Dilansir dari National Health Service marah seperti emosi lainnya yang dapat menimbulkan perubahan fisik dan psikologis, meliputi: denyut jantung menjadi lebih cepat, dada terasa sesak, tubuh memanas, otot menjadi tegang, dan Anda akan mengepalkan tangan, Mudah tersinggung, merasa terhina, merasa membenci, atau bahkan menangis karena marah, Berteriak, memulai perkelahian, memecahkan atau melempar barang, dan mengabaikan seseorang.
Saat Kita marah, kemungkinan beragam gejala fisik tidak akan bisa untuk kita hindari. Akan tetapi, beberapa tindakan tertentu, seperti membanting barang saat marah atau memulai perkelahian, bisa kamu hindari.Â
Biasanya pula, kemarahan dikaitkan dengan ekspresi wajah yang berbeda dan ekspresi tubuh termasuk ketegangan tubuh, punggung melengkung, alis berkerut, dan atau bentuk persegi mulut. Selain itu pula, anger juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor biologis serta faktor lingkungan.Â
Jika dilihat dari faktor biologis yang mendasari anger yakni gen, saraf, kardiovaskular, serta terdapat pula yang menghubungkan aktivasi saraf dengan aktifitas individu pengalaman dan ekspresi kemarahan.
Kemudian jika ditinjau dari aspek lingkungan bahwa kemarahan juga dibentuk dan dipengaruhi secara signifikan oleh lingkungan. Dimana ketika kita melakukan interaksi dengan oranglain maka akan memunculkan reaksi baik marah ataupun yang lainnya.Â
Misalnya, jika kita memiliki perasaan atau ganjalan tentang suatu hal yang dapat menyebabkan kemarahan. Terutama pada anak-anak kita harus mengajarkan serta mengungkapkan cara mengatur emosional yang baik, sehingga anak akan mampu menghadapi situasi yang mungkin ia hadapi nanti.
Nah, meskipun demikian ternyata anger juga menyimpan fungsi didalamnya seperti halnya perilaku eksternalisasi yang didefinisikan sebagai agresif, destruktif, serta perilaku oposisi serta puncaknya dapat dilihat sekitar usia 2 tahun serta menunjukkan penurunan normatif  pada anak usia dini.Â
Selain itu pula, dengan kemarahan anak juga dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sosialnya, artinya anak akan memainkan peran penting dalam inisiatifnya sendiri serta memelihara diri mereka sendiri.Â
Hal tersebut dapat dilihat dari hubungan anak-anak yang rentan akan pada fase emosi kemarahan ini dengan adanya risiko tinggi pada kesalahan penyesuaian sosial, serta hubungan dan interaksi dengan teman sebayanya.Â
Dalam hal ini kemarahan pada anak-anak juga sering dikaitkan dengan akademiknya dikarenakan apabila terdapat masalah atau ditemukan kesulitan, maka akan muncul gejolak negatif atau emosional berupa kemarahan.Â
Lalu, kemarahan juga sering dikaitkan dengan aspek kesehatan fisisk seseorang. Jika kita sedang dalam keadaan marah, maka akan berpengaruh terhadap kesejahteraan fisik, seperti halnya penyalahgunaan zat misalnya penyakit kardiovaskular, peningkatan tekanan darah, detak jantung, serta bagian tubuh yang lainnya.Â