Mohon tunggu...
Lily Rahmawati
Lily Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Masyarakat Jepara terhadap Pelarungan Kepala Kerbau sebagai Simbol Rasa Syukur dan Keselamatan

28 November 2022   05:09 Diperbarui: 28 November 2022   07:31 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan larung kepala kerbau sebagai tradisi tahunan yang yang dilakukan masyarakat di Desa Ujung Batu Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Tradisi Lomban atau Syawalan adalah tradisi yang telah berlangsung sejak ratusan tahun silam yang berada di Kabupaten Jepara khususnya Desa Ujungbatu dan Masih dilestarikan sampai sekarang. Dimana dalam tradisi itu terdapat prosesi pelarungan kepala kerbau. 

Tradisi ini merupakan sebuah budaya lokal yang dilaksanakan pada bulan syawal dan berlangsung atas dukungan bupati, lurah, dan masyarakat Jepara. Selain kegiatan larung kepala kerbau tersebut, acara sudah dimulai beberapa hari sebelumnya sengan mengadakan berbagai lomba untuk lebih memeriahkan budaya lokal tersebut. Tradisi lomban ini yaitu bentuk rasa syukur dari masyarakat Jepara kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat sumber daya laut yang melimpah dan diyakini selama ini berperan penting bagi keselamatan warga sehingga dapat dijadikan sumber mata pencaharian oleh semua orang serta terjalinnya kerukunan antar masyarakat.

Kata Kunci: Larung Kepala Kerbau, Laut, Lomban

Pendahuluan 

Jepara terletak di bagian pesisir utara pulau jawa. Meskipun Jepara terletak di pesisir mayoritas bermata pecaharian tukang kayu dan pengrajin ukiran. Masayarakat jepara mengolah kayu jati untuk dijadikan bahan-bahan perabot rumah tangga yang kemudian diukir. Ciri dari furniture dan mabel jepara memang dengan ukiran.

Terlepas dari mayoritas mata pencaharian warga Jepara sebagai pengrajin kayu berukir ada beberapa warga khususnya yang tinggal di daerah pesisir merupakan warga bermata pencaharian mencari ikan ataupun biasa di sebut dengan nelayan.

Kabupaten Jepara memiliki banyak ragam tradisi yang menjadu ciri khas tersendiri yaitu: (1) Perang obor, (2) Pesta Baratan, (3) Pesta hari jadi Kabupaten Jepara yaitu penobatan putri retna kencana yang dinobatkan sebagai penguasa Kabupaten Jepara dengan nama Nimas Ratu Kalinyamatan, (4) sedekah laut. 

Dalam pelaksanaannya, dimulai dengan berbagai acara layaknya sebuah pesta seperti adanya perang teluk (saling melempar lepet yang diiringi gamelan dan diakhiri dengan mengumumkan kepala kerbau atau sering disebut larung kepala kepala kerbau) dari TPI yang dipimpin oleh pemuka agama yang ada di desa Ujung Batu, Puncak acara atau kegiatan berlangsung di Pantai Kartini yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Taman Rekreasi Pantai Kartini.

Tradisi Lomban merupakan tradisi yang sudah turun temurun dari leluhur masyarakat Jepara. Selain sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan, tradisi ini juga merupakan wujud komunikasi antar masyarakat agar selalu tercipta kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat.

 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih. Dalam penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Sedangkan untuk penulis data juga melakukan studi pustaka. studi Pustaka dilakukan dengan topik-topik yang berkaitan dengan pesta lomban dan tradisi larung kepala kerbau di Desa Ujung Batu Jepara.

Pembahasan

Gambaran Umum Desa Jung Batu

Jepara adalah sebuah kabupaten yang ada di provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Jepara memiliki daratan juga macam-macam pantai. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa yang berada di Laut Jawa. Secara administratif Kabupaten Jepara terdiri dari 183 desa, 11 Kelurahan yang tersebar di 16 Kecamatan. 

Kelurahan Ujung Batu merupakan daerah pesisir yang berbatasan langsung dengan garis pantai. Yang sekitar 1 km dari ibu kota Kabupaten Jepara. penduduk Desa Ujung Batu beprofesi sebagai nelayan. luas wilayah Desa Ujung Batu Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara seluas 71.523 Ha. Yang terbagi menjadi 4 RW dan 16 RT. 

Desa Ujung Batu ebelah utara berbatasan dengan Desa Mulyoharjo, sebelah selatan dengan Desa Jobokuto, sebelah Timur dengan Desa Pengkol, sebelah Barat dengan Laut Jawa. Secara umum, masyarakat Desa Ujung Batu mayoritas beragama Islam. Nelayan Desa Ujung Batu memiliki keyakinan yang kuat terhadap agamanya.  Mereka percaya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Kelurahan Ujung Batu merupakan wilayah pesisir dengan ditunjang akses melaut yang luas, yang secara ekologis wilayah yang langsung dengan garis pantai dan secara sosial ekonomi memiliki karakteristik terkait dengan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut. 

Sebagian besar penduduk di kelurahan Ujung Batu memiliki mata mata pencaharian sebagai nelayan, dan terdapat pangkalan ikan (PPI) dan TPI Ujung Batu yang merupakan TPI terbesar di Kabupaten Jepara, yang keberadaanya sangat menunjang perikanan laut khususnya perikanan tangkap. Dan apabila terjadi musim penghujan tidak ada penghasilan dari hasil melaut sama sekali. Karena gelombang tinggi yang mengakibatkan nelayan takut untuk melaut.

Nilai sosial dan solidaritas masyarakat Desa Ujung Batu tergolong cukup tinggi, dalam kebersamaan membangun dan memperbaiki prasarana umum seperti: gotong royong, kerja bakti dalam membangun masjid maupun musholla, sedekah bumi yaitu ritual yang diadakan satu minggu setelah hari Raya Idul Fitri kegiatan tersebut masih berjalan sampai sekarang. Selain laut sebagai sumber ekonomi, masyarakat juga memiliki tradisi atau budaya yang tetap dijaga dan dilestarikan sebagai wujud rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yaitu dengan tradisi larung kepala kerbau dalam pesta lomban.

Prosesi Pesta Lomban

Pesta lomban adalah salah satu tradisi yang ada di Jepara. pesta lomban merupakan sedekah laut yang ada di Desa Ujung Batu Kabupaten Jepara yang dilaksanakan setiap tanggal 8 Syawal atau 1 minggu setelah Idul Fitri. Pesta lomban di Jepara adalah satu-satunya pesta lomban dipesisir pantai. Istilah lomban mengandung makna saling melempar atau berenang.

Menurut sejarah, tradisi lomban ini sudah ada sejak 1 abad yang lalu. Namun seiring dengan perkembangan zaman tradisi pesta lomban juga mengalami perkembangan. Tradisi pesta lomban yang berasal dari masyarakat pesisir yang bermata pencaharian pendapatan ini mampu mengundang perhatian masyarakat luar Jepara mereka serta dalam pelaksanaan tradisi ini seperti masyarakat kabupaten Kudus Demak dan Pati sehingga peserta lomba menjadi sumber pendapatan daerah.

Pada zaman dahulu pesta lomban di Jepara pada awalnya adalah sebuah pesta masyarakat nelayan di wilayah Kabupaten Jepara, namun dalam perkembangannya pesta ini telah menjadi milik masyarakat Jepara pada umumnya.

pada saat pesta lomban banyak pasar dijepara yang tutup. mereka para penjual dan pembeli berbondong-bondong untuk mengikuti pesta lomban. Pesta lomban ini berlangsung sejak jam 6 pagi sampai selesai. Adapun prosesi acara pesta lomban tersebut awal ziarah ke makam Mbah Ronggo dan Encik Lanang dilanjutkan dengan arakarakan kerbau yang diiring dari TPI menuju tempat pemotongan. 

Pada malam hari berbagai pertunjukan wayang di TPI dan acara puncaknya pelarungan kepala kerbau ke laut yang dilaksanakan oleh Bupati dan para pejabat-pejabat lainnya serta masyarakat desa Ujung Batu. Alasan kepala kerbau dipilih karena merupakan kerbau salah satu jenis hewan yang disebut "Rojo Koyo" yang artinya kepunyaan seseorang atau bisa disebut hewan ternak.

Pesta Lumban terdapat upacara yang menggunakan kepala kerbau untuk menyampaikan rasa syukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala atas nikmat yang diberikan kepada para nelayan. Tradisi pelarungan kepala kerbau ini dimulai sejak Haji Sidiq yang kala itu dimiliki sebagai kepala desa Ujungbatu yang dimulai sekitar tahun 1920. 

Upacara pemberangkatan sesaji kepala kerbau ini yang dipimpin oleh bapak bupati Jepara, sebelum diangkut ke perahu sesaji diberi doa oleh pemuka agama dan kemudian diangkat oleh para nelayan ke perahu untuk dilarungkan ke laut. Sementara sesaji dilarung ke tengah lautan, para peserta pesta lomban menuju ke "Teluk Jepara" untuk bersiap melakukan perang laut dengan amunisi berbagai macam ketupat dan lepet sebagai bentuk bahwa masyarakat sedang berpesta.

Tradisi pelarungan kepala kerbau ini dinikmati oleh masyarakat Ujung Batu sebagai simbol saling menghargai dan saling menguntungkan antara masyarakat dengan alam yaitu laut, sebagai pelestarian alam. Saat kerbau di semebelih daging kerbau di bagikan kepada seluruh warga Desa Ujung Batu kecuali kepalanya. Karena kepala kerbau tersebut akan di larungkan ke laut.

Tujuannya yaitu untuk memberi makan ikan-ikanyang berada di laut agar tidak habis sehingga para nelayan masih bisa mencari ikan yang berada dilaut. Jadi tidak hanya menikmatihasil dari sumbar daya alam namun manusia juga harus dijaga serta sumber daya yang akan dan telah digunakan tersebut. Oleh karena itu tradisi ini harus terus dijaga dan dilestarikan masyarakat Ujung Batu sebagai wujud laut sebagai sumber penghasilan utama masyarakat di Ujung Batu.

banyak resiko yang dialami para nelayan, membuat nelayan melakukan ritual tradisi pesta lomban yang didalamnya terdapat sedekah laut sebagai tolak bala dengan tujuan untuk mencegah timbulnya bencana yang akan datang nanti sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur atas segala nikmat dan berkah yang telah mereka peroleh selama ini serta agar hasil tangkapan menjadi lebih banyak.

Kesimpulan 

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai Tradisi dan kepercayaan masyarakat Jepara terhadap pesta lomban pelarungan kepala kerbau sebagai simbol rasa syukur dan keselamatan.

Kelurahan Ujung Batu merupakan wilayah pesisir dengan ditunjang akses melaut yang luas. Sebagian besar penduduk di kelurahan Ujung Batu memiliki mata mata pencaharian sebagai nelayan. Tradisi Lomban merupakan tradisi yang sudah turun temurun dari leluhur masyarakat Jepara. Selain sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan, tradisi ini juga merupakan wujud komunikasi antar masyarakat agar selalu tercipta kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pesta lomban adalah salah satu tradisi yang ada di Jepara. pesta lomban merupakansedekah laut yang ada di Desa Ujung Batu Kabupaten Jepara yang dilaksanakan setiap tanggal 8 Syawal atau 1 minggu setelah Idul Fitri. Tradisi pelarungan kepala kerbau ini dinikmati oleh masyarakat Ujung Batu sebagai simbol saling menghargai dan saling menguntungkan antara masyarakat dengan alam yaitu laut, sebagai pelestarian alam.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dari uraian-uraian atau pembahasan dan

kesimpulan yang sudah dijelaskan maka ada beberapa saran

dari penulis di antaranya sebagai berikut:

Untuk masyarakat Desa Ujung Batu hendaklah melaksanakan tradisi pesta lomban tidak bertentangan dengan syariat agama islam dan sebenar-benarnya karena rasa syukur atas yang diberikan allah Swt.

 

  • Daftar Pustaka
  • Iin Afriyanti, 2011, Fungsi Pesta Lomban Sebagai Media Komunikasi Rakyat Pesisir Kabupaten Jepara dalam Menyampaikan Pesan Dakwah, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta
  • Muhammad Abdurohman, 2015, Memahami Makna-Makna Simbolik pada Upacara Adat sedekah Laut di Desa Tanjungan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang, Universitas Negri Semarang, Semarang
  • Sofia Nurul Fitriyani, 2019, Sistem Kepercayaan (belief) Masyarakat Pesisir Jepara pada Tradisi Sedekah Laut, Universitas Negri Semarang, Semarang
  • Siti Umi Mar'atul Husnah, 2019, Larung Kepala Kerbau Sebagai Wujud Pelestarian Laut (Studi Kasus Tradisi Lomban) Di Desa Ujung Batu Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara, Institut Agama Islam Negeri Kudus, Kudus
  • Pujianto, 2013, Analisis Kelayakan Usaha Aspek Finansial Penangkapan Mini Purse Seine Dengan Ukuran Jaring Yang Berbeda Di PPI Ujungbatu Kabupaten Jepara, Universitas Diponegoro, Semarang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun