Bertiga mereka mengurus hidup mereka. Tak usah hidup untuk hari esok, cukup hari ini. Dan mereka merasa bahagia.
Nasib mempertemukan A. Dan Mbo Mirah mereka anggap sebagai orang tuanya. Wanita penyandang lepra yang mati enam bulan yang lalu itulah yang memberi nama bagi Anto, Ari dan Arwan.
Kata si Mbo, Anto itu nama adik lelakinya yang mati tertindas truk sampah. Ari itu nama penambal ban sepeda di pasar Kunir. Dan, Arwan itu nama pria pujaan hati si Mbo dalam angan-angan. Si Mbo sendiri belum pernah melihatnya.
A tidak pernah bisa menulis, karena memang Mbo Mirah tidak pernah bisa membaca apalagi menulis. Tak ada biaya untuk itu, karena sesuap nasi penyambung hidup satu hari harus melalui pergulatan kerja keras.
Hanya satu hal yang A bisa. Yang mereka terapkan dalam mempertahankan hidup bertiga di dunia ini, yaitu saling mengasihi dan melindungi.
''Buat apa sekolah sampe pinter kalo gak pernah bisa mengasihi dan melindungi, percuma!'' Kata si Mbo.
Nasihat ini, A camkan dengan baik. Simpan dalam pikiran mereka dan terapkan bertiga dalam kehidupan. Sederhana.
A tidak perlu ibu atau ayah, sebab orang tua mereka tidak pernah mengaku keberadaan mereka. Katakanlah, mereka adalah produk sperma yang dibuang dalam rahim dan ditangkap secara kebetulan oleh sel telur. Sisanya, manusia pelaku itu berusaha memusnahkan mereka.
-
Meski tangan mereka hitam kumal karena kotoran dan kuku mereka penuh bakteri , nikmat A berbagi santap malam mereka.
Nasi, lengkap dengan lauk pauknya. Hasil kesabaran menunggu makanan sisa di belakang pintu restoran terminal bus luar kota.