Mohon tunggu...
Elysia Aura Febrianti
Elysia Aura Febrianti Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa prodi gizi Universitas Airlangga. Saya tertarik dalam bidang kesehatan dan bisnis. Selain itu saya memiliki hobi yaitu berolahraga khususnya bulu tangkis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Peran Komunikasi Dalam Meningkatkan Citra Profesi Kesehatan di Era Digital

5 Januari 2025   12:16 Diperbarui: 5 Januari 2025   12:28 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar klinikpintar.id

Kemajuan teknologi digital telah membawa transformasi besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang kesehatan, khususnya dalam hal komunikasi antara tenaga kesehatan, pasien, dan masyarakat luas. Komunikasi kesehatan, yang sebelumnya didominasi oleh interaksi tatap muka, kini beradaptasi dengan kehadiran berbagai platform digital seperti media sosial, aplikasi kesehatan, dan telemedicine. Transformasi ini memungkinkan informasi kesehatan dapat diakses dengan lebih mudah dan cepat oleh masyarakat, namun di sisi lain, juga mengubah cara masyarakat memandang profesionalisme tenaga kesehatan. Interaksi digital ini menciptakan jarak emosional yang terkadang menurunkan persepsi masyarakat terhadap empati tenaga kesehatan. Di tengah era digital ini, komunikasi kesehatan harus menjadi jembatan yang menghubungkan kebutuhan informasi masyarakat dengan pelayanan kesehatan yang andal dan terpercaya, sehingga citra profesi kesehatan dapat tetap dijaga dengan baik (Azzahra et al., 2024).

Namun, di balik kemudahan akses informasi digital, penyebaran informasi yang tidak akurat atau hoaks tentang kesehatan menjadi tantangan besar yang mengancam kredibilitas profesi kesehatan. Banyaknya informasi yang keliru, baik tentang diagnosis, pengobatan, maupun metode kesehatan lainnya, berpotensi merugikan masyarakat dan menciptakan ketidakpercayaan terhadap tenaga kesehatan. Menurut (Putra et al., 2024), profesi kesehatan memiliki tanggung jawab moral dan profesional untuk menjadi sumber informasi yang kredibel, edukatif, dan mudah dipahami. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk melawan penyebaran disinformasi ini. Dengan strategi komunikasi yang baik, tenaga kesehatan dapat memanfaatkan teknologi digital untuk memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan, sekaligus mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya validasi informasi kesehatan.

Selain itu, ekspektasi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan juga mengalami perubahan yang signifikan. Pasien modern tidak hanya menginginkan perawatan medis berkualitas, tetapi juga interaksi yang menunjukkan empati, perhatian, dan kepekaan terhadap kebutuhan emosional mereka. Komunikasi interpersonal menjadi faktor yang semakin penting dalam meningkatkan pengalaman pasien.Paparan (Miftahuddin et al., 2024) melalui komunikasi yang baik, tenaga kesehatan dapat menciptakan hubungan yang lebih positif dengan pasien, yang pada akhirnya dapat memperkuat citra mereka sebagai figur profesional yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga peduli secara personal. Interaksi yang empatik ini dapat meningkatkan kepuasan pasien, membangun kepercayaan, dan mengurangi kesenjangan yang kerap kali muncul dalam hubungan dokter-pasien.

Di sisi lain, globalisasi informasi dan berkembangnya layanan kesehatan swasta telah memberikan masyarakat lebih banyak pilihan dalam mendapatkan perawatan kesehatan. Dalam kompetisi yang semakin ketat ini, citra profesi kesehatan menjadi aset penting yang harus dijaga dan ditingkatkan. Tenaga kesehatan tidak hanya perlu menunjukkan kompetensi teknis mereka, tetapi juga keunggulan dalam berkomunikasi dengan pasien. Strategi komunikasi profesional yang mencakup transparansi, kejujuran, dan komitmen terhadap etika menjadi kunci untuk menonjolkan kelebihan layanan kesehatan di tengah persaingan yang semakin kompleks (Ardan, 2024). Melalui komunikasi yang strategis, tenaga kesehatan dapat memperkuat posisi mereka sebagai penyedia layanan kesehatan yang paling dipercaya masyarakat. Fenomena ini menunjukkan bahwa komunikasi kesehatan tidak dapat lagi dianggap sebagai aspek pelengkap dalam profesi kesehatan, melainkan sebagai elemen yang esensial dan strategis. Kemampuan tenaga kesehatan untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi komunikasi tidak hanya memengaruhi persepsi masyarakat terhadap profesi kesehatan, tetapi juga berdampak pada keberlanjutan hubungan jangka panjang antara pasien dan tenaga kesehatan. Oleh karena itu, penguasaan komunikasi, baik dalam bentuk komunikasi interpersonal maupun digital, harus menjadi bagian integral dari pengembangan profesi kesehatan di era modern.

Urgensi ini semakin diperkuat oleh tantangan disinformasi dan tuntutan masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih empatik dan responsif. Dengan semakin kompleksnya kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, profesi kesehatan dihadapkan pada tantangan untuk terus meningkatkan kemampuan komunikasi mereka agar tetap relevan dan kompetitif. Tidak hanya sekadar memberikan pelayanan medis, tenaga kesehatan juga harus mampu menjadi agen perubahan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat dan menangkal dampak negatif dari informasi yang keliru. Dengan demikian, artikel ini hadir untuk menjawab urgensi tersebut. Melalui pembahasan tentang peran komunikasi dalam meningkatkan citra profesi kesehatan, artikel ini bertujuan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya komunikasi di era digital. Artikel ini juga diharapkan mampu menjadi referensi bagi tenaga kesehatan dalam mengembangkan strategi komunikasi yang efektif, empatik, dan profesional, sehingga mereka dapat memenuhi ekspektasi masyarakat sekaligus menjaga citra profesi kesehatan yang positif di tengah tantangan era modern. 

Strategi Komunikasi Digital untuk Profesi Kesehatan

Strategi komunikasi digital untuk profesi kesehatan telah menjadi elemen penting dalam membangun citra yang positif di era digital, di mana akses masyarakat terhadap informasi kesehatan semakin luas dan mudah. Platform digital seperti media sosial, situs web, dan aplikasi kesehatan memungkinkan tenaga kesehatan untuk menjangkau khalayak yang lebih besar dan beragam, serta menyampaikan informasi yang edukatif dan akurat secara langsung kepada masyarakat. Menurut (Sunjaya, 2019), media sosial memberikan kesempatan unik untuk membangun hubungan yang lebih personal dengan audiens, sesuatu yang sangat penting dalam konteks profesi kesehatan yang membutuhkan tingkat kepercayaan tinggi dari masyarakat. Dalam konteks ini, tenaga kesehatan perlu memanfaatkan media sosial untuk berbagi konten yang relevan, seperti panduan kesehatan, pencegahan penyakit, dan penjelasan prosedur medis, yang dirancang untuk meningkatkan literasi kesehatan masyarakat. Konten semacam ini tidak hanya berfungsi sebagai alat edukasi tetapi juga memperkuat citra tenaga kesehatan sebagai sumber informasi terpercaya yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.  

Salah satu cara tenaga kesehatan dapat meningkatkan citra melalui platform digital adalah dengan menciptakan konten edukatif yang dapat diakses oleh berbagai kalangan masyarakat, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan dalam memahami istilah medis. Konten ini dapat berupa artikel, video, infografis, atau webinar yang menjelaskan topik-topik kesehatan dengan bahasa yang mudah dipahami. Misalnya, dokter dapat menggunakan video pendek untuk menjelaskan pentingnya vaksinasi atau cara menangani penyakit kronis secara efektif. Sebagaimana diungkapkan oleh (Daud & Novrimansyah, 2022), penyedia layanan kesehatan yang aktif dalam memberikan edukasi melalui media digital cenderung memperoleh tingkat kepercayaan yang lebih tinggi karena dianggap transparan dan peduli terhadap kesehatan masyarakat. Hal ini menjadi strategi penting dalam menghadapi maraknya informasi kesehatan yang tidak akurat di internet, yang dapat merusak citra profesi kesehatan apabila tidak segera diatasi dengan penyebaran informasi yang kredibel.  

Selain menyediakan konten edukatif, tenaga kesehatan juga harus fokus pada penyampaian informasi medis yang akurat dan terkini melalui situs web resmi atau aplikasi kesehatan. Situs web rumah sakit, klinik, atau praktik pribadi dapat menjadi pusat informasi yang membantu masyarakat memahami layanan yang tersedia, jadwal dokter, atau panduan pengobatan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Rahman & Yulianita, 2024), sebanyak 72% pengguna internet mencari informasi kesehatan secara daring, yang menunjukkan pentingnya memiliki kehadiran digital yang kuat dan terpercaya. Informasi yang disajikan harus selalu diverifikasi oleh tenaga kesehatan yang kompeten untuk menghindari kesalahan atau penyalahgunaan data medis. Lebih jauh lagi, aplikasi kesehatan juga dapat digunakan untuk memberikan notifikasi rutin tentang kesehatan, seperti pengingat untuk pemeriksaan medis atau tips kesehatan harian, yang semuanya berkontribusi pada peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap profesi kesehatan.  

Interaksi langsung dengan masyarakat melalui platform digital adalah elemen lain yang sangat penting dalam membangun kredibilitas dan citra profesi kesehatan. Komunikasi dua arah yang efektif melalui fitur seperti komentar, pesan langsung, atau sesi tanya-jawab langsung (live Q&A) di media sosial dapat menciptakan hubungan yang lebih erat antara tenaga kesehatan dan masyarakat. Seperti yang dinyatakan oleh (Yumar et al., 2023), komunikasi yang interaktif memungkinkan tenaga kesehatan untuk memahami kebutuhan dan kekhawatiran masyarakat secara lebih mendalam, sehingga dapat memberikan solusi yang lebih relevan dan personal. Selain itu, interaksi langsung ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk merasa didengar dan dihargai, yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan mereka terhadap kompetensi dan empati tenaga kesehatan.  

Pada akhirnya, strategi komunikasi digital yang efektif harus didukung oleh konsistensi, transparansi, dan akuntabilitas dalam penyampaian informasi. Tenaga kesehatan perlu terus memperbarui konten yang relevan dan memastikan bahwa semua informasi yang disampaikan sesuai dengan standar etika dan profesionalisme. Perspektif ahli seperti (Lestari, 2022) menekankan pentingnya membangun kepercayaan melalui komunikasi yang transparan dan partisipatif, di mana masyarakat dilibatkan sebagai mitra dalam proses pengambilan keputusan terkait kesehatan. Dengan memanfaatkan platform digital secara strategis, profesi kesehatan tidak hanya dapat meningkatkan citra mereka tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Strategi ini, jika diterapkan secara berkelanjutan, dapat menjadi tonggak penting dalam membangun ekosistem kesehatan yang lebih inklusif dan modern.  

Pentingnya Komunikasi Interpersonal dalam Meningkatkan Pengalaman Pasien

Komunikasi interpersonal antara tenaga kesehatan dan pasien merupakan pilar utama dalam membangun hubungan yang saling menguntungkan, di mana hubungan tersebut berfungsi tidak hanya untuk menyampaikan informasi medis, tetapi juga untuk menciptakan rasa percaya dan empati yang mendalam. Menurut teori komunikasi kesehatan yang diungkapkan oleh (Larassati et al., 2024), komunikasi interpersonal yang baik memungkinkan tenaga kesehatan untuk memahami kebutuhan, kekhawatiran, dan preferensi pasien secara lebih mendalam, sehingga menghasilkan keputusan medis yang lebih personal dan relevan. Dalam praktiknya, komunikasi yang responsif mencakup elemen seperti mendengarkan secara aktif, menghindari jargon medis yang kompleks, dan memberikan penjelasan yang mudah dimengerti oleh pasien. Hal ini sangat penting terutama dalam konteks pasien dengan latar belakang pendidikan atau budaya yang berbeda, karena komunikasi yang efektif mampu menjembatani kesenjangan pemahaman tersebut (Rahayu & Cangara, 2024). Dengan komunikasi yang empatik, tenaga kesehatan juga dapat mengidentifikasi kekhawatiran emosional pasien, yang sering kali menjadi faktor penting dalam keberhasilan pengobatan.  

Hubungan positif yang terbentuk melalui komunikasi interpersonal memberikan efek domino yang signifikan terhadap pengalaman pasien, mulai dari meningkatnya rasa percaya hingga penguatan kepatuhan terhadap pengobatan. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh (Diyan et al., 2024) menunjukkan bahwa pasien yang merasa didengarkan dan dihargai oleh dokter mereka lebih mungkin untuk mematuhi jadwal pengobatan dan mengadopsi gaya hidup yang disarankan. Lebih jauh lagi, komunikasi interpersonal yang efektif juga berkontribusi pada pengurangan rasa cemas dan stres yang sering kali dirasakan pasien selama menjalani perawatan medis. Ketika seorang dokter mampu menunjukkan empati melalui kata-kata yang menenangkan dan sikap yang mendukung, pasien tidak hanya merasa lebih nyaman tetapi juga lebih optimis terhadap prognosis mereka. Dalam konteks ini, komunikasi interpersonal menjadi alat yang sangat penting dalam meningkatkan pengalaman pasien secara keseluruhan.  

Dari perspektif etika medis, komunikasi interpersonal yang empatik juga memainkan peran penting dalam menjaga martabat pasien, yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam pelayanan kesehatan. Menurut (Hindayani et al., 2022) paparan Beauchamp dan Childress dalam bukunya Principles of Biomedical Ethics, tenaga kesehatan wajib menghormati otonomi pasien dengan memberikan informasi yang lengkap dan transparan, serta mendukung pasien dalam pengambilan keputusan medis. Ketika komunikasi ini dilakukan dengan cara yang empatik dan responsif, pasien tidak hanya merasa dihormati tetapi juga merasa lebih diberdayakan dalam proses perawatan mereka. Pendekatan seperti ini menggeser paradigma pelayanan kesehatan dari model paternalistik ke model kolaboratif, di mana pasien dan tenaga kesehatan bekerja sama sebagai mitra dalam mencapai hasil yang optimal.  

Selain memengaruhi pengalaman individu pasien, komunikasi interpersonal yang efektif juga berdampak pada citra profesi kesehatan secara keseluruhan. Dalam era digital, di mana ulasan pasien dapat dengan cepat menyebar melalui platform online, persepsi terhadap tenaga kesehatan sering kali dipengaruhi oleh pengalaman komunikasi pasien. Studi oleh (Solihin et al., 2023) menunjukkan bahwa ulasan positif dari pasien tidak hanya meningkatkan reputasi seorang dokter atau institusi medis, tetapi juga menarik lebih banyak pasien baru. Sebaliknya, kurangnya komunikasi interpersonal yang baik dapat merusak citra profesi kesehatan secara umum, karena pasien yang merasa diabaikan atau tidak dihargai lebih cenderung membagikan pengalaman negatif mereka di media sosial atau platform ulasan lainnya. Oleh karena itu, investasi dalam pelatihan komunikasi interpersonal menjadi sangat penting untuk meningkatkan kualitas layanan sekaligus menjaga citra profesi kesehatan di masyarakat.  

Dari sisi praktis, pengembangan keterampilan komunikasi interpersonal dapat dilakukan melalui berbagai metode pelatihan yang dirancang khusus untuk tenaga kesehatan. Misalnya, program simulasi yang melibatkan aktor sebagai pasien dapat memberikan pengalaman praktis bagi dokter atau perawat untuk mengasah kemampuan mereka dalam berkomunikasi secara empatik dan responsif. Selain itu, pelatihan ini juga dapat mencakup modul tentang memahami bahasa tubuh, mendeteksi sinyal nonverbal pasien, dan mengatasi situasi sulit seperti memberikan kabar buruk atau menangani pasien yang agresif. Hasil dari pelatihan semacam ini tidak hanya meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan tetapi juga meningkatkan kepuasan pasien, sebagaimana diungkapkan dalam meta-analisis yang dilakukan oleh (Ginting et al., 2024), yang menunjukkan bahwa pelatihan komunikasi secara signifikan meningkatkan hubungan dokter-pasien.  

Dalam konteks yang lebih luas, komunikasi interpersonal yang empatik juga berkontribusi pada reformasi sistem kesehatan, di mana pelayanan yang berpusat pada pasien menjadi prioritas utama. Dengan membangun hubungan yang lebih kuat melalui komunikasi, tenaga kesehatan dapat meningkatkan efektivitas layanan secara keseluruhan, yang pada akhirnya berdampak positif terhadap kualitas hidup pasien dan efisiensi sistem kesehatan. Lebih dari sekadar keterampilan teknis, kemampuan untuk berkomunikasi dengan cara yang manusiawi dan penuh empati adalah inti dari profesi kesehatan yang bermartabat dan terpercaya. Dengan demikian, komunikasi interpersonal tidak hanya menjadi sarana untuk meningkatkan pengalaman pasien tetapi juga landasan untuk membangun sistem kesehatan yang lebih baik dan lebih inklusif.  

Kesimpulan

Artikel ini mengungkapkan bahwa komunikasi, baik digital maupun interpersonal, memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan meningkatkan citra profesi kesehatan, terutama di era digital yang semakin berkembang pesat. Dalam hal ini, strategi komunikasi digital yang efektif memungkinkan tenaga kesehatan untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan mendistribusikan informasi yang relevan, edukatif, serta kredibel melalui berbagai platform digital. Penggunaan media sosial, situs web, dan aplikasi kesehatan memberikan kesempatan untuk membangun hubungan yang lebih personal dan transparan antara tenaga kesehatan dan masyarakat, yang sangat penting dalam profesi yang membutuhkan tingkat kepercayaan tinggi. Sebagai contoh, tenaga kesehatan dapat menciptakan konten yang mudah dipahami dan dapat diakses oleh berbagai lapisan masyarakat, dengan tujuan untuk mengatasi penyebaran informasi yang tidak akurat dan meningkatkan literasi kesehatan. Menurut berbagai ahli, keterlibatan aktif dalam penyebaran informasi yang benar tidak hanya memperkuat citra tenaga kesehatan, tetapi juga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mereka. Penerapan strategi komunikasi yang konsisten, transparan, dan akuntabel sangat diperlukan agar profesi kesehatan dapat berkembang secara positif, terutama dalam menghadapi tantangan era informasi yang sering kali dibanjiri oleh berita atau opini yang belum tentu benar. Dengan demikian, penggunaan strategi komunikasi digital yang tepat dapat menjadi kunci untuk membangun citra positif dan memperkuat peran tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.

Selain itu, pentingnya komunikasi interpersonal dalam meningkatkan pengalaman pasien juga tidak bisa diabaikan. Komunikasi yang efektif dan empatik antara tenaga kesehatan dan pasien memainkan peran yang sangat signifikan dalam membangun hubungan yang saling menguntungkan, di mana pemahaman yang lebih mendalam tentang kebutuhan dan kekhawatiran pasien dapat menghasilkan keputusan medis yang lebih tepat dan personal. Hal ini sejalan dengan teori komunikasi kesehatan yang menekankan pentingnya komunikasi dua arah, di mana tenaga kesehatan tidak hanya menyampaikan informasi medis, tetapi juga mendengarkan dan merespons kekhawatiran pasien secara responsif. Menurut penelitian, komunikasi yang empatik dan mendalam tidak hanya dapat meningkatkan rasa percaya pasien, tetapi juga memperbaiki tingkat kepatuhan terhadap pengobatan dan prosedur medis yang disarankan. Pasien yang merasa dihargai dan didengarkan akan lebih merasa nyaman dan optimis dalam proses perawatan mereka. Oleh karena itu, peningkatan kualitas komunikasi interpersonal menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk meningkatkan pengalaman pasien serta citra tenaga kesehatan di mata publik. Keterampilan komunikasi ini juga dapat diperoleh melalui pelatihan-pelatihan yang berfokus pada teknik berkomunikasi yang efektif dan empatik, sehingga menghasilkan hubungan yang lebih harmonis antara tenaga kesehatan dan pasien.

Dalam konteks yang lebih luas, baik komunikasi digital maupun interpersonal memiliki dampak yang signifikan terhadap citra profesi kesehatan. Ketika tenaga kesehatan mengintegrasikan kedua jenis komunikasi ini secara sinergis, mereka tidak hanya mampu membangun hubungan yang lebih kuat dengan pasien dan masyarakat, tetapi juga memperbaiki kualitas layanan kesehatan secara keseluruhan. Hal ini sangat penting untuk menciptakan ekosistem kesehatan yang lebih inklusif, transparan, dan efisien. Komunikasi digital memungkinkan distribusi informasi yang lebih luas dan efektif, sementara komunikasi interpersonal memperkuat hubungan manusiawi yang menjadi inti dari profesi kesehatan. Dengan mengutamakan prinsip-prinsip komunikasi yang terbuka, empatik, dan berbasis pada kebutuhan pasien, tenaga kesehatan dapat membangun citra yang lebih positif di mata masyarakat, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas hidup pasien dan memperkuat kepercayaan terhadap sistem kesehatan. Seiring berjalannya waktu, pengembangan keterampilan komunikasi ini akan berkontribusi pada terciptanya sistem kesehatan yang lebih manusiawi, terpercaya, dan responsif terhadap perubahan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, peran komunikasi dalam profesi kesehatan sangat vital, baik dalam meningkatkan citra profesi itu sendiri maupun dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Daftar Pustaka

Ardan, A. F. (2024). KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM ERA DIGITAL TANTANGAN DAN PELUANG. ARIMA: Jurnal Sosial Dan Humaniora, 1(3), 99--104.

Azzahra, D. V., Aidha, Z., Fahzirah, R., Silangit, N., Apriansyah, B. H., Difhanny, C. N., & Aliyyah, A. F. (2024). Strategi Promosi Kesehatan Melalui Komunikasi Digital: Studi@ Halodoc di Instagram. El-Mujtama: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2), 582--594.

Daud, R. F., & Novrimansyah, E. A. (2022). Strategi Komunikasi Pemasaran Jamu Tradisional di Era Teknologi Digitalisasi 4.0. Formosa Journal of Applied Sciences, 1(3), 233--248.

DIYAN, D. Z., Nurdin, A., Fitria, U., & Kurnia, R. (2024). Pemanfaatan teknologi dalam bidang kesehatan masyarakat. Public Health Journal, 1(2).

Ginting, D. C. A., gusti Rezeki, S., Siregar, A. A., & Nurbaiti, N. (2024). Analisis pengaruh jejaring sosial terhadap interaksi sosial di era digital. PPIMAN: Pusat Publikasi Ilmu Manajemen, 2(1), 22--29.

Hindayani, L., Haika, N. U., Herdati, J. P., Achmadi, A., & Kurniawati, M. F. (2022). Komunikasi Kesehatan di Masa New Normal. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(2), 13478--13484.

Larassati, R., Nurifai, S. H., & Azzahra, S. K. H. (2024). Telemedicine Sebagai Portal Komunikasi Untuk Konsultasi Kesehatan Jarak Jauh. Action Research Literate, 8(2), 139--144.

Lestari, S. S. (2022). Pengaruh Komunikasi Kesehatan Reisa Broto Asmoro dalam Meningkatkan Kesadaran Mematuhi Protokol Kesehatan. Journal of Communication and Society, 1(01), 45--61.

Miftahuddin, M. C., Budiyanto, J. H., & Dewanto, F. (2024). Komunikasi Kesehatan dan Literasi Kesehatan: Dua Sisi Mata Uang yang Sama. Action Research Literate, 8(2), 150--155.

Putra, J. P., Syarief, F., & Susana, S. (2024). Fenomena Komunikasi Pengobatan Tradisional di Era Digital. Jurnal Pendidikan Tambusai, 8(2), 19271--19276.

Rahayu, P. B., & Cangara, H. (2024). Peran Artificial Intelligence dalam Transformasi Komunikasi Interpersonal: Peluang dan Tantangan di Era Digital. Journal of Mandalika Literature, 5(4), 938--945.

Rahman, M. F., & Yulianita, N. (2024). GAYA KOMUNIKASI KESEHATAN APOTEKER DI MEDIA SOSIAL: Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Akun Instagram@ apoteker_rahmato. Citizen: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia, 4(3), 135--148.

Solihin, O., Sos, S., Kom, M. I., Abdullah, A. Z., & SIP, M. S. (2023). Komunikasi Kesehatan Era Digital: Teori dan Praktik. Prenada Media.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (19th ed.). Bandung : Penerbit Alfabeta.

Sunjaya, A. P. (2019). Potensi, Aplikasi dan Perkembangan Digital Health di Indonesia. Journal Of The Indonesian Medical Association, 69(4), 167--169.

Yumar, E., Yuliarta, R. L., Deo, H. Y., & Linderi, C. (2023). Etika Dalam Berkomunikasi Dan Kesehatan Mental Pemuda. Jurnal Komunikasi, 1(2), 60--70.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun