"Lebih buruk lagi, apa maksudmu?!?" Tanya Kamal dengan cemas.
"Memoriku akan hilang dari hari ke hari. Hanya masalah waktu hingga semua benar-benar hilang."
Kamal terkejut seperti yang aku duga. Suasana di kamar kami tiba-tiba hening. Hanya ada suara detik jam dari ruang depan. Tak ada suara lain, karena saat itu kebanyakan penghuni kos sedang keluar. Sesekali dering notifikasi dari masing-masing HP kami terdengar, tapi tak ada satupun dari kami yang menyahutnya.
"Terus apa orang tuamu sudah tahu soal ini?" Tanyanya
"Jelas belum. Kamu orang luar pertama yang mengetahui hal ini. Aku pun bingung bagaimana caranya aku memberitahu orang tuaku tentang hal ini." Jawabku. Aku terdiam lama. Dalam diam aku merasakan ada sesuatu yang hilang dalam diriku. Samar-samar mulai terasa. Mataku mulai sembab dan kamal menyadari hal itu.
"Ada apa sal."
"Ada sesuatu yang hilang dari kepalaku. Ya, aku merasakannya. Mengenai masa SD ku, aku bisa mengingat namanya, tapi mengenai rute jalannya aku mulai samar dan semakin tidak jelas. Padahal aku yakin jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahku." Jawabku dengan suara yang hampir hilang
"Oh, Ya Allah." Kamal hanya bisa nyebut melihat aku mulai kehilangan ingatan. Ya, baik aku dan Kamal hanya bisa terdiam setelah aku menyebutkan kalimat itu. Suasana kembali hening. Sesekali terdengar suara motor yang melintas di depan kos-kosan kami.
"Terus apa yang disarankan dokter ke kamu sal?"
"Dokter menyarankan aku untuk membuat buku catatan selagi memoriku belum seluruhnya hilang. Ini sebagai arsip ingatanku."
"Tidak ada obat yang diberikan oleh dokter?"