Mohon tunggu...
Laila Nur Fitria
Laila Nur Fitria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

"Hidup adalah suatu cara dimana kita akan terus mengalami proses yang mungkin rumit, namun percayalah akan ada jalan dari setiap kesulitan yang kita lalui"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Moralitas sebagai Pondasi Karakter Orang Berilmu!

22 November 2022   00:01 Diperbarui: 23 November 2022   06:41 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Moral | Sumber Gambar : Diadona.id

 "Al- Adab artinya menerapkan segala yang terpuji oleh orang, baik dalah hal perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama juga mendefinisikan bahwa adab merupakan akhlaq-akhlaq yang mulia"

Seringkali kita mendengar pepatah 'Adab Lebih Tinggi daripada Berilmu' yang sangat populer berkembang di kalangan masyarakat kita. Dari ungkapan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa adab adalah suatu hal yang sangat penting serta mendasar dalam kehidupan bermasyarakat bagi manusia. Banyaknya atau kita dapat melihat kondisi orang yang berilmu, namun tak pandai dalam beradab.

Sama halnya dengan adab, moral juga sangat di diberlakukan dalam masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi orang yang memiliki ilmu serta berpengetahuan yang luas untuk menerapkan moralitas dalam kehidupannya. 

Mengapa demikian, karena masih banyak orang yang sangat berpengetahuan luas dalam ilmu. Akan tetapi, belum dapat memberikan atau menerapkan bagaimana bersikap/ berperilaku yang sesuai dengan moral yang berlaku di dalam masyarakat kita. 

Seperti contoh masih banyak perilaku remaja yang kurang menghargai orang yang lebih tua dengan berkata sopan santun, masih banyak juga yang tidak mentaati peraturan di sekolah, berbuat perilaku yang menyimpang seperti merokok sembarangan dan lain sebagainya.

Berdasarkan contoh penyimpangan moral tersebut diatas itu masih hanya sedikit contoh, terdapat banyak penyimpangan lainnya yang terjadi di masyarakat kita. 

Jika kita lihat berdasarkan fungsi perannya, dapat kita katakan bahwa adab dengan moral merupakan hal yang sama yaitu menentukan hukum/ nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia mengenai baik dan buruknya. 

Perbedaan yang tampak pada adab dan moral yakni terletak pada sumber patokan dalam menentukan baik dan buruknya. Adab dalam ukuran patokan yang digunakan menentukan baik serta buruknya perilaku berdasarkan Al-Quran dan hadits. 

Sedangkan moral yang digunakan sebagai patokan berperilaku berdasarkan kebiasaan/ adat yang berlaku di masyarakat itu sendiri. Lalu bagaimana konsep atau pengertian moral itu sendiri?

Definisi Moral 

Jika kita tinjau secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang berarti tata-cara atau adat-istiadat. Moral sebagai tingkah laku hidup setiap individu manusia, yang mendasarkan pada kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya. 

Selain itu pula moral juga dapat diartikan sebagai suatu perubahan nalar perasaan dan perilaku mengenai standar kebenaran dalam suatu masyarakat yang melibatkan dimensi intrapersonal serta interpersonal. Intrapersonal adalah kemampuan melihat/berkomunikasi dari individu itu sendiri, begitupun sebaliknya jika interpersonal adalah kemampuan melihat/berkomunikasi dengan oranglainnya. 

Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa moral merupakan suatu acuan/ standar baik serta buruknya dari perilaku seorang individu dalam tatanan lingkungan/ masyarakatnya. Artinya dalam hal ini perilaku serta perbuatan kita harus sesuai dengan moral yang berlaku dalam lingkungan kita.

Teori Perkembangan Menurut Piaget

Dikutip berdasarkan karya klasik dari Piaget (Crain, 2014:193) dalam The Moral Judgment of Child (1932), dalam hal ini Piaget memberi perhatian khusus kepada cara anak memahami aturan permainan marbel. 

Piaget mengamati secara intens bagaimana cara anak-anak memainkan permainan itu sesungguhnya, dan dia menemukan bahwa antara usia 4-7 tahun, anak-anak bermain dengan cara egosentris (artinya bersikap semaunya sendiri). 

Mereka tidak mengerti menang dan kalah, bahkan mereka akan berkata satu sama lain "aku menang dan kamu menang juga." Namun seiring dengan perkembangan mereka dalam setelah usia tujuh tahun, anak-anak mulai berusaha mengikuti aturan umum permainan dan berusaha menang menurut aturan-aturan tersebut. Terdapat dua teori Perkembangan Moral Menurut Piaget yakni sebagai berikut.

  • Heteronomous Morality

Pada tahap ini anak pada usia sekitar 4-8 tahun yang belum dapat menalar atau menilai suatu aturan yang berlaku di sekitar anak, sehingga anak masih memandang kaku pada aturan tersebut. Anak memandang perilaku benar dan salah bukan berdasarkan motivasi dari dalam dirinya, melainkan dari konsekuensi yang didapatnya. 

Dalam hla ini Slavin (2011) ia menambahkan lebih lanjut bahwa realisme moral/ moralitas paksaan. Kata "heteronom" berarti tunduk pada aturan yang telah diberlakukan oranglain.

Contohnya dalam hal ini terdapat tukang kayu yang setiap harinya bekerja memanjat pohon untuk menebang pohon. Nah, namun si anak dilarang oleh ibunya karena merasa khawatir jika anak memanjat pohon ditakutkan nanti akan jatuh. Anak kecil tersebut merasa tidak terima menganggap jika orang dewasa tersebut diperbolehkan, mengapa ia tidak dan begitupun sebaliknya.

  • Otonom Morality

Pada tahap ini anak mulai mengalami tahap moralitas otonomi. Memandang suatu aturan tidak kaku lagi dan berkembang secara bertahap seiring dengan perkembangan kognitifnya, yaitu berpikir abstrak, memahami dan memecahkan masalah berdasarkan asumsi, dalil, atau teori tertentu. 

Tahap moralitas otonom terjadi pada usia sekitar ditas 6 tahun atu masa pertengahan dan dapat dikatakan masa akhir bagi anak-anak. Pada usia 10 hingga 12 tahun, anak tidak lagi menggunakan serta mentaati peraturan berdasarkan suara hati. Sehingg dalam hal ini moralitas otonom disebut dengan moralitas kerjasama.

Misalnya, jika pada tahap sebelumnya anak menganggap berbohong adalah salah dalam segala situasi, maka pada tahap ini anak memandang berbohong tidak selamanya salah. Perbuatan ini dianggap benar jika terdapat alasan yang dapat diterima.

kemudian tahapan kognitif dalam hal ini direlevansikan dengan perkembangan moral dlam suatu karya Piaget (1932) yang berjudul Theory of Moral Development yang selanjutnya disetujui serta dikembangkan oleh seorang psikolog anak pula yang bernama Lawrence Kholberg (1958). Kholberg dalam hal ini menggunakan metode storytelling daripada Piaget melalui kisah Heinz. 

Dalam kasusnya istri dari Heinz sedang mengalami sakit yaitu kanker yang sudah parah dan segera membutuhkan pertolongan serta obat untuk membantu menyembuhkannya. 

Salah satu kimiawan telah menemukan obat penawarnya. Akan tetapi Heinz mengingingkan untuk membelinya namun kimiawan tersebut malah menaikkan dengan harga 10 kali lipatnya sehinga tidak ada uang untuk menebus obat tersebut. Heinz berinisiatif untuk mencuri obat tersebut dari sang kimiawan. Nah, dari kasus tersebut apa yang akan kalian lakukan jika dihadapkan pada situasi tersebut?

Teori Perkembangan Moral Kholberg

Berdasarkan kasus diatas, Kholberg kemudian mengembangkan pemikirannya dengan meneliti kasus tersebut dan setelahnya ia mengelompokkan hal yang mendasari teori perkembangan moral berdasarkan prinsip-prinsip perkembangan moral menurut Piaget. Kholberg (1955) membaginya menjadi tiga kelompok penalaran moral yakni ;

  • Tahap moralitas pra-konvensional

Tahap ini dialami oleh anak usia 4-9 tahun. Ciri khas yang terdapat pada tahap ini adalah anak tunduk pada aturan yang berlaku di lingkungan. Perilaku pada diri anak dikendalikan oleh akibat yang muncul pada perilaku tersebut, yaitu hadiah dan hukuman. 

Pada tahap ini juga dibagi menjadi 2 yakni tahap yakni moralitas heteronom yang merupkan tahap pertama, dimana dalam hal ini berupa tahap penalaran moral yang berkaitan dengan punishment (hukuman). Dan yang kedua relativistik hedonisme yakni penalaran individu yang mementingkan diri sendiri. Contoh: anak tidak lupa untuk mengerjakan tugas takut dimarahi orang tuanya, serta anak berperilaku baik agar mendapat hadiah atau pujian dari orang tua.

  • Tahap konvensional

Tahap ini dialami oleh anak usia 9-13 tahun. Pada tahap ini perilaku anak timbul dari kesepakatan yang dibuat bersama lingkungan anak sebagai bentuk penyesuaian diri. 

Contoh: anak melakukan perbuatan tertentu karena ingin diterima atau bermain bersama teman sebayanya. Pada tahap ini pula dibagi menjadi 2 yakni ekpetasi interpersonal mutual yang merupakan hubungan dengan oranglain. Dan tahap berikutnya yakni moralitas sistem sosial yang berarti pemahaman keteraturan di masyrakat.

  • Tahap pascakonvensional

Tahap ini dialami oleh anak di atas usia 13 tahun yang telah mampu mengendalikan perilakunya dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dipegangnya. Anak memutuskan suatu tindakan moral alternatif dan menjajaki pilihan-pilihan. 

Pada tahap ini, anak diharapkan mampu membentuk keyakinannya sendiri dan bisa menerima jika ada orang lain yang memiliki keyakinan yang berbeda yang tidak mudah untuk diubah atau dipengaruhi oleh orang lain. Terdapat 2 tahap pula dalam hal ini ada utilitas sosial yakni menilai serta menalar bahwa hak dan prinsip lebih luas daripada hukum. Dan yang kedua adalah tahap prinsip etis universal adalah tahapan tertinggi dari perkembangan moral Kholberg. Dimana pada tahapan ini seorang individu mengembangkan standar moral berdasarkan hak asasi manusia.

Nah, berdasarkan apa yang telah kita bahas mengenai teori perkembangan moral dari dua tokoh yakni Piaget dan Kholberg. Kita dapat menyimpulkan betapa sangat dijunjung tinggi serta pentingnya moral bagi manusia dalam berkehidupan. Karena dengan moral manusia akan memiliki martabat serta harga diri. Dan dalam hal ini penanaman nilai serta karakter moral dapat kita tanamkan sejak anak berusia dini, agar anak mampu serta memiliki kebiasaan serta moral yang baik. pembeiasaan serta pengajaran karakter moral pada anak usia dini dapat dilakukan melalui aktivitas seperti halnya membuang sampah pada tempatnya dalam hal ini anak belajar moral untuk bertanggungjawab, mencium tangan kepada kedua orangtua dan guru di sekolah dalam hal ini anak belajar moral untuk menghormati orang yang lebih tua, mengajari anak untuk selalu hidup toleransi dan rukun dengan sesama temannya dalam hal tersebut termasuk pengajaran moral untuk saling menghargai sesama / oranglain. 

Serta dalam hal ini pula, agar anak mampu mengembangkan moral di masyarakat serta memiliki pengetahuan serta ilmu yang sangat luas. Mungkin itu sedikit pembahasan artikel pada kali ini, saya memohon maaf apabila ada salah kata atau dalam hal penulisan dan semoga dapat bermanfaat, See You The Next Article...... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun