Mohon tunggu...
Aprisal AlNahli
Aprisal AlNahli Mohon Tunggu... Guru - Sahabat Pengabdi

Penggiat Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Pelosok Kaget, Kalau Mendikbud Tak Tahu Ada Sekolah Tanpa Listrik dan Sinyal

4 Mei 2020   16:05 Diperbarui: 5 Mei 2020   09:12 3331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses pembelajaran luar jaringan yang dilakukan oleh guru pelosok saat pandemi Covid-19 (dokpri)

Kepada Yth,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
Bapak Nadiem Makarim

di-
Jakarta

Salam hormat dan santun kami kepada Bapak!

Mengawali surat ini kami memohon doa kepada penguasa semesta alam agar kiranya pandemi Covid-19 segera berlalu di muka bumi ini termasuk di Negeri kita tercinta Indonesia. 

Pun demikian kami mendoakan keselamatan kepada seluruh jajaran pemerintahan agar selalu dilindugi dari wabah penyakit ini dalam keadaan sehat walafiat termasuk Mas Menteri, agar tetap dapat menjalankan roda pemerintahan dengan baik demi rakyat dan bangsa.

Sebelumnya saya memohan maaf kepada Bapak Menteri telah lancang menuliskan surat yang sengaja kami tujukan kepada Bapak dengan topik kondisi sekolah-sekolah yang ada di pelosok negeri. 

Surat ini saya tulis terinspirasi dengan dengan adanya berita di media online (news.detik.com) Sabtu, 02 Mei 2020 pukul 23:29 WIB dengan judul "Evaluasi Belajar Online, Nadiem Kaget Dapat Keluhan Tidak Ada Sinyal-Listrik".

Berawal dari berita tersebut kami pun guru-guru yang ada di pelosok ikut kaget baru tahu kalau Bapak Mendikbud tidak mengetahui masih ada sekolah yang tak ada listrik dan sinyal. 

Oleh karena itu saya mencoba menulis surat kepada Bapak Menteri menyampaikan kondisi sekolah kami yang berada di pelosok nusantara siapa tahu saja surat ini bisa sampai dan dibaca oleh Bapak Menteri sebagai bahan [data laporan] dari kami untuk dijadikan referensi dalam mengambil kebijakan terkait kondisi pendidikan yang berada di pelosok.

Bapak Menteri yang terhormat,

Kami memaklumi jikalau Bapak baru tahu yang sebenarnya kalau masih ada daerah [sekolah] yang belum dialiri listrik dan ataupun sinyal telpon/internet sebab Bapak baru saja menjalankan tugas sebagai Menteri mungkin belum sepenuhnya mengunjungi wilayah Indonesia terutama yang di pelosok. 

Bukan karena Bapak tak bekerja tapi waktu Bapak sangat terbatas dan sibuk mengurusi dunia pendidikan belum lagi negeri kita dirundung musibah Covid-19 sehingga perputaran roda pemerintahan kurang berjalan efektif. 

Tapi satu hal yang perlu kita ambil nilai positifnya dari Covid-19 bisa tersampaikan informasi kepada Bapak Menteri terkait kondisi riil di lapangan tentang kondisi sekolah-sekolah kita yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

Bapak Menteri yang mulia,

Sebelum saya menuliskan beberapa point penting terkait yang kami alami di pelosok baik guru maupun peserta didik dalam dunia pendidikan saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. 

Saya adalah seorang guru dari Kabupaten Sumba Timur, NTT. Mengajar di salah satu daerah pelosok tanpa sinyal dan listrik tepatnya di SMP Negeri Satap Umandundu, Desa Mahaniwa Kec. Pinu Pahar.

Sebelumya saya telah menulis terkait aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh-oleh guru yang berada di pelosok tanpa jaringan baik listrik maupun sinyal [luring]. Tulisan itu telah saya muat di dinding FB serta di blog.

Bapak Menteri yang terhormat,

Kita ketahui bersama bahwa negara kita ini memang cukup luas negara kepulauan. Sekolah-sekolah kita pun tersebar diberbagai kepulauan sampai di pulau terdepan, terluar dan tertinggal. 

Dengan kondisi demikian pemerintah memang perlu kerja ekstra untuk mewujudkan pemerataan pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan. 

Perlu kami sampaikan kepada Bapak Menteri bahwa kami guru-guru yang berada pada daerah luring selain kewalahan memberikan jaminan pembelajaran peserta didik di tengah pandemi Covid-19, kami sudah lama merasakan kewalahan dan ketertinggalan sebelum Covid-19 mewabah di negeri kita tercinta. 

Beberapa hal yang kadang menjadi keterbatasan kami baik guru maupun peserta didik akan kami sampaikan dalam beberapa point berikut:

1. Terdapat ribuan sekolah yang tersebar di pelosok nusantara yang selain belum memiliki pasokan listrik dan jaringan internet juga belum memiliki kelengkapan fasilitas infrastruktur bangunan.

Misalnya, belum memiliki ruang Laboratorium, Perpustakaan bahkan ada beberapa sekolah gedung kelas/kantor merangkap sebagai mess guru dan atau gedung kelas dibagi menjadi 2 rombel. Sehingga dengan demikian tingkat efektivitas pembelajaran peserta didik kami masih belum maksimal.

2. Ketersedian tenaga pengajar masih sangat terbatas.

Bahkan ada yang merangkap berbagai macam mapel diluar dari disiplin ilmu yang dimiliki. Jalan ini harus kami tempuh karena keadaan yang memaksa demikian.

3. Guru [sertifikasi] yang berada di pelosok kadang dihantui dan disibukkan dengan administrasi pemenuhan jumlah jam mengajar minimal [12 JJM] bagi sekolah yang berada dearah terpencil. 

Sedang kita ketahui bahwa sekolah yang berada daerah terpencil standar jumlah rombel rata-rata hanya memiliki 3 rombel. Sehingga bagi yang mengajar diluar mapel sains kewalahan untuk bisa mencukupkan JJM tersebut. 

Sebutlah misalnya mapel PKN dan Penjas, jika hanya memiliki 3 rombel maka JJM maksimal yang bisa diampu hanya 9 JJM dengan menggunakan K-13. 

Berusaha untuk menambah kekurangan JJM kurang memungkinkan dengan kondisi geografis yang ada di pelosok, jarak dan medan tak seperti yang kita bayangkan di kota-kota besar sehingga dengan demikian banyak guru-guru yang terancam mendapatkan hak tunjangan profesionalitasnya.

4. Perlu kami sampaikan bahwa guru selain diberi gaji pokok oleh pemerintah juga diberi tunjangan khusus [dancil] bagi yang memenuhi kriteria. 

Salah satu kriteria yang harus dipenuhi adalah mengajar di wilayah sangat tertinggal. Dasar penentuan daerah sangat tertinggal berdasarkan penetapan dari data Kemendes PDT dan Transmigrasi tentang penetapan daerah-daerah berkembang, tertinggal dan sangat tertinggal. 

Hanya saja jika mengacu data dari Kemendes maka banyak guru-guru yang semestinya mendapatkan kompensasi berupa tunjangan dancil tersebut tapi malah harus gigit jari sebab data dari Kemendes berbanding terbalik dari kondisi riil dilapangan dengan daerah penempatan guru-guru ybs. 

Kami bukan menolak untuk berkembang jika sesuai dengan data dan fakta, tapi kami akan menolak dikatakan berkembang jika data yang disodorkan tidak sesuai dengan fakta di lapangan karena adanya kelalaian oknum yang ingin cari muka atau menutup diri dan atau ingin cuci tangan.

Sebutlah misalanya daerah Kalimantan, Papua, NTT dan beberapa daerah lainnya. 

Kami sering komunikasi dengan teman-teman yang ada disana, mereka mengeluhkan tentang status wilayahnya yang tak masuk kategori sangat tertinggal padahal mereka berada di daerah hutan belantara, pulau terluar yang tanpa fasilitas apa, baik fasilitas umum maupun fasilitas sekolah. 

Dengan dasar itu semestinya pihak Kemdikbud punya barometer tersendiri untuk mengukur tingkat kemajuan/perkembangan sekolah yang masuk dengan ketegori sangat tertinggal tidak sepenuhnya menggunakan data Kemendes karena barometer penilaian kemajuan yang berbeda.

5. Berdasarkan kritikan dari pengamat pendidikan Indra Charismiadji bahwa masih terdapat guru yang masih gaptek dalam penggunaan IT itu tak bisa dipungkiri. 

Tapi jangan juga guru yang disalahkan sepenuhnya, cobalah kita menengok saudara-saudara kita yang berada di pelosok fasilitas apa sih yang mereka miliki. Listrik tak ada, sinyal tak ada. Jangan sandingkan kemajuan daerah kota dan pelosok tanpa dibarengi dengan pembangunan fasilitas.

6. Beberapa point diatas sudah sering kami sampaikan kepada pejabat di Kementerian yang Bapak pimpin, ketika kami mendapat undangan kegiatan yang dilaksanakan oleh Kemdikbud, baik dalam forum resmi maupun dalam silaturahmi.

7. Masih ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan tapi rasanya sudah teralalu panjang saya menuliskan tentang keadaan kami di pelosok. 

Jika Bapak Menteri berkenan dan membutuhkan data riil berapa banyak sekolah yang masih mengalami permasalahan seperti yang saya sebutkan point-point di atas, kami siap membantu menyodorkan data. 

Kami terdiri dari berbagai jejaring komunitas yang tersebar di pelosok yang siap membantu menyodorkan data.

Besar harapan semoga konsep yang diusung oleh Bapak Menteri "Merdeka Belajar" dapat tercapai. Benar-benar memerdekakan generasi tanpa terkecuali untuk mendapatkan hak-hak kemerdekaan pendidikannya.

Salam Indonesia Raya.
04 Mei 2020.
Guru Pelosok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun