Mohon tunggu...
David Edison
David Edison Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Public Speaker

Alumnus STF Driyarkara Jakarta, Graduate 2014. Tertarik dengan masalah humanitas karena manusia pada kenyataan asalinya merupakan Subjek pada dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Upacara Penti dalam Budaya Manggarai

1 April 2012   08:48 Diperbarui: 4 April 2017   16:20 11626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian ini diambil dari buku Kebudayaan Manggarai (dengan beberapa perubahan).

Upacara penti terdiri dari beberapa babak, yaitu:

3.2.1. Upacara pra-penti: Podo Tenggeng (mempersembahkan kepincangan atau kekurangan)

Upacara ini lakukan pada pagi hari yang mana malamnya acara penti dilakukan. Tujuan acara ini adalah untuk mempersembahkan segala kekurangan agar dalam tahun berikutnya semua semua bencana kelaparan dijauhkan atau dibuang. Hewan persembahan adalah seekor babi kecil, seekor ayam kecil yang berbulu hitam, dan juga peralatan yang tak terpakai karena rusak seperti keranjang rusak, bakul rusak, periuk pecah. Benda-benda itu melambangkan kepincangan hidup dan kekurangan dalam kehidupan ekonomi. Hewan dan alat-alat itu dibawa ke tempat upacara, yaitu cunga (tempat pertemuan dua sungai, muara). Rumusan inti doa di tempat itu adalah: "Ho'o lami ela miteng agu manuk miteng, kudut kandod sangged rucuk agu ringgang landing toe ita hang ciwal, toe haeng hang mane. Porong ngger laus hentet, ngger ce'es mbehok, kudut one waes laud one lesos saled" (Inilah kami persembahkan seekor babi dan seekor ayam, semuanya berwarna hitam, sebagai tanda penolak kelaparan. Biarlah semua bencana kelaparan hanyut di sungai ini bersama darah babi dan ayam ini serta bersama redupnya terang matahari hari ini). Selanjutnya, ayam dan babi itu dibunuh, digantungkan pada kayu cabang yang dipancang di tempat upacara. Kemudian, bersama dengan peralatan yang rusak itu, babi dan ayam itu dihanyutkan. Sebelum meninggalkan tempat itu, semua parang atau pisau yang digunakan untuk membunuh harus dibersihkan di sungai itu. Kemudian semua orang pulang ke kampung dengan syarat tidak menoleh ke belakang agar segala kekurangan itu tidak lagi mengikuti dari belakang. 3.2.2. Upacara penti. Beberapa hari sebelum upacara penti, seluruh keluarga di kampung itu mengundang kaum keluarga mereka. Acara ini terbagi dalam beberapa bagian, yakni: Barong wae teku, Barong compang, Libur kilo, Wae owak, dan Tudak penti (upacara puncak).

3.2.2.1. Barong wae teku

Semua keluarga berkumpul di rumah adat (gendang). Bahan yang perlu disiapkan adalah ayam, telur mentah, sirih pinang, dan kapur. Jalannya upacara: 1. Dibuka dengan renggas (pemberitahuan bahwa upacara dimulai atau berakhir). 2. Peserta berbaris berarak-arak ke mata air dengan pukulan gong dan gendang yang disertai dengan lagu arao: Cako (Solo) : Ara  o  e  neki weki ara  o (kita berkumpul) Wale (jawab) : Ara  o Cako : Ara  o  e  ranga manga ara  o (hadir di sini) Wale :  Ara  o Cako : Ara  o  e  celung cekeng ara  o (musim berganti) Wale : Ara  o Cako: Ara  o  e  wali ntaung ara  o (syukur atas semua hal yang diperoleh dalam tahun ini) Wale: Ara  o Cako : O e neki weki ara  o  o  e Wale : Ara  o Cako: O e  manga ranga ara  o  o e Wale: Ara  o Cako: Ara  o  e  kaing dani ara o (mohon panen berlimpah) Wale: Ara  o Cako: Ara  o  e  tegi becur ara  o (mohon agar kebutuhan akan makanan tercukupi) Wale: Ara  o Cako: Ara  o  e  uwa gula ara  o (semoga bertumbuh mulai pagi hari) Wale: Ara  o Cako: Ara  o  e  bok leso ara  o (juga setiap hari) Wale : Ara  o Cako : O  e  kaing dani ara o o  e Ara  o  e  tegi becur ara o  o  e Wale : Ara  o Lagu yang disertai pukulan gong dan gendang baru berhenti bila tiba di mata air minum 3. Acara di mata air minum: a. Pemberian sirih pinang yang diletakkan dengan ungkapan : Empo, ho'o kala agu raci te cepe (Nenek, kami memberikan sirih pinang ini). Ai to'ong de penti, teho'on barong wae teku (karena sebentar malam diadakan upacara penti, sekarang upacara di air minum/air timba ini). b. Telur mentah dipecahkan bagian atasnya, lalu diletakkan di atas buluh dengan ungkapan: Empo Ho'o tuak, salangn tuak ho'o, ai to'ong penti, dasor meu agu ami camas-camas baron wali di'a sangged di'a de Morin ata poli teing latangt ite. (Nenek, ini tuak, maksudnya karena sebentar mau diadakan upacara penti, semoga kita bersama-sama menyampaikan syukur atas segala kebaikanNya yang telah dicurahkan kepada kita.). c.Pembawa persembahan memegang ayam. Sebelum tudak atau do'a di dahului renggas sebagai pembukaan. Tudak atau do'a: Denge le meu empo, ho'o de manuk kudut barong wae. (Dengarlah ya nenek, ini ayam untuk dipersembahkan di air ini). Wali di'a kamping ite Morin agu Ngaran, ai ite poli teing ami wae bate tekugm ho'o (Sampaikanlah syukur kepada Tuhan, karena Tuhan sudah memberikan kami air untuk kebutuhan kami. Tegi kali dami (kami mohon) : Lami agu riang koe wae teku ho'o (jagalah air minum ini). Dasor mboas kin wae woang, kembus kin wae bate tekugm ho'o. (semoga air minum ini senantiasa mencukupi kebutuhan kami). Dasor neka koe Wong le roho agu rove le lus wae teku ho'o. (semoga dijauhkan dari segala gangguan yang merusakkan air ini). Porong inung wae ho'o wae guna Laing latangt weki agu wakar dami. (semoga air ini berguna bagi jiwa dan raga kami). Porong mese bekek kali, mbiang ranga (semoga memberikan kesegaran bagi kami). Kemudian ayam disembelih, lalu dibakar untuk diambil sebagian hatinya, ususnya serta dagingnya untuk dijadikan sesajian. Kemudian lagu renggas sebagai tanda upacara di tempat itu telah selesai. Arakan dari mata air ke Compang dengan pukulan gong dan gendang yang diiringi lagu Arao seperti di atas. 3.2.2.2. Barong Compang Barong Compang : Upacara di compang (kumpulan batu di tengah kampung yang digunakan sebagai tempat pemujaan roh-roh), yang terletak di tengah-tengah kampung. Bahan persembahannya adalah Sirih pinang, telur mentah sebagai Tuak, dan ayam. Maksud pemberian sirih dan telur mentah sebagai tuak untuk mengundang roh-roh yang menjaga compang supaya hadir di Rumah Adat nanti dalam upacara penti. Acara di Compang 1. Renggas sebagai pembukaan upacara. 2. Tudak atau do'a : Denge di'a le meu empo, ho'o de manukn barong compang, ai to'ong wie penti one mbaru (dengarlah ya roh penjaga megalithik, ayam ini kami persembahkan di tempat ini, karena sebentar malam diadakan upacara. penti). Tegi kali dami (kami mohon), Dasor dengga koe paang kali, nggaru koe di'a ngaung (Mohon perlindungan seluruh kampung, mulai dari bagian depan hingga bagian belakang). Dasor tadang koe darap detana, agu kolang de leso (semoga dijauhkan dari gangguan wabah penyakit). Tadang koes tae raja kali, deu koes tae wie (semoga di jauhkan dari gangguan manusia dan gangguan setan). Sika koe ringang kali, wur koe rucuk, agu kando koe dango (jauhkan dari gangguan kesehatan). Ho'o manukn lami kudut loces meu empo, ai poli baro one wae teku agu one compang (inilah ayam untuk menerima roh yang menjaga air minum dan yang menjaga compang). Dasor nai ca anggit ite, tuka ca leleng, to wall di'a sangged widang de Morin ata poli tei kamping ite one ntaung ata belaud, agu tegi kole sembeng, titong agu berkak latangt ite (semoga kita bersatu untuk bersama-sama menyampaikan syukur atas semua kebaikan Tuhan yang telah kita peroleh dalam tahun yang barn kita lewati, dan mohon lagi perlindungan, bimbingan serta berkat untuk hidup selanjutnya) Kemudian ayam disembelih dan seterusnya dibuat helang seperti tersebut di atas. Kemudian upacara toi loce (penunjukan tempat istirahat/tempat duduk bagi arwah).

3.2.2.3. Libur kilo

Upacara libur kilo adalah syukuran keluarga. Persembahannya adalah seekor ayam dan seekor babi kecil. Acara libur kilo, urutannya:

1. Renggas sebagai pembukaan upacara

2. Lagu pembukaan : Lagu sanda lima Sanda lima adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh manusia. Lima kebutuhan itu adalah sebagai berikut

a. Mbaru tara kaeng (rumah tinggal)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun