"Selamat siang ananda Sultani.
Terima kasih anandaku.
Buku akan dikirimkan ke alamat Ananda.
Salam hangat dari Australia"
Adalah pesan dari Ayahanda Tjiptadinata Effendi (selanjutnya akan saya sapa dengan ayahanda Tjipta) yang dikirim via aplikasi perpesanan WhatsApp (WA) masuk ke handphone saya. Hari itu tanggal 8 April 2024 pukul 14.27 di HP saya.
Hari itu bertepatan dengan H-2 Lebaran sehingga saya menganggap konfirmasi pengiriman buku dari ayahanda Tjipta sebagai rejeki dan berkah Ramadan saya yang dititipkan via beliau. Pesan dari ayahanda ini merupakan balasan dari pesan yang saya kirimkan langsung ke nomor WA beliau sekitar 6 menit sebelumnya.
Sebelum komunikasi yang kami lakukan dengan daring ini, saya sudah berkomunikasi dengan ayahanda Tjipta secara pribadi via Kompasiana untuk merespons salah satu artikel beliau yang menawarkan bingkisan lebaran berupa buku secara cuma-cuma. Para penerima bingkisan ini tidak dipungut biaya apa pun termasuk ongkos kirim karena biaya sudah "all-in" ditanggung oleh ayahanda. Saya termasuk salah satu Kompasiner yang dipilih langsung oleh ayahanda Tjipta.
Singkat cerita buku yang dijanjikan pun mendarat dengan selamat di teras rumah saya pada Selasa 17 April siang. Senang sekali rasanya begitu paket berpindah tangan dari kurir ke tangan saya. Paketnya terbungkus dengan kertas coklat kemudian dilapisi dengan plastik transparan dari sebuah perusahaan ekspedisi.
Segera saya singkap plastik tersebut kemudian saya potret bagian paket yang berisi tulisan data pengirim dan penerimanya dengan HP saya. Fotonya langsung saya kirimkan ke ayahanda saat itu juga untuk mengabarkan bahwa paket buku yang dikirim dari Kota Padang itu sudah sampai dan sudah saya terima dalam keadaan utuh dan selamat.
