. Phobia juga dapat diartikan sebagai suatu perasaan takut berlebihan yang dirasakan seseorang terhadap situasi atau objek tertentu. Ketakutan yang berlebihan ini sering menyebabkan depresi berat, kecemasan dan kepanikan.

Masih kah Fear (ketakutan) dengan Phobia dianggap Sama?

Setiap orang pasti pernah mengalami ketakutan. Perasaan ini normal. Ketakutan adalah salah satu emosi manusia. Perasaan ini terjadi ketika Anda terancam. Terkadang respons terhadap ancaman yang dirasakan bisa terlalu berlebihan. Jika sudah, berarti ketakutan itu sudah menjadi phobia. 

Fobia adalah ketakutan berlebihan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak berbahaya. Kemudian, jika kita uraikan kembali terdapat beberapa perbedaan yang signifikan antara phobia dengan ketakutan (fear) yakni, antara lain:

1. Tingkat kontrol

Ketika orang yang mengalami phobia, maka akan muncul perasaan takut berlebihan dan tidak dapat dikendalikan dengan menenangkan diri dan berpikir jernih. Bahkan, rasa takut berlebih bisa muncul ketika membicarakan hal yang ditakutkan. 

Sementara, berbeda halnya jika ketika seseorang merasa takut, perasaan terancam masih bisa dikendalikan dengan menenangkan diri dan berpikir jernih. Karena itu, perbedaan Phobia dan rasa takut bisa diketahui dari tingkat kontrol kamu dalam menghadapi sesuatu yang dianggap berbahaya. Phobia bisa bikin lebih sulit mengontrol diri sendiri.

2. Intensitas respon

Phobia dapat menyebabkan respons berlebihan terhadap hal yang dianggap mengancam. Respons tersebut bahkan bisa bersifat tidak rasional, karena hal yang ditakutkan sebenarnya tidak berbahaya. Sementara, ketika kamu merasa takut, respons terhadap sesuatu yang mengancam tidak berlebihan dan emosi yang dirasakan masih bisa dikendalikan.

3. Tanda dan gejala yang dirasakan

Perbedaan fobia dan takut dapat dilihat dari tanda dan gejala yang muncul. Perasaan takut menyebabkan tanda dan gejala, seperti jantung berdebar, berkeringat, atau gemetar. Tanda dan gejala ini muncul secara normal. Nah, ketika kamu menderita fobia, tanda dan gejala yang muncul bisa lebih kuat, seperti takikardi (jantung berdetak melebihi 100 kali per menit), sesak napas, mual, muntah, sakit kepala, diare, keringat berlebih, hingga serangan panik.

4. Tingkat kecemasan

Bedanya fobia dan takut juga bisa dilihat dari tingkat kecemasan yang muncul. Ketakutan ditandai dengan kecemasan ringan hingga sedang (kadang-kadang cukup tinggi) terhadap hal yang logis untuk ditakuti. Sementara, fobia bisa menyebabkan kamu memiliki tingkat kecemasan yang sangat tinggi terhadap hal yang sering kali tidak logis untuk ditakuti. Fobia juga dapat disertai dengan serangan panik.

Oleh karena itu, fobia dan ketakutan bukanlah hal yang sama. Berdasarkan penjelasan diatas mengenai perbedaan antara keduanya serta intensitas dan respon yang terjadi akan berbeda pula. Mungkin itu sedikit pembahasan artikel kali ini, mohon maaf apabila ada salah dalam penulisan, semoga artikel ini dapat bermanfaat. See You the Next Article......

Daftar Referensi

[1]      A. Sobur, "Bk_Sobur_Psikologi_Umum_2016.Pdf." p. 560, 2016.

[2]     Alessandri, S.M., Sullivan, M. W., & Lewis, M. (1990). Violation of expentancy and frustration in early infancy. Developmental Psychology

[3]      American Psychological Association. Diakses 2022. Fear.

[4]      Learning & Memory. Diakses 2022. Neurobiology of fear and specific phobias.

[5]      Palmer, Alyssa R, Shreya Lakhan-Pal And Dante Cicchetti. 2019. Emotional Development and Depression Handbook of Emotional Development.

[6]   Santrock, John W. 2011. Child Development. New York ; Mc. Graw Hill, Inc.

[7]      S. Nanda, "Mengenal 6 Emosi Dasar Manusia Beserta Fungsi dan Cara Kerjanya," 24 des, 2021. https://www.brainacademy.id/blog/jenis-jenis-emosi-dasar-manusia.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun