Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Megadeth dari Kesumat, Kematiannya hingga Grammy

17 Agustus 2019   07:12 Diperbarui: 31 Agustus 2019   09:10 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megadeth dalam formasi terbaru, Dave Mustaine, David Ellefson, Kiko Loureiro dan Dirk Verbeuren | Foto megadeth.com

Megadeth, nama yang tak asing lagi di belantara pengusung dan penggemar musik metal, termasuk di Indonesia. Grup metal asal Los Angeles ini telah 2 kali menyambangi Indonesia dalam turnya, Medan pada 2001 dan Yogyakarta pada 2018 lalu. 

Dihiasi kontroversi mulai dari lirik lagu sampai dengan perseteruan antara dua pendirinya, Dave Mustaine dan David Ellefson, Megadeth kini menuju dasawarsa ke-4 perjalanan musiknya. 

Berdirinya Megadeth

Jika saja Dave Mustaine, sang frontman Megadeth tak dipecat oleh James Heatfield dari Metallica, bisa jadi Megadeth tak menjadi salah satu dari the Big Four (Metallica, Megadeth, Slayer, Anthrax). 

Saat itu, Metallica hendak melakukan rekaman untuk debut albumnya, Kill 'Em All (rilis pada 1983). Kisruh tak bisa ditolak, Mustaine berselisih hebat dengan Hetfield dan Ulrich. 

Dan Kill 'Em All pun dirilis tanpa Mustaine meski 3 lagu yang dibawakan di debut Metallica -- Jump in the Fire, Phantom Lord dan Metal Militia -- adalah hasil kolaborasi Hetfield, Ulrich dan Mustaine. 

Selepas ditendang dari formasi Metallica, Mustaine pun berniat untuk menyaingi Hetfield dan kawan-kawan. 

Dua tahun berselang, lahirlah album perdana Mustaine yang telah membentuk grup sendiri, Megadeth. Nama Megadeth terinspirasi oleh ujaran senator California, Alan McGregor Cranston yang mengkampanyekan pembekuan senjata nuklir pada akhir era perang dingin. 

"The arsenal of megadeath can't be rid no matter what the peace treaties come to", begitu kutipannya. 

Kata "megadeath" itulah yang kemudian dijadikan Mustaine sebagai nama band barunya. 

Diskografi 

Album pertama Megadeth, "Killing is Business...and Business is Good" diluncurkan pada 1985 dengan formasi personil Dave Mustaine (vokal dan gitar), David Ellefson (bas), Gar Samuelson (drum) dan Chris Poland (gitar). 

Album itu dirilis melalui label indi, Combat Records. Sukses di ranah underground, Combat menginginkan Megadeth mencetak kesuksesan berikutnya dengan menaikkan budget produksinya. Namun justru hal itu yang membuat Mustaine meninggalkan label tersebut karena tak sepakat dengan budget yang hanya USD 25.000. 

Megadeth pun berlabuh ke Capitol Records dan album ke dua pun dirilis. "Peace Sells..but Who's Buying" meluncur ke khalayak. 

Dave Mustaine tengah membubuhkan tanda tangannya pada 2 gitar yang akan dilelang untuk korban gempa Palu. Pada Oktober 2018, Megadeth tampil di depan publik Indonesia melaui Jogjarockarta yang digelar di Stadion Kridosono, Yogyakarta | Foto medcom.com
Dave Mustaine tengah membubuhkan tanda tangannya pada 2 gitar yang akan dilelang untuk korban gempa Palu. Pada Oktober 2018, Megadeth tampil di depan publik Indonesia melaui Jogjarockarta yang digelar di Stadion Kridosono, Yogyakarta | Foto medcom.com
Pada tur di tahun 1986, Samuelson dan Poland dikeluarkan dari formasi terkait dengan penyalahgunaan obat-obatan yang merugikan band. Dan posisi mereka digantikan oleh Chuck Behler (drum) dan Jeff Young (gitar). 

Album berikutnya, "So Far So Good... So What!" dilempar ke publik pada 1988 dengan berbagai masalah yang dihadapi sebelumnya. Diantaranya perselisihan antara Mustaine dan sang produser, Paul Lani serta perjuangan Mustaine yang juga terlarut dalam penyalahgunaan obat terlarang. 

Album-album yang dirilis melalui label yang sama adalah "Rust in Peace" (1990), "Countdown to Extinction" (1992), "Youthanasia" (1994), "Cryptic Writing" (1997) dan "Risk" (1999). 

Melalui "Rust in Peace", Megadeth dengan formasi Mustaine, Ellefson bersama anggota baru Marty Friedman (gitar) dan Nick Menza (drum) mendapat nominasi Grammy pada 1991 untuk katagori Best Metal Performance Tembang yang dikenal dalam album ini diantaranya adalah "Holy Wars.. The Punishment Due", " Hangar 18" dan "Tornado of Souls". 

"Countdown to Extinction" menjadi album paling sukses Megadeth. Album itu bertengger pada posisi ke dua pada chart Billboard 200 dan berhasil meraih 3 platinum. Salah satu track yang cukup familier dalam album ini adalah "Symphony of Destruction". 

Berbanding terbalik dengan album 1992 itu, "Risk" menjadi album dengan capaian buruk sehingga membuat Mustaine berjanji akan kembali ke dasar bermusik Megadeth. Salah satu lagu dalam album ini, "Crush 'Em", digunakan sebagai sound track film Jean Claude van Damme, Universal Soldier : The Return. 

Kontroversi 

Pada Agustus 2011, seseorang bernama David Lefever ditangkap oleh kepolisian kota Appleton, Wisconsin dengan tuduhan melakukan tindakan tak bertanggung jawab. 

Hal itu bermula ketika dia meminta untuk diputarkan lagu "Killing is Business.. And Business is Good" kepada sebuah stasiun radio diikuti dengan ancaman akan melakukan penembakan. 

Penyiar Hard Rock Radio yang menerima chat Lefever pun bertindak cepat dengan melaporkan hal itu ke pihak berwenang. 

Salah satu lagu dalam album Youthanasia, A Tout le Monde, di-banned MTV karena dianggap memprovokasi orang untuk melakukan bunuh diri. Pada September 2006, seorang pemuda berusia 25 tahun bernama Kimveer Gil melakukan penembakan di Dawson College dan mengakibatkan seorang tewas serta 19 orang terluka. Setelah selesai melakukan aksinya, Gill menembak dirinya sendiri yang mengakibatkan kematiannya. 

Dia adalah seseorang yang terobsesi dengan teori konspirasi diantaranya 9/11 dan invasi Amerika ke Irak. Catatan terakhir di blognya sebelum dia melakukan tindakan brutalnya adalah potongan lirik lagu A Toul le Monde. 

Satu lagu lagi yang dilarang diputar di MTV adalah "In My Darkest Hour". Lagu dalam album "So Far So Good.. So What!" itu sebenarnya diciptakan Mustaine untuk mengenang sahabatnya yang adalah bassist Metallica, Cliff Burton, yang tewas akibat kecelakaan bus. 

Bubarnya Megadeth 

Album Megadeth berikutnya dirilis di bawah naungan Sanctuary Record. Pada 2001, meluncurlah "The World Needs a Hero". 

Megadeth saat memenangkan Best of Metal Performance pada ajang Grammy Award 2017 melalui album Dystopia (2016) | Foto wikimetal.com
Megadeth saat memenangkan Best of Metal Performance pada ajang Grammy Award 2017 melalui album Dystopia (2016) | Foto wikimetal.com
Setahun tahun kemudian, tepatnya pada April 2002, Mustaine mengumumkan Megadeth bubar menyusul gangguan syaraf yang menimpanya. Dia didiagnosa mengalami kerusakan syaraf radial pada lengan kiri hingga membuatnya tak bisa lagi bermain gitar. 

Selama beberapa bulan Mustaine menjalani terapi. Mendapati respon positip, dia pun mulai melatih kembali jari-jemarinya dalam bermain gitar. Alhasil, Mustaine mendapatkan kembali kemampuannya dan berniat untuk membangun kembali Megadeth. 

Gagal menyatukan kembali formasi mereka saat merilis Rust in Peace (Mustaine, Ellefson, Friedman & Menza), album "The System Has Failed" diluncurkan dengan formasi grup Mustaine, Chris Poland (gitaris pertama Megadeth), Jimmi Lee Sloas (bass) dan Vinnie Colaiuta (drum). 

Album ini mendapat respon positip pasar dan dianggap sebagai album terbaik Megadeth semenjak dirilisnya "Countdown to Extinction". 

Album studio selanjutnya adalah "United Abomination" (2007), "End Game" (2009), Thirteen" (2011), "Super Collider" (2013)dan "Dystopia" (2016). Personel paling setia Megadeth, David Ellefson akhirnya kembali ke dalam formasi tetap pada 2010 hingga sekarang. 

Pada Juni lalu, secara mengejutkan Mustaine mengumumkan bahwa dirinya tengah mengidap kanker tenggorokan sehingga Megadeth harus membatalkan jadwal turnya. Dia mengatakan bahwa dirinya dan para dokter tengah melakukan penanganan yang diyakininya 90% berhasil. 

Dave Mustaine bersama istrinya -Pamela, Justis -anak lelakinya dan putrinya, Electra. Electra Mustaine mewarisi bakat bermusik ayahnya meski beda genre. Electra menekuni musik country, salah satu lagu Megadeth dalam album Youthanasia (1994), I Though I Knew It All diaransemen ulang dirilis olehnya pada 2016.
Dave Mustaine bersama istrinya -Pamela, Justis -anak lelakinya dan putrinya, Electra. Electra Mustaine mewarisi bakat bermusik ayahnya meski beda genre. Electra menekuni musik country, salah satu lagu Megadeth dalam album Youthanasia (1994), I Though I Knew It All diaransemen ulang dirilis olehnya pada 2016.
Megadeth seolah tak berarti tanpa Mustaine. Lalu, akankah kali ini pria 57 tahun itu kembali berhasil melewati rintangan yang menghadangnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun