Setelah foto dan pesan terkirim via WA, saya langsung unboxing paketnya. Ternyata isinya dua buku karya ayahanda Tjipta Effendi yang diterbitkan oleh "PT Eleks Media Komputindo", salah satu penerbit yang bernaung di bawah "Kompas Gramedia Group". Bukunya berjudul "The Power of Dream: Kekuatan Impian" yang terbit tahun 2008, dan "Enlightment: Mencapai Pencerahan Diri" tahun 2009.
Saya tertarik untuk menjelajahi isi kedua buku tersebut kemudian akan saya refleksikan dan saya tulis di Kompasiana sebagai sebuah Tribute untuk karya ayahanda Tjipta ini. Saat ini saya akan berbagi hasil bacaan dari "The Power of Dream" yang isinya sangat representatif menggambarkan perjalanan hidup ayahanda beserta istri tercinta dalam membangun mimpi-mimpi mereka. Dengan mimpi-mimpi tersebut mereka lalu menetapkan langkah-langkah strategis untuk mewujudkan semua itu secara bersama-sama hingga sekarang.
Apa itu
Dare to dream! Beranilah bermimpi. Itulah ungkapan pembuka yang ditulis oleh ayahanda Tjipta untuk mengulik rasa penasaran pembaca untuk menyelami makna sebenarnya dari ungkapan tersebut. Dengan mengajak untuk berani bermimpi, ayahanda Tjipta hendak mengarahkan pikiran pembaca untuk fokus pada kekuatan diri yang menjadi potensi untuk mengejar dan mewujudkannya.
Jadi jelas, mimpi yang dimaksud oleh ayahanda di sini adalah merencanakan suatu cita-cita besar yang ingin diraih, fokus dan bekerja keras untuk mewujudkannya menjadi kenyataan. Mimpi atau impian yang dimaksud oleh ayahanda dalam bukunya ini adalah cita-cita yang bisa diraih atau diwujudkan oleh diri kita sendiri.
Sudah pasti, ayahanda tidak akan menyarankan pembacanya untuk pergi tidur dan bermimpi untuk memenangkan lotre yang langsung membuatnya kaya mendadak tanpa usaha sedikitpun. Ini mustahil karena melawan akal sehat dan sunnatullah atau hukum alam. Siapa yang mau sukses hendaklah dia bekerja keras untuk mencapainya. Itulah hukum alam tentang kesuksesan dalam hidup.
Dalam Islam sendiri ditegaskan bahwa kesuksesan seseorang atau suatu kaum itu sangat bergantung pada ikhtiar untuk mengubah nasib mereka sendiri. Allah SWT tidak akan membantu sedikit pun terhadap kesuksesan tanpa ikhtiar. Di dalam al Quran Allah sendiri sudah mengatakan bahwa Dia tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum mereka mengubah nasibnya dengan tangan mereka sendiri. Artinya Tuhan akan lebih mudah membantu mereka yang mau berusaha untuk meraih kesuksesan dengan kerja keras.
Di sini terlihat ayahanda begitu cerdik sekaligus bijak mempersuasi pembaca untuk menyadari bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk sukses dengan potensi yang sudah diberkikan oleh Tuhan. Salah satu potensi tersebut bisa dipicu dengan sikap berani untuk bermimpi atau merencanakan cita-cita masa depan.Dengan pemahaman demikian, ayahanda Tjipta "memprovokasi" keberanian pembaca untuk bermimpi karena impian bisa membuat kita menjadi besar. "Jangan pernah takut bermimpi, Â sekali pun tidak semua impian kita terwujud, demikian tulis ayahanda dalam bagian pendahuluan bukunya ini. Jauh lebih mulia kedudukan seseorang yang hanya mencapai sebagian cita-citanya ketimbang mereka yang sama sekali tidak memiliki keinginan untuk mencapai cita-citanya.
Sampai di sini saya jadi teringat dengan postingan sebuah ungkapan persuasif yang melintas di feed Linkedin saya beberapa waktu lalu. Isinya begini: "If you dare to dream, You can do it!" Artinya kurang lebih: Jika kamu berani bermimpi, kamu bisa mengerjakannya!"
Jadi saya simpulkan, mimpi yang dimaksud oleh ayahanda Tjiptadinata Effendi dalam buku: "The Power of Dream" bukan bunga tidur yang bisa dinikmati oleh setiap orang di dalam tidurnya. Mimpi adalah sebuah visi yang menuntun komitmen, kreativitas, dan kerja keras seseorang untuk mencapai kesuksesan hidup. Visi adalah sumber energi yang menjadi kekuatan sebuah impian.
Menciptakan Impian