Mohon tunggu...
Evina Nila Andriani
Evina Nila Andriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PBI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Be kind. Even on your bad days.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berjuang dengan "Insecure", Ubah Rasa Minder Menjadi Prestasi

23 Juni 2021   23:56 Diperbarui: 24 Juni 2021   10:19 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bekal pengalaman yang ia dapatkan selama duduk di bangku sekolah ia lanjutkan di perkuliahan. Bermodalkan rasa suka pada bidang tulis-menulis, memotret, dan bertemu orang lain membuatnya memilih Jurusan Ilmu Komunikasi.

Hana bercerita bahwa ia ingin sekali melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia (UI) karena sebenarnya memang ia sudah diterima dan tinggal verivikasi berkas. Kondisi keluarga yang kemudian mengharuskannya untuk menetap di Yogya. Berbekal saran dari ibunya, Hana memiilih untuk meneruskan pendidikanya di UPN (Universitas Pembangunan Nasional) "Veteran" Yogyakarta.

Tak kalah berbeda dengan masa SMA-nya dulu, di bangku kuliah ia semakin mengasah potensinya. Hana banyak mengikuti acara-acara yang diselenggarakan oleh jurusan bahkan kampusnya. Pergi keluar kelas membuat berita sampai menjadi reporter berita di organisasinya. Tidak ketinggalan, ia juga memiliki bisnis skinkare; masker wajah. Setiap hari mengharuskannya untuk COD atau mengirim paket pesanan pembeli di jasa pengiriman. Meski demikian, Hana tidak pernah terlambat dalam mengerjakan tugas kuliahnya.

"Kalau soal pembagian waktu, aku pasti akan mengaturnya sesuai dengan prioritas yang kumiliki. Biasanya aku pakai plan A dan plan B (sebagai cadangan). Supaya tidak ada waktu yang terbuang," jelas Hana.

Di sisi lain, perjuangan Hana juga menjadi bukti bahwa tidak semua dengan awal buruk akan memiliki akhir yang buruk juga. Kondisi keluarga yang memiliki basic bisnis, mengharuskannya bertindak positif. Bagaimanapun, ia harus tetap melanjutkan jalan hidupnya sendiri.

"Kondisi keluarga mungkin terbilang biasa saja. Bapak ibuku juga bukan orang yang suka memberi semangat. Karena kondisi itu, justru dengan memiliki bisnis ini, aku bisa mengutarakan emosiku secara positif," katanya.

Ketika Hana merasa sedih atau down, cara terbaik baginya untuk meluapkan perasaan adalah dengan melakukan review masker di Instagram story bisnisnya. Pada akhirnya, sesuatu yang berawal hanya untuk menyibukkan diri menjadi sebuah kebiasaan baik yang hadir dalam hidup. Baginya, banyak atau sedikitnya penjualan bukan tujuannya.

Ia mengerti, meski sudah berusaha, terkadang rasa kekecewaan turut hadir dalam perjalanan. Entah diri sendiri ataupun orang lain. Bahkan terkadang, rasa itu datang dari orang terdekat sekalipun. Orang tua, misalnya.

Kesedihan sempat terlintas dalam hatinya. Namun ia sadar, banyak hal lain yang harus lebih disyukuri. Kalau mau menuntut semua harus sesuai kehidupan, tidak akan bisa. Life is full of surprise. Tidak semua hal yang kita harapkan bisa sesuai dengan ekspektasi.

Perasaan sedih yang muncul dalam hati, ia buang jauh-jauh menjadi rasa syukur. Sewaktu ia menduduki kelas satu SMA, ia melihat seorang anak yang tiba-tiba menangis kencang. Tak tahu penyebabnya, beberapa orang mendekat dan bertanya.

"Nah, waktu ditanya, ternyata anak kecil itu nangis karena kangen sama ayahnya. Ternyata, dia anak yatim. Jadi, kalau kangen ya, udah nggak bisa ketemu lagi," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun