Ringkasan Serat Wulangreh
Isi Serat Walangreh cenderung ditujukan kepada para pemuda. Di dalamnya terdapat ajaran tentang kawaskitaan, kepekaan terhadap sasmita, kejujuran, dan kesabaran, rasa hormat dan sebagainya. Serat Wulangreh digubah dalam beberapa tembang macapat yaitu:
- Dhandhanggula, menerangkan bahwa manusia hidup harus menuntut ilmu.
- Kinanthi, menerangkan berperilaku demi kebaikan amal.
- Gambuh, menerangkan larangan melakukan kejahatan.
- Pangkur, menerangkan baik buruk tingkah laku itu telah tampak dari gerak-geriknya.
- Maskumambang, menerangkan sesembahan yang harus disembah.
- Megatruh, menerangkan keutamaan orang mengabdi.
- Durma, menerangkan larangan mencela dan membuka aib orang lain.
- Wirangrong, menerangkan berhati-hati dalam berkatadan memilih kawan.
- Pucung, menerangkan peringatan kelakuan dan rukunnya persaudaraan.
- Mijil, menerangkan baik buruknya orang menerima dan tidak menerima takdir
- Asmarandana, menerangkan petunjuk tingkah para pegawai Negara
- Sinom, menerangkan contoh cita-cita
- Girisa, menerangkan peringatan dan doa untuk anak-anak (keturunan)
Serat Wulangreh terdiri dari tembang Dhandhanggula 8 bait, Kinanti 16 bait, Gambuh 17 bait, Pangkur 17 bait, Maskumambang 34 bait, Megatruh 17 bait, Durma 12 bait, Wirangrong 27 bait, Pucung 23 bait, Mijil 26 bait, Asmaradana 28 bait, Sinom 33 bait, dan Girisia 25 bait.[4]
Wejangan Pakubuwana IV dalam Serat Wulangreh
Pupuh ke-4, pada (bait) ke-8, Pangkur, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Pakubuwana IV:
Ginulang sadina-dina,
wiwekane tuwin basa basuki.
Ujubriya kibiripun,
sumungah tan kanggonan.
Mung sumendhe ing karsanira Hyang Agung,
ujar sirik kang rinksa,