Selain itu pula moral juga dapat diartikan sebagai suatu perubahan nalar perasaan dan perilaku mengenai standar kebenaran dalam suatu masyarakat yang melibatkan dimensi intrapersonal serta interpersonal. Intrapersonal adalah kemampuan melihat/berkomunikasi dari individu itu sendiri, begitupun sebaliknya jika interpersonal adalah kemampuan melihat/berkomunikasi dengan oranglainnya.Â
Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa moral merupakan suatu acuan/ standar baik serta buruknya dari perilaku seorang individu dalam tatanan lingkungan/ masyarakatnya. Artinya dalam hal ini perilaku serta perbuatan kita harus sesuai dengan moral yang berlaku dalam lingkungan kita.
Teori Perkembangan Menurut Piaget
Dikutip berdasarkan karya klasik dari Piaget (Crain, 2014:193) dalam The Moral Judgment of Child (1932), dalam hal ini Piaget memberi perhatian khusus kepada cara anak memahami aturan permainan marbel.Â
Piaget mengamati secara intens bagaimana cara anak-anak memainkan permainan itu sesungguhnya, dan dia menemukan bahwa antara usia 4-7 tahun, anak-anak bermain dengan cara egosentris (artinya bersikap semaunya sendiri).Â
Mereka tidak mengerti menang dan kalah, bahkan mereka akan berkata satu sama lain "aku menang dan kamu menang juga." Namun seiring dengan perkembangan mereka dalam setelah usia tujuh tahun, anak-anak mulai berusaha mengikuti aturan umum permainan dan berusaha menang menurut aturan-aturan tersebut. Terdapat dua teori Perkembangan Moral Menurut Piaget yakni sebagai berikut.
- Heteronomous Morality
Pada tahap ini anak pada usia sekitar 4-8 tahun yang belum dapat menalar atau menilai suatu aturan yang berlaku di sekitar anak, sehingga anak masih memandang kaku pada aturan tersebut. Anak memandang perilaku benar dan salah bukan berdasarkan motivasi dari dalam dirinya, melainkan dari konsekuensi yang didapatnya.Â
Dalam hla ini Slavin (2011) ia menambahkan lebih lanjut bahwa realisme moral/ moralitas paksaan. Kata "heteronom" berarti tunduk pada aturan yang telah diberlakukan oranglain.
Contohnya dalam hal ini terdapat tukang kayu yang setiap harinya bekerja memanjat pohon untuk menebang pohon. Nah, namun si anak dilarang oleh ibunya karena merasa khawatir jika anak memanjat pohon ditakutkan nanti akan jatuh. Anak kecil tersebut merasa tidak terima menganggap jika orang dewasa tersebut diperbolehkan, mengapa ia tidak dan begitupun sebaliknya.
- Otonom Morality
Pada tahap ini anak mulai mengalami tahap moralitas otonomi. Memandang suatu aturan tidak kaku lagi dan berkembang secara bertahap seiring dengan perkembangan kognitifnya, yaitu berpikir abstrak, memahami dan memecahkan masalah berdasarkan asumsi, dalil, atau teori tertentu.Â
Tahap moralitas otonom terjadi pada usia sekitar ditas 6 tahun atu masa pertengahan dan dapat dikatakan masa akhir bagi anak-anak. Pada usia 10 hingga 12 tahun, anak tidak lagi menggunakan serta mentaati peraturan berdasarkan suara hati. Sehingg dalam hal ini moralitas otonom disebut dengan moralitas kerjasama.