Meskipun Romy terkadang aneh di mata Tina, tetap ia mengagumi ketangkasan Romy mengurus semua keperluan rumah tangga. Setiap hari, ada saja Romy mengejutkan dirinya. Dan ini kali adalah pizza Margarita yang penuh dengan tomat, nanas dan bumbu oregano.
‘’Mm…  enak. darimana kau belajar,’’ tanya Tina, mulutnya penuh bergantungan lelehan keju.
‘’Dari youtube.’’
Antara bangga dan sedih sebenarnya Tina melihat kenyataan ini. Merasa tak adil bila tugas memasak itu akhirnya menjadi tugas Romy. Acap Tina bertemu dengan Frida tetangganya di pusat kota tanpa sepengetahuan Romy, hanya sekedar bercurhat.Â
‘’Dasar lelaki edan, sudah dikasih makan masih besar kepala pula,’’ kekesalan Frida terlontar soal Romy.
‘’Ah, sudahlah, gimanapun dia suamiku,’’ desah Tina
Dari Frida ia mencoba memberanikan diri membeli lingerie model aneh-aneh, tetapi jarang dipakai karena khawatir dapat komentar pedas dari suaminya sendiri. Dari Frida ia coba-coba mencukur rambut down under-nya ala Brazilian style. Dan dari Frida ia belajar bagaimana menjadi pengambil inisiatif untuk foreplay soal urusan seks. Pikir Tina, tanpa bantuan Frida mungkin Romy sudah lari minta cerai atau minggat seperti laki Frida dan pulang ke rumah orang tuanya.Â
Akan tetapi, tetap saja Romy membenci Frida tetangganya. Bahkan ide pindah rumah biar tak melihat wajah Frida pernah Romy sampaikan. Tina menganggap Romy sudah masuk taraf depresi karena stres.
‘’Gimana acara maraton, jadi gak.’’ Suara Romy menyadarkan Tina yang lagi sibuk dengan laptopnya.
‘’Jadi dong, hari minggu malam baru pulang, jumat sore kita berangkat langsung dari kantor.’’ Tina menjelaskan.
Aktifitas tahunan Tina dengan beberapa kolega kantornya, ikut maraton di kota lain, Rotterdam.Â