Dapat dilihat dari 2 faktor diatas yang apabila ada siswa yang lingkungannya tidak mendukung, apabila di lingkungannya banyak anak seusianya yang putus sekolah dan lebih memilih bekerja, maka besar kemungkinan pula siswa tersebut tidak bersekolah karena tidak ada rasa gengsi jika tidak bersekolah.
4) Â Â Â Â Rendahnya Sarana dan Prasarana
    Bisa kita amati bahwa masih sangat banyak sekolah yang kekurangan sarana dan prasarana. Seperti halnya, gedung sekolah banyak yang rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar sangat rendah, buku perpustakaan tidak lengkap, laboratorium tidak standard, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan apabila terdapat sekolah yang tidak memiliki komputer atau teknologi yang canggih akan membuat siswa tersebut tidak dapat memandang luas dunia yang bahkan menjadi ancaman Indonesia untuk maju.
5) Â Â Â Â Rendahnya Kualitas Guru dan Prestasi Siswa
    Masih banyak guru yang seenaknya dalam menjalankan tugas, seperti : terlambat masuk kelas, lebih banyak bercerita dibanding menjelaskan pelajaran, kurang memahami konsep materi yang akan diajarkan, kurang memahami karakter siswa bahkan masuk ke dalam kelas hanya untuk memberikan tugas lalu pergi meninggalkan kelas. Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru (Purnamasari, 2012). Maka apabila profesional guru itu rendah membuat pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
6) Â Â Â Â Faktor Perubahan Kurikulum
    Di Indonesia, terhitung sudah mengalami 10 hingga 11 kali perubahan kurikulum sejak Indonesia merdeka. Tentu perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi dapat membingungkan, terutama bagi pendidik, peserta didik, dan bahkan orang tua. Hal ini sangat berdampak pada pendidik dan peserta didik. Peserta didik akan terbebani dengan sejumlah materi yang harus dikuasainya.Â
Sehingga, sulit bagi peserta didik untuk memilih dan mengembangkan potensi dalam dirinya yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka serta pendidik yang terbebani dengan tugas yang banyak untuk mempelajari materi-materi dan tugas mengajari muridnya dengan materi yang banyak.Â
Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survei ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu "goal" apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan.Â
Apabila siswa tidak memiliki tujuan disekolah lalu kurikulum selalu berubah dan sangat tidak memikuti perkembangan zaman dikedepannya maka akan mencetak siswa yang memiliki nilai atau ijazah saja dan tidak memiliki kemampuan kompetensi yang pastinya hal ini malah membuat tingkat pengangguran semakin tinggi di Indonesia.
7) Â Â Â Â Ketidakmerataan Tenaga Pendidik