‘’Wah, gak bisa dong nih, mobil saya parkirkan di sini kemarin malam,’’ setengah berteriak Elona menyampaikannya.
Untuk meyakinkan polisi, Elona meminta mereka untuk ikut masuk ke dalam toko pom bensin, agar bisa meyakinkan bahwa ia membeli sebungkus coklat Mars, pepermint dan soft drink rasa jeruk, gantungan kunci dengan boneka jerapah kecil serta pensil warna di toko.
Steve memerintahkan Eric untuk mengambil barang-barang belian yang Elona maksudkan sebagai bukti.Â
Tetapi, ketika mereka  tiba di dalam toko, ternyata toko tidak menjual makanan yang Elona sebutkan. Bahkan sampai polisi bertanya kepada karyawan toko apakah mereka menjual makanan seperti coklat Mars, pepermint dan soft drink rasa jeruk, gantungan kunci dan pensil warna pun semuanya disanggah oleh karyawan.
Mereka menggelengkan kepala, dan menjawab yang mereka jual hanyalah koran, buku teka-teki silang ukuran kecil, peta jalan, minyak rem, dan shampoo untuk mencuci mobil. Mereka tidak menjual suvenir apalagi makanan dan minuman.
Putus asa Elona mencoba meyakinkan, bahwa kemarin malam dia bersama pria pengemudi dan wanita berbelanja makanan di toko mereka. bahkan wanita membeli roti dan kopi.
Sampai polisi bertanya pada Elona, apakah ia yakin bahwa pom bensin serta toko yang ia lihat kemarin malam itu yang sekarang ini.
Elona menjawab, ia tak sempat melihat nama pom bensinnya, tetapi tempat parkir di samping dan di belakang itu semua persis sama seperti tempat parkir pom bensin kemarin malam yang ia lihat. Pohon di sekitarnya juga sama.Â
Putus asa, lelah dan pikiran kusut ditambah lagi hampir seluruh mata melihat dirinya, Elona akhirnya berteriak, meraung. Ia menangis histeris dan panik. Pikirannya kini lari ke Sem dan Lizzy.
‘’Sem …. ,teriaknya, …Lizzy,  … nyaring suaranya memecah ruangan toko.Â
Polisi bergegas memapahnya dan menuntunnya kembali ke arah mobil mereka.