Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Ajak Berdamai dengan Corona, Begini Respons Waras Saya

8 Mei 2020   09:18 Diperbarui: 7 Juni 2020   00:36 2173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo [Biro Sekretariat Presiden via Kompas.com]

Kita tidak bisa lagi menatap mentari senja sambil sender-senderan bahu dan kepala dengan kekasih orang yang tidak kita kenal, sebab siapa tahu ia silent carrier virus corona. Hah?

Kita harus lebih sering mandi dan cuci tangan; mengenakan masker jika keluar rumah; tidak lagi menempelkan upil di bangku taman, apalagi di lengan baju orang di samping saat berjejal di dalam kereta. Prinsipnya hidup lebih higienis.

Penyesuaian-penyesuaian ini adalah keharusan sebab kita tidak mungkin melakukan karantina wilayah atau PSBB selama lebih dari tiga bulan. Bukan cuma karena hal itu meruntuhkan perekonomian. Yang paling mendasar adalah cadangan kekayaan negara tidak sanggup untuk mendukung kehidupan rakyat dalam rentang waktu sepanjang itu. Bisa jadi pandemi busung lapar kalau dipaksakan juga. 

Hanya saja saya merasa perlu bertanya balik ke Presiden Jokowi. Jika masyarakat bisa berdamai dengan corona---hingga vaksin ditemukan dan disuntikan ke seluruh rakyat---apakah Pak Jokowi juga bersedia berdamai dengan corona?

Kesediaan Presiden atau pemerintah untuk berdamai dengan corona akan tampak dalam kebijakan-kebijakan yang dibuat.

Contohnya selama ini Pak Jokowi terlalu membangga-banggakan perusahan rintisan berbasis teknologi. Pada masa kampanye dahulu perusahaan-perusahaan berskala unicorn jadi jualan, alat pelegitimasi kesuksesan pemerintah. Dengan kondisi bencana kesehatan seperti ini, sudah sepantasnya Presiden bersedia menyesuaikan diri, tidak memaksakan subsidi terhadap perusahaan-perusahaan ini.

Kartu Prakerja pada kenyataannya merupakan subsidi terhadap perusahaan-perusahaan rintisan yang jadi makelar kursus online jika ngotot dilaksanakan prematur. Soal ini, sila Pak Presiden dan para penggemar setia beliau membaca artikel "Ketika Sri Mulyani Ngotot Kartu Prakerja".

Pemerintah yang berdamai dengan kondisi tantangan kekinian dan masa depan adalah pemerintah yang bersedia meninggalkan pola bansos yang sering salah sasaran, politis, banyak dikorupsi, dan merendahkan martabat golongan masyarakat miskin. Pola itu diganti dengan penerapan Universal Basic Income seperti yang sudah diterapkan Iran dan Spanyol.

Soal UBI, sila baca artikel "Bikin Cemburu, Spanyol Terapkan UBI, Akankah Indonesia Juga?" Tentu saya tidak mendesak hal ini dilakukan sekarang. Ada banyak pembenahan prasyarat--seperti administrasi kependudukan, perombakan beban pajak penghasilan menjadi lebih progresif, hingga penciptaan dana abadi--yang perlu terlebih dahulu dilakukan.

Nah, kalau nanti Pak Jokowi sudah mampu berdamai dengan kondisi, rakyat pun boleh ikut-ikutan. Monggo, Pak, kasih kami contoh. Ingat, lho, tut wuri handayani  itu baik, tetapi jauh lebih penting ing ngarsa sung tulada dan ing madya mangun karsa.

Ok, baiklah. Istri saya sudah selesai membuat panekuk labu. Ada tiga lapis. Di tengah dan atasnya dikasih parutan keju mozzarrela. Sudah pula saya lahap hingga habis. Jadi risiko artikel ini bikin ia jengkel sudah zero. Saya sudah bisa publish sekarang.

Selamat menunaikan puasa, pembaca. Saya turut mendoakan puasa Anda penuh terus sebulan ini.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun