Mohon tunggu...
Langit Quinn
Langit Quinn Mohon Tunggu... Freelancer - Ghost writer, Jokower, Ahoker...

Founder Fiksiana Community

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Di Balik Acara Visi Indonesia, Banyak yang Kecewa!

15 Juli 2019   16:03 Diperbarui: 18 Juli 2019   17:27 3962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Ini adalah tulisan yang saya copas dari status Facebook saya. Anda yang tak mengalami ngga usah merasa sok bijak menasehati saya, dan menuduh saya punya kepentingan! 


Tulisan ini saya persembahkan untuk orang-orang yang hari minggu lalu memperlakukan saya dengan tidak baik.


(Bagi Anda yang meragukan saya dan menuduh saya kampret jadi-jadian, motif tulisan ini apa, ke mana arah dukungan saya selama ini, apa isi status saya selama kampanye pilpres silahkan ke akun FB saya : Langit Quinn. Kalau untuk sekadar posting tentang kubu sebelah, maaf, bukan pakai akun ini, ngga usah penasaran akunnya mana aja, akun ini memang sejak awal untuk tulisan fiksi. Dan postingan ini adalah murni curahan hati saya, tidak ada kepentingan apapun! Bukan bermaksud menjelek-jelekan acara tsb apalagi menjelekan Pak Jokowi, hanya membuka apa yang saya alami di balik acara tsb, dan orang-orang yang memperlakukan saya dengan tidak baik.)


Mewakili teman-teman saya yang kepanasan tidak bisa masuk venue dan saya pribadi yang mengalami hal tak mengenakan kemarin.

Duhai orang-orang di lantai dua yang kemarin berada di dalam  ruangan hotel Harris, enggak begitu juga kali memperlakukan sesama pendukung. Seakan kamu yang berkuasa, dan orang-orang yang antre di luar itu pengemis, pengemis gelang yang di usir-usir keluar. Orang-orang yang mau gelang itu adalah sama-sama pendukung Jokowi yang kepengen masuk venue melihat presiden yang didukungnya secara langsung, Jokowi bukan presiden kamu aja! Mereka minta gelang. Bukan minta JABATAN!  


Dokpri
Dokpri
Mas-mas   yang jaga pintu, ibu-ibu berambut pendek berbaju putih, embak-embak dan mas-mas yang pegang laptop. Saya tau namanya, kalau saya tulis entar ribud.

Saya kemarin bisa duduk di kursi VIP dengan kawalan seorang ajudan berkat bantuan ketua presidium GARDA bapak Igun Wicaksono, yang mengirimkan ajudannya ke hotel Harris, mengantarkan gelang VIP, dan mengawal saya sampai  ke kursi VIP (Hal tsb terjadi setelah saya mengungkapkan kekecewaan di WAG relawan  acara atas kacaunya penanganan di lapangan). Pak Igun dengan baik hati menelpon saya dan mengutus ajudannya ke Harris , padahal beliau sendiri masuk setelah debat dulu di luar. Beliau masuk ke dalam dengan niat meminta ET untuk membuka venue untuk umum tanpa gelang-gelangan.


Dokpri
Dokpri

Saya salah satu dari sekian buanyak teman-teman yang juga merasakan kecewa. Bagaimana tak kecewa,  nama organ relawan yang saya daftarkan, gelang saya  kata mas-mas pemegang data, sudah diambil atas nama orang lain, El* Susila** nama tersebut bukan nama anggota saya, saya bilang saya tak kenal, dia bilang data yang masuk seperti itu,  tapi di data laptop nama El* Susi*** menjabat sebagai bendum di  dalam organ kecil saya, sedangkan saya tak mengenalnya, kemungkinan besar  panitia salah mencantumkan nama dia dalam organ kecil saya, begitulah kerja panitia yang tidak becus! Dan di sini saya tidak menyalahkan  Ibu El* Susila**. Tapi saya salahkan panitia. Gara-gara kesalahan tersebut, maka saya tidak bisa ambil gelang, karena dikatakan gelang sudah diambil! Apa gunanya hari-hari sebelumnya diminta kirim id card dan foto diri, kalau dia tidak koreksi nama organ sesuai dengan yang dikirimkan? Bodoh banget! Ketika dicecar bisanya ngeles tuh emas-emas pemegang data di laptop.

Di Harris bahkan seorang ketum organ mengajak para ketum-ketum organ lain untuk 'mendatangi' pak Eko ramai-ramai untuk menuntut dia bertanggung jawab, saking kecewanya ibu-ibu itu dan merasa kalau datang sendirian mungkin ga akan digubris, dia mengajak ketum organ dan sekjen untuk bersama-sama protes  (ada bukti video dan saya posting di IG saya di sini ), di video itu si Ibu berkata: bahwa dia sudah datang ke Sekjen. Bahkan sekjen buang ke Bu Judith, lalu bu Judith lempar ke Sekjen Panitia Nasional, dan Sekjen lempar lagi ke Bu Judith. Maka solusinya, menurut ibu itu, harus datangi pak Eko karena dia sekretarisnya (sekjen panitia nasional, Eko yang dimaksud kemungkinan Eko Nugroho) untuk bertanggung jawab. Tapi sepertinya tidak jadi.


Enggak lagi-lagi saya masuk ke lingkaran seperti itu. Beda jauh saat  saya lihat di masa kampanye, saya lebih suka melihat relawan-relawan 'sejati' bergotong royong di masa kampanye, bekerja dengan hati tanpa ada kepentingan apapun selain memenangkan Jokowi. Itu yang saya lihat 'di bawah' di lapangan, entah juga bagaimana 'di atas'.

Lagi sial aja mungkin saya, masuk ke dalam orang-orang  yang ' di atas' itu. Karena ketulusan sejatinya malah ada 'di bawah'.


Saya baru tau, bahwa di lingkaran 'atas' seperti ituuuh, sesama relawan 'yang merasa punya kuasa' ternyata menyeramkan dalam memperlakukan relawan-relawan/masyarakat  biasa, yang sejatinya sesama pendukung Jokowi dengan tidak baik. Amit-amit jabang babon, CUKUP SATU KALI saya masuk ke lingkaran tersebut, politik di relawan bikin muak juga ternyata. Saya baru  masuk lingkaran itu demi apa? Demi gelang supaya bisa masuk venue, jadi benar-benar baru tau dan saksikan sendiri, biasanya hanya dengar dari 'katanya dan katanya'. Biasanya jadi relawan biasa aja, tidak ikutan masuk ke lingkungan begituan. Lagian biasanya dapat gelang ya dapat aja tuh seperti  saat kampanye Istora, tidak pakai daftar. Dan saya yang naif ini, mengira kalau bertanya baik-baik akan di jawab  baik-baik bukan di usir coy!


Saya mengeluh ke relawan yang kelihatannya 'biasa-biasa' saja, dia bilang "banyak 'relawan-relawan' tanda kutip yang pingin saling menonjol dan dianggap paling bekerja, sehingga relawan kecil/rakyat biasa kaya kita malah jadi korban nih kayak sekarang. Mereka pingin dapat jabatan! Ada juga yang menamai diri relawan tapi yang kaya sosialita  petentang petenteng aja kerjanya, kerja jadi relawan turun ke jalan juga kagak, andalkan duit, donasi biasanya puluhan juta untuk acara demi bisa dipandang atau dilihat. Panitia akan pisahkan jatah  gelang ke mereka. Semacam pesanan". Oh gitu.. Ya ya ya..

Duhai bapak Jokowi, jangan naif pak sama relawan-relawan yang suka cari muka. Semua sama saja kalau sudah gila jabatan. 


Dokpri
Dokpri

Teman saya bilang, sesama panitia sudah berantem kalau rapat. Hahaha! Pantaslah jadi kacau balau begitu. 

Dia juga bilang, kamu pasti ogah lagi masuk lingkaran seperti ini, ini kali pertama kamu masuk lingkaran ini, dan dapat perlakuan tidak menyenangkan, pahit! 

"iya bangetlah! Lebih baik bayar 5juta nonton konser Mariah Carey dan diperlakukan selayaknya fansnya. Ketimbang berantem dengan sesama 'relawan' demi bisa nonton presiden kita! Sementara sebenarnya mereka hanya mau cari muka! Relawan yang bukan bekerja untuk Jokowi, tapi bekerja untuk BOS mereka! 'Relawan yang memperlakukan aku tidak semestinya hanya demi BOSnya/orang-orang yang berkuasa di atasnya. Kelakuannya bukan kelakuan relawan yang mau membantu sesama relawan/rakyat biasa. Tapi orang bekerja untuk atasannya!"

"Saya sudah bertahun-tahun menyaksikan yang begini, sesama relawan berantem.." Kata teman saya lagi.

Ya kalau ngga berantem ngga seru kali ya...  Ngga ada yang merasa paling-paling! Saya sih baru lihat beberapa minggu belakangan lihat mereka ribud di WAG,  tadinya ku kira ilusi semata, tapi setelah mengalami  ini di lapangan ini benar-benar nyata.

BTW untuk cek-cek ombak kemarin, saya  sempat minta pertanggung jawaban tentang ID saya yang sudah masuk yang telah diganti nama orang lain,  sekaligus saya foto buktinya di laptop. Saya tanya lagi donk, kenapa nama anggota saya adalah orang yang tak saya kenal, sama yang pegang data-data di laptop, dia ngeles-ngeles, dikira saya bodoh! Awalnya di dekat kolam renang di lobby, dia bilang dia hanya kerja, ya bodoh aja kalau hanya kerja tapi ngga pakai otak kan?  Lalu dia pindah di ruangan lantai 2 saya jabanin lagi, tapi mbak-mbak sebelahnya nyuruh orang yang jaga pintu untuk nguris saya. Astaga! 

"Yang tak berkepentingan dilarang masuk" Katanya.

Mas-mas jaga pintu itu tak memperbolehkan saya masuk lagi.

Tak menyerah teman saya sarankan untuk minta sama ibu-ibu rambut pendek, saya tau siapa dia, dan siapa atasannya, lagi-lagi dia manggil mas-mas penjaga pintu untuk keluarkan saya. Emenjing! Tanpa menjawab pertanyaan saya.

"Ini tolong diurus!" Katanya ke mas penjaga pintu.

Pak Jokowi harus tau, orang-orang yang mengaku 'relawan'ada yang kelakuannya begitu hanya demi orang-orang yang berkuasa di atasnya. Dan nama orang diganti seenak jidat. Saya itu cuma mau gelang. Bukan minta JABATAN. Saya itu mau lihat pak Jokowi, seperti ibu-ibu yang kemarin hampir nangis di Harris.

Dengan mata  saya, saya lihat ada ibu-ibu tua sampe mau nangis karena emosi tisak bisa masuk ke dalam SICC gara-gara tidak punya gelang, dia datang dari jauh demi apa? Demi dapat melihat presiden yang didukungnya.

"Saya paham Bu, saya juga merasakan hal yang sama" Kata saya. Lebih parah saya sih, diusir-usir dan saya sampai nangis.

Dia sudah mau pulang, saya dan teman saya  tenangkan supaya tunggu dulu siapa tau dapat gelang.

"Masuk lingkaran ini harus memiliki jaringan, kenal banyak orang, banyak ketua organ, kalau enggak, ya kaya kamu ini. Enggak kenal siapa-siapa, dan lebih pahit lagi diperlakukan tidak baik, karena dia tidak kenal siapa-siapa" Kata teman saya. Ya betul, karena saya juga bukan siapa-siapa.

Yang bikin lebih kecewa, pas saya  masuk dan acara dimulai, sampai Inul muncul dan Jokowi pidato, di kanan dan kiri buanyaaaak bangeeuuut bangku YANG MASIH KOSONG!


Dokpri
Dokpri

Buat Anda yang dapat gelang 'pesanan' untuk yang lebih berkuasa, dan buat Anda yang memesan 'gelang' tanpa digunakan, mentang-mentang sudah kirim transferan untuk sponsorin acara, buat Anda yang ingin menonjol, yang merasa paling-paling sebagai relawan, buat Anda yang mengganti nama relawan kecil, kita sama-sama  rakyat yang dukung jokowi, kita sama-sama mencoblos Jokowi, tapi ya bukan begitu amat juga memperlakukan relawan lain, dan seperti memonopoli gelang, banyak yang tidak bisa masuk, banyak rakyat jelata yang sama-sama pendukung Jokowi yang mau masuk, mereka harus pulang menelan kekecewaan, tapi lihatlah: BANYAK KURSI KOSONG DI KANAN DAN KIRI!

Dokpri
Dokpri

Saya ini terlalu naif, menganggap mental seperti oknum pejabat jaman dulu sudah berhasil direvolusi, nyatanya masih menjijikan sekali.

Saya  tulis ini karena  muak melihat yang begituan dan saya alami sendiri.

Sebagai pendukung Jokowi (yang mungkin hanya butiran debu) saya kecewa karena bukan seperti  ini semestinya. Mental kalian itu harusnya mengikuti mental Jokowi dan Ahok. Kalian relawan-relawan yang sok berkuasa itu mirip orang-orang  di imigrasi jaman dulu, di kelurahan jaman dulu sebelum Ahok dan Jokowi menjabat. Ada relawan seperti kalian yang memonopoli gelang, seperti yang saya lihat di ruang lantai 2 Harris kemarin, mungkin sekarang masih disimpan oleh anak buah kalian, mempersulit orang untuk masuk, ada juga yang baik sekali sepertu bapak Igun kemarin. Sebagai catatan, pak Igun pun harus debat dulu saat masuk.

Beliau masuk meminta ET membuka venue acara meski tanpa gelang. Hasilnya malamnya dibuka. Sayangnya rakyat yang sejak siang kepanasan mau masuk dan tidak ada gelang, sudah terlanjur pulang. Bangku-bangku terisi lagi sebagian. Namun tetap banyak yang kosong sampai akhir.

Untuk diketahui, saya di Harris sampai hampir petang, tahukah Anda semua, yang  make kaos dan id card panitia itu, sepertinya hanya panitia-panitaan aja.. Panitia boong-boongan. Huahahahaha. Saya harus ketawa, karena saat  mereka ditanya tidak ngerti apa-apa. Kaya orang pilon aaja  Atau seberenya sih pakai  baju panitia-panitiaan dan id card itu biar keren, panitia yang sebetulnya harusnya tau 'apa-apa' bukan 'ga tau apa-apa',  coz endingnya mereka  jadi peserta biasa, duduk manis dikursi, kaya penonton lain, tak bisa membantu rakyat biasa/relawan butiran debu kaya saya.

Saya salut sama orang-orang yang pakai baju biasa saja malah bantu relawan lain mendistribusikan makanan dan minuman, lha ini, berkalung id card bertuliskan protokoler tapi ditanya serba "wah saya ngga tau", dan memakai kaos  panitia tapi buat keren-kerenan, ditanya nggak ngerti, duduk manis di kursi-kursi hotel Harris, sementara ibu-ibu relawan yang 'sesungguhnya' sedang bekerja panas-panasan di luar sana. Panitia-panitiaan yang di Harris, duduk-duduk manis, petentang petenteng, bawa gelang setumpuk, dimintai pelit, ngga bisa memberikan solusi, fota foto pake kaos panitia, ditanya ngga ngarti apa-apa. 

Buat Anda yang kemarin sudah memperlakukan saya sedemikian, makasih lho, karena saya nulis di Kompasiana lagi.

Kalian yang sudah usir-usir saya ngga dikawal sampe VIP kan? Hahaha

Dokpri, screenshot Facebook
Dokpri, screenshot Facebook

Di group WAG, saya kena marah karena kalau saya tulis katanya jelek-jelekan relawan, lho, yang jelek memang harus dibongkar, kata pak Jokowi dan Ahok, buat apa ditutupi, lagian pilpres sudah kelar. Anda yang ngga seneng adalah Anda yang punya kepentingan. Saya sih sudah tanpa beban, Pak Jokowi sudah menang, pilpres sudah kelar, saya tak punya kepentingan apapun! 

Kampret mau goreng? Bodo amat, yang salah ya salah, yang benar ya benar, sekali lagi: pilpres udah kelar Jokowi udah menang, emang gue pikirin!

Ini adalah murni curahan hati saya, dengan apa yang telah saya alami. Karena saya yang naif, maka terkaget dan shock melihat yang berbanding terbalik di Harris dengan relawan yang merakyat dan memanusiakan manusia di lapangan SICC sana. Pak Igun salah satunya.

Kalian itu harus sadar bahwa kita saat kampanye bersama-sama memenangkan presiden  yang sama. Anda relawan kelas wahid, saya relawan biasa saja. Tapi bukan begitu donk caranya memperlakukan pendukung-pendukung lain yang sama-sama mendukung Jokowi. Rakyat biasa/relawan biasa yang bagai butiran debu kaya saya ini cuman mau masuk sebagai penonton. Hanya itu!

Kalau kalian butuh jabatan, sumonggo sono! Ambil kalau dapat!
Ibu-ibu yang nangis, bapak-bapak  dan emak-emak yang kepanasan di luar bersama segenap rombongan yang datang dari jauh dan berharap dapat gelang, atau saya  itu bukan mau jabatan, tapi cuma mau gelang supaya bisa masuk, dan melihat presiden pilihan kita dari dekat!

Kacaunya kepanitiaan, membuat bangku banyak yang kosong, relawan ribud di Harris, dan rakyat kaya saya ini kecewa berat! Rombongan relawan banyak yang pulang. Panitia ditanya tentang gelang "mbuh ra weruh". Lha iya , wong kaosnya doank yang tulisanya panitia. 

Acara sebesar itu kok penangannya sama sekali tidak profesional. Sesama relawan berantem. Bangku banyak kosong. Gelang entah sebagian disembunyikan di mana.

Tapi dari semua hal di atas, ada hal manis, yaitu tadi, Tuhan kirimkan saya orang baik. Thanks pak Igun.

Berasa Grace Natalie lho, dikawal masuk, dan ketemu Grace Natalie dipintu masuk. Hahahaha!

Semoga Pak Igun dan Ajudan kebaikannya dibalas Tuhan. 

____

UPDATE

Ibu Ely inbox saya, dia klarifikasi, bahwa dia sebetulnya ambil gelang sendiri di sana atas nama organnya.. Dia sepertinya engga tau kalau nama dia masuknya di organ kecil saya sebagai bendum, nama ibu Ely masuknya ke Relawan Medsos Jokowi (organ ecek-ecek saya), harusnya nama dia masuk ke Srikandi Tumbuk Lada Jokowi. Lalu kesalahan siapa nama dia bisa masuk ke organ butiran debu saya yang posisinya persis di bawahnya? Sehingga saat saya  ambil gelang, panitia bilang gelang saya sudah diambil sama Ely?

Ya jelas salah panitia lah..  Masa salah saya, masa salah Bu Ely. Mereka yang masukan nama. Bisa-bisanya masukan nama anggota lain ke organ ecek-ecek saya. Sehingga saya tak bisa ambil gelang. Karena dikatakan sama mereka: "gelangnya sudah diambil sama bu Ely, jd saya ga bs ambil lagi."

Buat Ibu Ely, mohon maaf ya Bu kalau merasa terusik namanya saya sebut di status saya. 🙏🙏
Ngga ada niat sama sekali, hawong kita aja ngga kenal kok


Saat di sana setelah saya ambil foto yang secara buru-buru itu dan lihat hasil foto , saya sadar ada nomor tlp bu Ely yang kepotret cuma separo, maka saya buru-buru balik lagi ke dekat kolam renang, minta nomor hp untuk hub Bu Ely. Tapi yang saya dapat adalah jawaban gini: "Mau Ibu ribud di sini juga Ibu udah ga bisa ambil!"

saya: "Iya, tp saya cuma mau minta no hp aja Bu Ely... Mau tanya.."

Mas-mas  pemegang data: "Kita lagi sibuk ya bu.."

Kaya yang menghindar gitu mas-masnya. Dan tidak meladeni lagi.

Bukan niat saya, ini panitia yang nuduh klo ibu Ely ambil gelang organ ecek-ecek saya. Jadi saya ngga bisa ambil gelang organ (remahan rengginang) sy sendiri, dan dapat perlakuan tak mengenakkan kemarin.

Kesalahan mereka membuat banyak org dirugikan.

Demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun