Hana tertegun. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan nikmat yang Tuhan berikan padanya setiap hari. Ia masih bisa kuliah dan menjalankan bisnis secara bersamaan. Bertemu orang tua yang masih lengkap meski tidak tentu waktunya. Sesekali juga masih bisa telepon dan bercerita. Sejak saat itu, yang ia tahu hanyalah bersyukur, bersyukur, dan bersyukur. Motivasi yang terus ia bawa sampai saat ini.
Di usianya yang sudah mencapai 21 tahun itu, masih banyak harapan yang ingin ia wujudkan. Bercita-cita membuat lapak usaha yang mampu memberdayakan masyarakat adalah keinginan yang masih Hana upayakan. Rasa kemanusiaan yang mendorongnya selalu berbuat hal baik.
"Dari dulu, aku pengin banget bikin usaha yang bisa memberdayakan orang lain. Aku ngerasa senang kalau orang bisa terbantu dengan usaha yang aku buat," ujarnya.
Jika dilihat, Hana memang menyukai pekerjaan-pekerjaan humanis. Bahkan, ketika disuruh memilih public relations dengan jurnalis, ia akan menunjuk opsi yang kedua. Alasannya, menjadi seorang pewarta bisa menyampaikan fakta secara lebih bebas dan apa adanya. Tidak ketinggalan, ia juga bertekad membesarkan bisnis skincare yang telah dirintis dari nol dan yang sudah ia anggap sebagai anak kecilnya.
Perjalanan yang fluktuatif, mengajarkan Hana banyak perjalanan hidup. Tidak menyepelekan hal kecil. Serius dalam mengerjakan sesuatu. Termasuk totalitas dan bekerja keras dalam setiap kesempatan.
"Jangan pernah menyepelekan sesuatu sekecil apapun. Karena kita nggak akan tahu hidup kedepan akan jadi seperti apa," ujar Hana di akhir cerita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H