Mohon tunggu...
Elysia Aura Febrianti
Elysia Aura Febrianti Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa prodi gizi Universitas Airlangga. Saya tertarik dalam bidang kesehatan dan bisnis. Selain itu saya memiliki hobi yaitu berolahraga khususnya bulu tangkis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Peran Komunikasi Dalam Meningkatkan Citra Profesi Kesehatan di Era Digital

5 Januari 2025   12:16 Diperbarui: 5 Januari 2025   12:28 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhirnya, strategi komunikasi digital yang efektif harus didukung oleh konsistensi, transparansi, dan akuntabilitas dalam penyampaian informasi. Tenaga kesehatan perlu terus memperbarui konten yang relevan dan memastikan bahwa semua informasi yang disampaikan sesuai dengan standar etika dan profesionalisme. Perspektif ahli seperti (Lestari, 2022) menekankan pentingnya membangun kepercayaan melalui komunikasi yang transparan dan partisipatif, di mana masyarakat dilibatkan sebagai mitra dalam proses pengambilan keputusan terkait kesehatan. Dengan memanfaatkan platform digital secara strategis, profesi kesehatan tidak hanya dapat meningkatkan citra mereka tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Strategi ini, jika diterapkan secara berkelanjutan, dapat menjadi tonggak penting dalam membangun ekosistem kesehatan yang lebih inklusif dan modern.  

Pentingnya Komunikasi Interpersonal dalam Meningkatkan Pengalaman Pasien

Komunikasi interpersonal antara tenaga kesehatan dan pasien merupakan pilar utama dalam membangun hubungan yang saling menguntungkan, di mana hubungan tersebut berfungsi tidak hanya untuk menyampaikan informasi medis, tetapi juga untuk menciptakan rasa percaya dan empati yang mendalam. Menurut teori komunikasi kesehatan yang diungkapkan oleh (Larassati et al., 2024), komunikasi interpersonal yang baik memungkinkan tenaga kesehatan untuk memahami kebutuhan, kekhawatiran, dan preferensi pasien secara lebih mendalam, sehingga menghasilkan keputusan medis yang lebih personal dan relevan. Dalam praktiknya, komunikasi yang responsif mencakup elemen seperti mendengarkan secara aktif, menghindari jargon medis yang kompleks, dan memberikan penjelasan yang mudah dimengerti oleh pasien. Hal ini sangat penting terutama dalam konteks pasien dengan latar belakang pendidikan atau budaya yang berbeda, karena komunikasi yang efektif mampu menjembatani kesenjangan pemahaman tersebut (Rahayu & Cangara, 2024). Dengan komunikasi yang empatik, tenaga kesehatan juga dapat mengidentifikasi kekhawatiran emosional pasien, yang sering kali menjadi faktor penting dalam keberhasilan pengobatan.  

Hubungan positif yang terbentuk melalui komunikasi interpersonal memberikan efek domino yang signifikan terhadap pengalaman pasien, mulai dari meningkatnya rasa percaya hingga penguatan kepatuhan terhadap pengobatan. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh (Diyan et al., 2024) menunjukkan bahwa pasien yang merasa didengarkan dan dihargai oleh dokter mereka lebih mungkin untuk mematuhi jadwal pengobatan dan mengadopsi gaya hidup yang disarankan. Lebih jauh lagi, komunikasi interpersonal yang efektif juga berkontribusi pada pengurangan rasa cemas dan stres yang sering kali dirasakan pasien selama menjalani perawatan medis. Ketika seorang dokter mampu menunjukkan empati melalui kata-kata yang menenangkan dan sikap yang mendukung, pasien tidak hanya merasa lebih nyaman tetapi juga lebih optimis terhadap prognosis mereka. Dalam konteks ini, komunikasi interpersonal menjadi alat yang sangat penting dalam meningkatkan pengalaman pasien secara keseluruhan.  

Dari perspektif etika medis, komunikasi interpersonal yang empatik juga memainkan peran penting dalam menjaga martabat pasien, yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam pelayanan kesehatan. Menurut (Hindayani et al., 2022) paparan Beauchamp dan Childress dalam bukunya Principles of Biomedical Ethics, tenaga kesehatan wajib menghormati otonomi pasien dengan memberikan informasi yang lengkap dan transparan, serta mendukung pasien dalam pengambilan keputusan medis. Ketika komunikasi ini dilakukan dengan cara yang empatik dan responsif, pasien tidak hanya merasa dihormati tetapi juga merasa lebih diberdayakan dalam proses perawatan mereka. Pendekatan seperti ini menggeser paradigma pelayanan kesehatan dari model paternalistik ke model kolaboratif, di mana pasien dan tenaga kesehatan bekerja sama sebagai mitra dalam mencapai hasil yang optimal.  

Selain memengaruhi pengalaman individu pasien, komunikasi interpersonal yang efektif juga berdampak pada citra profesi kesehatan secara keseluruhan. Dalam era digital, di mana ulasan pasien dapat dengan cepat menyebar melalui platform online, persepsi terhadap tenaga kesehatan sering kali dipengaruhi oleh pengalaman komunikasi pasien. Studi oleh (Solihin et al., 2023) menunjukkan bahwa ulasan positif dari pasien tidak hanya meningkatkan reputasi seorang dokter atau institusi medis, tetapi juga menarik lebih banyak pasien baru. Sebaliknya, kurangnya komunikasi interpersonal yang baik dapat merusak citra profesi kesehatan secara umum, karena pasien yang merasa diabaikan atau tidak dihargai lebih cenderung membagikan pengalaman negatif mereka di media sosial atau platform ulasan lainnya. Oleh karena itu, investasi dalam pelatihan komunikasi interpersonal menjadi sangat penting untuk meningkatkan kualitas layanan sekaligus menjaga citra profesi kesehatan di masyarakat.  

Dari sisi praktis, pengembangan keterampilan komunikasi interpersonal dapat dilakukan melalui berbagai metode pelatihan yang dirancang khusus untuk tenaga kesehatan. Misalnya, program simulasi yang melibatkan aktor sebagai pasien dapat memberikan pengalaman praktis bagi dokter atau perawat untuk mengasah kemampuan mereka dalam berkomunikasi secara empatik dan responsif. Selain itu, pelatihan ini juga dapat mencakup modul tentang memahami bahasa tubuh, mendeteksi sinyal nonverbal pasien, dan mengatasi situasi sulit seperti memberikan kabar buruk atau menangani pasien yang agresif. Hasil dari pelatihan semacam ini tidak hanya meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan tetapi juga meningkatkan kepuasan pasien, sebagaimana diungkapkan dalam meta-analisis yang dilakukan oleh (Ginting et al., 2024), yang menunjukkan bahwa pelatihan komunikasi secara signifikan meningkatkan hubungan dokter-pasien.  

Dalam konteks yang lebih luas, komunikasi interpersonal yang empatik juga berkontribusi pada reformasi sistem kesehatan, di mana pelayanan yang berpusat pada pasien menjadi prioritas utama. Dengan membangun hubungan yang lebih kuat melalui komunikasi, tenaga kesehatan dapat meningkatkan efektivitas layanan secara keseluruhan, yang pada akhirnya berdampak positif terhadap kualitas hidup pasien dan efisiensi sistem kesehatan. Lebih dari sekadar keterampilan teknis, kemampuan untuk berkomunikasi dengan cara yang manusiawi dan penuh empati adalah inti dari profesi kesehatan yang bermartabat dan terpercaya. Dengan demikian, komunikasi interpersonal tidak hanya menjadi sarana untuk meningkatkan pengalaman pasien tetapi juga landasan untuk membangun sistem kesehatan yang lebih baik dan lebih inklusif.  

Kesimpulan

Artikel ini mengungkapkan bahwa komunikasi, baik digital maupun interpersonal, memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan meningkatkan citra profesi kesehatan, terutama di era digital yang semakin berkembang pesat. Dalam hal ini, strategi komunikasi digital yang efektif memungkinkan tenaga kesehatan untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan mendistribusikan informasi yang relevan, edukatif, serta kredibel melalui berbagai platform digital. Penggunaan media sosial, situs web, dan aplikasi kesehatan memberikan kesempatan untuk membangun hubungan yang lebih personal dan transparan antara tenaga kesehatan dan masyarakat, yang sangat penting dalam profesi yang membutuhkan tingkat kepercayaan tinggi. Sebagai contoh, tenaga kesehatan dapat menciptakan konten yang mudah dipahami dan dapat diakses oleh berbagai lapisan masyarakat, dengan tujuan untuk mengatasi penyebaran informasi yang tidak akurat dan meningkatkan literasi kesehatan. Menurut berbagai ahli, keterlibatan aktif dalam penyebaran informasi yang benar tidak hanya memperkuat citra tenaga kesehatan, tetapi juga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mereka. Penerapan strategi komunikasi yang konsisten, transparan, dan akuntabel sangat diperlukan agar profesi kesehatan dapat berkembang secara positif, terutama dalam menghadapi tantangan era informasi yang sering kali dibanjiri oleh berita atau opini yang belum tentu benar. Dengan demikian, penggunaan strategi komunikasi digital yang tepat dapat menjadi kunci untuk membangun citra positif dan memperkuat peran tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.

Selain itu, pentingnya komunikasi interpersonal dalam meningkatkan pengalaman pasien juga tidak bisa diabaikan. Komunikasi yang efektif dan empatik antara tenaga kesehatan dan pasien memainkan peran yang sangat signifikan dalam membangun hubungan yang saling menguntungkan, di mana pemahaman yang lebih mendalam tentang kebutuhan dan kekhawatiran pasien dapat menghasilkan keputusan medis yang lebih tepat dan personal. Hal ini sejalan dengan teori komunikasi kesehatan yang menekankan pentingnya komunikasi dua arah, di mana tenaga kesehatan tidak hanya menyampaikan informasi medis, tetapi juga mendengarkan dan merespons kekhawatiran pasien secara responsif. Menurut penelitian, komunikasi yang empatik dan mendalam tidak hanya dapat meningkatkan rasa percaya pasien, tetapi juga memperbaiki tingkat kepatuhan terhadap pengobatan dan prosedur medis yang disarankan. Pasien yang merasa dihargai dan didengarkan akan lebih merasa nyaman dan optimis dalam proses perawatan mereka. Oleh karena itu, peningkatan kualitas komunikasi interpersonal menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk meningkatkan pengalaman pasien serta citra tenaga kesehatan di mata publik. Keterampilan komunikasi ini juga dapat diperoleh melalui pelatihan-pelatihan yang berfokus pada teknik berkomunikasi yang efektif dan empatik, sehingga menghasilkan hubungan yang lebih harmonis antara tenaga kesehatan dan pasien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun