Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Ajak Berdamai dengan Corona, Begini Respons Waras Saya

8 Mei 2020   09:18 Diperbarui: 7 Juni 2020   00:36 2173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo [Biro Sekretariat Presiden via Kompas.com]

Frasa 'hidup aman bersama bencana' mengandung makna ada peristiwa-peristiwa alam yang tidak bisa kita cegah kejadiannya. Siapa punya kuasa mengcegah gempa bumi dan letusan gunung api?

Nah, terhadap peristiwa-peristiwa tidak terhindari, yang bisa umat manusia lakukan adalah menyesuaikan kehidupannya dengan kenyataan itu. Hal ini sangat penting bagi penduduk Nusantara yang sudah ditakdirkan semesta harus hidup di antara gunung-gunung berapi dan pertemuan lempeng-lempeng kerak bumi.

Penyesuaian-penyesuain itu berupa pengarusutamaan risiko bencana dalam pembangunan. Contohnya di daerah-daerah rawan gempa bumi, pemerintah tidak mengizinkan pembangunan pemukiman di tepi  pantai; pantai dikonservasi dengan reboisasi bakau; ada sistem peringatan dini; sekolah-sekolah dibangun dengan konstruksi tahan gempa, dan banyak contoh lainnya.

Dengan demikian ketika gempa bumi terjadi, korban yang jatuh bisa diminimalisir.

Ingat, yang namanya bencana itu bukan kejadian alamnya, melainkan seberapa besar korban jiwa dan material yang ditimbulkan oleh peristiwa itu.

Hidup aman bersama bencana juga berarti menciptakan masyarakat yang lenting, yang punya segudang coping strategy untuk bisa segera bangkit setelah mengalami kejadian buruk kebencanaan. Untuk itu diperlukan penyesuaian-penyesuaian dalam hidup.

Contohnya, masyarakat di wilayah-wilayah yang kerab kekeringan, perlu menyesuaikan pola konsumsi pangannya. Jika selama ini sudah terlanjur doyan makan beras gara-gara politik berasnisasi orde baru, mereka perlu membiasakan lagi mengonsumsi pangan pokok yang cocok dibudidayakan dalam lingkungan kritis air.

Nah, penyesuaian hidup itu dengan kondisi kebencanaan inilah yang dengan tepat diistilahkan sebagai berdamai. Presiden Joko Widodo sudah menggunakan istilah itu dengan tepat.

Dalam konteks bencana kesehatan pandemi Covid-19 ini, penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan adalah perubahan sikap dalam pergaulan dan pembawaan hidup sehari-hari.

baca juga: "Kemunafikan Indonesia dalam Kasus Nelayan di Kapal Tiongkok"

Kita terpaksa tidak bisa lagi merumpi keburukan teman—kecuali jika mau dilakukan sambil teriak-teriak dan didengar yang bersangkutan—sebab saat mengobrol bergosip pun harus jaga jarak.

Kita tidak bisa lagi salaman dan salim-saliman saat berjumpa kenalan dan kerabat, apalagi cipika-cipiki dengan mantan yang sudah jadi suami atau istri orang. Mantan sekalipun bisa saja sudah tertular virus corona sekalipun masih tampak segar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun