Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

"The Power of Dream": Refleksi Perjuangan Tjiptadinata Effendi dalam Mewujudkan Mimpi-mimpinya

19 April 2024   13:54 Diperbarui: 19 April 2024   14:00 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku The Power of Dream": Kekuatan Impian karya Tjiptadinata Effendi (Dokumentasi pribadi)

Kita tidak perlu tahu bagaimana mungkin mimpi kita bisa menjadi kenyataan? Biarlah waktu yang membantu kita mengerjakan semua itu. Tugas kita adalah menciptakan dan meyakini bahwa impian kita bisa menjadi kenyataan.

Kita juga harus fokus pada satu impian, jangan terlalu sering mengganti impian. Kebiasaan mengganti-ganti impian setiap saat justru memberi peluang munculnya keraguan, kecemasan, dan ketakutan pada impian kita sendiri. Impian yang sering berganti tidak akan pernah menjadi kenyataan, semuanya akan menjadi impian kosong belaka.

Ilustrasi berani menciptakan impian (Sumber: bola.com)
Ilustrasi berani menciptakan impian (Sumber: bola.com)
Puncak dari keberanian menciptakan impian adalah antusias dalam mengejar impian. Mengapa harus antusias? Karena antusiasme adalah kekuatan terbesar dalam hidup kita (enthusiasm is one of the greatest power ini our life). Antusiasme adalah salah satu kekuatan yang dapat menyerap dan menyimpan energi. Dengan kekuatan yang terhimpun, antusiasme akan membuat kita tetap tabah sehingga bisa mengalahkan semua rintangan hidup yang datang silih berganti secara rutin.

2. Berguru kepada Semua Orang

Salah satu konsep yang bisa digunakan ketika berguru pada orang lain dalam mengejar impian adalah duplikasi. Ayahanda Tjipta dalam bukunya ini menerapkan konsep ini dalam beberapa bagian. Dalam konteks mengejar impian, ayahanda mendefinisikan duplikasi sebagai tindakan mencontoh suatu contoh keberhasilan yang pernah dicapai seseorang tanpa mengambil atau mengurangi satu pun hak orang tersebut.

Untuk menjelaskan maksud dari konsep duplikasi ini, ayahanda mencontohkan pengalamannya ketika mengadakan lokakarya di Roma. Saat itu ada seorang peserta begitu antusias dan serius menduplikasi cara ayahanda dalam bermeditasi. Semua gerakan meditas ayahanda ditiru mulai dari sikap duduk, posisi jari tangan dan kaki, cara menarik nafas, posisi mata terpejam atau tidak. Peserta ini ingin mencontoh secara utuh semua gerakan meditasi tersebut.

3. Ciptakan Pikiran yang Positif

Sebenarnya semua orang memiliki potensi dan peluang yang sama untuk menciptakan pikiran yang positif di dalam dirinya. Kita hanya butuh waktu beberapa menit untuk menetapkan rencana kita ke depan. Pikiran positif bisa membangkitkan optimisme bahwa siapa pun orangnya pasti bisa mengubah hidupnya, apa pun kondisi mereka.

Berpikir positif akan menuntun jiwa untuk menyatakan pada diri kita bahwa hidup kita  sendirilah yang mengatur kehidupan seperti apa yang ingin kita capai dalam hidup. Hidup kita adalah apa yang kita pikirkan. Berpikiran positif di sini bisa juga berarti mengubah pola pikir dari yang negatif.

Kita bisa menggambarkan pikiran kita dengan perencanaan agar kita tahu dengan apa yang akan dikerjakan dalam hidup kita ke depan. Kita pasti bisa melakukan perubahan dalam hidup karena kita sudah tahu apa yang akan dilakukan.

4. Mengambil Keputusan yang Cermat

Pikiran yang positif bisa membuang hal-hal negatif yang selalu menjadi beban yang membuat pikiran kita sesak dalam membuat keputusan. Beban inilah yang kerap menjadi penghalang kita untuk membuat keputusan yang cermat. Ketakutan terhadap risiko yang berlebihan membuat kita ragu bahkan takut untuk menghadapi situasi yang normal sekalipun. Keraguan untuk membuat keputusan justru membuat kita kurang cermat dalam mengambil keputusan yang bisa membuat hidup kita sukses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun