Pada zaman dahulu pesta lomban di Jepara pada awalnya adalah sebuah pesta masyarakat nelayan di wilayah Kabupaten Jepara, namun dalam perkembangannya pesta ini telah menjadi milik masyarakat Jepara pada umumnya.
pada saat pesta lomban banyak pasar dijepara yang tutup. mereka para penjual dan pembeli berbondong-bondong untuk mengikuti pesta lomban. Pesta lomban ini berlangsung sejak jam 6 pagi sampai selesai. Adapun prosesi acara pesta lomban tersebut awal ziarah ke makam Mbah Ronggo dan Encik Lanang dilanjutkan dengan arakarakan kerbau yang diiring dari TPI menuju tempat pemotongan.Â
Pada malam hari berbagai pertunjukan wayang di TPI dan acara puncaknya pelarungan kepala kerbau ke laut yang dilaksanakan oleh Bupati dan para pejabat-pejabat lainnya serta masyarakat desa Ujung Batu. Alasan kepala kerbau dipilih karena merupakan kerbau salah satu jenis hewan yang disebut "Rojo Koyo" yang artinya kepunyaan seseorang atau bisa disebut hewan ternak.
Pesta Lumban terdapat upacara yang menggunakan kepala kerbau untuk menyampaikan rasa syukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala atas nikmat yang diberikan kepada para nelayan. Tradisi pelarungan kepala kerbau ini dimulai sejak Haji Sidiq yang kala itu dimiliki sebagai kepala desa Ujungbatu yang dimulai sekitar tahun 1920.Â
Upacara pemberangkatan sesaji kepala kerbau ini yang dipimpin oleh bapak bupati Jepara, sebelum diangkut ke perahu sesaji diberi doa oleh pemuka agama dan kemudian diangkat oleh para nelayan ke perahu untuk dilarungkan ke laut. Sementara sesaji dilarung ke tengah lautan, para peserta pesta lomban menuju ke "Teluk Jepara" untuk bersiap melakukan perang laut dengan amunisi berbagai macam ketupat dan lepet sebagai bentuk bahwa masyarakat sedang berpesta.
Tradisi pelarungan kepala kerbau ini dinikmati oleh masyarakat Ujung Batu sebagai simbol saling menghargai dan saling menguntungkan antara masyarakat dengan alam yaitu laut, sebagai pelestarian alam. Saat kerbau di semebelih daging kerbau di bagikan kepada seluruh warga Desa Ujung Batu kecuali kepalanya. Karena kepala kerbau tersebut akan di larungkan ke laut.
Tujuannya yaitu untuk memberi makan ikan-ikanyang berada di laut agar tidak habis sehingga para nelayan masih bisa mencari ikan yang berada dilaut. Jadi tidak hanya menikmatihasil dari sumbar daya alam namun manusia juga harus dijaga serta sumber daya yang akan dan telah digunakan tersebut. Oleh karena itu tradisi ini harus terus dijaga dan dilestarikan masyarakat Ujung Batu sebagai wujud laut sebagai sumber penghasilan utama masyarakat di Ujung Batu.
banyak resiko yang dialami para nelayan, membuat nelayan melakukan ritual tradisi pesta lomban yang didalamnya terdapat sedekah laut sebagai tolak bala dengan tujuan untuk mencegah timbulnya bencana yang akan datang nanti sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur atas segala nikmat dan berkah yang telah mereka peroleh selama ini serta agar hasil tangkapan menjadi lebih banyak.
KesimpulanÂ
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai Tradisi dan kepercayaan masyarakat Jepara terhadap pesta lomban pelarungan kepala kerbau sebagai simbol rasa syukur dan keselamatan.
Kelurahan Ujung Batu merupakan wilayah pesisir dengan ditunjang akses melaut yang luas. Sebagian besar penduduk di kelurahan Ujung Batu memiliki mata mata pencaharian sebagai nelayan. Tradisi Lomban merupakan tradisi yang sudah turun temurun dari leluhur masyarakat Jepara. Selain sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan, tradisi ini juga merupakan wujud komunikasi antar masyarakat agar selalu tercipta kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat.