Meskipun kolega Tina ikutan memuji tangkasnya Romy mengerjakan pekerjaan rumah tangga, masih saja Romy suaminya menentang silaturahmi Tina dengan tetangganya, Frida. Romy merasa resah dengan status tetangganya ini, yang akhirnya hanya menjerumuskan istrinya sendiri.
‘’Gak usah terlalu dekat dengan tetangga sebelah.’’ Pernah sekali Romy menegur Tina tanpa alasan.
‘’Loh, emangnya apa yang salah?’’
‘’Orang nanti salah nilai.’’
‘’What! ….. ’’ mata Tina terbuka lebar minta penjelasan yang masuk akal dari Romy.
‘’Ya, lakinya kan minggat begitu aja, status gak jelas, dengar berita sih katanya pengedar ganja di Amsterdam,’’ celoteh Romy.
Menurut Tina, tak layak Romy menghakimi hidup tetangganya bahkan sampai melarangnya bergaul. Bahkan masuk tahun ketiga masa menganggurnya memang Romy banyak berubah, terlalu sensitif dan acap Tina harus menjaga kata-kata yang keluar dari mulutnya sendiri.
 Romy yang dulu aktif dalam soal urusan seks, kini berganti Tina yang liar menjadi bintang foreplay.
Pernah sekali Romy mengamuk melihat Tina mencukur rambut down under-nya dengan model Brazilian style.Â
Romy menuduhnya ini semua gara-gara Tina berteman dengan Frida. Peristiwa yang tidak akan Tina lupakan, malu rasanya kena olok-olok mirip pelacur. Padahal niat Tina hanya untuk memuaskan dan membahagiakan suaminya. Hampir sebulan Romy tak mau melihatnya telanjang, hanya gara-gara rambut down under Tina hampir botak.
‘’Hei you, Mr. Chaplin!’’ Romy mengoloknya minggu kemarin ketika melihat Tina sedang berganti pakaian. Malu sekali Tina kena olok seperti itu.Â