Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

ATM dan Biliknya, dari Transaksi Online Beralih ke Transaksi Sosial

23 Juni 2020   14:07 Diperbarui: 24 Juni 2020   22:32 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ATM (KOMPAS/PRIYOMBODO)

"Di sebelah mana kantornya?"

"Dekat dengan ATM B**** di Blok M," 

Pernah mengarahkan seseorang untuk mencari alamat, dengan penunjuknya adalah bangunan ATM? Saya mungkin salah satunya. Karena tempat bekerja tak jauh dari bilik ATM milik salah satu Bank BUMN. Posisinya tepat berada di pinggir jalan provinsi, menghubungkan lintas kabupaten.

Ada juga yang lain, cuman agak jauhan. Tak heran, banyak warga yang tau lokasinya. Bisa jadi karena sering bertransaksi di situ. Percakapan di atas adalah kejadian di Hari Jumat lalu. Salah seorang nasabah dari luar kota hendak datang ke kantor dan minta diarahkan.

Sudah biasanya, entah tinggal di seputaran kota, atau berdomisili di desa-desa yang jaraknya 10 kilo hingga 30 kilo, menyebut nama Blok M dan dekat ATM itu, bisa dipastikan mereka tak akan kesasar alias tersesat. 

Apalagi bila sering belanja ke pasar tradisional terbesar yang berjarak 100 meter dengan kantor. Kini sudah setahun lebih pasar tersebut di bongkar dan direnovasi.

Para pedagang direlokasi ke areal baru. Dulunya di depan maupun di belakang pasar tersebut, juga tak berdiri bilik ATM. Paling dekat, ya ATM ini di dekat kantor. 

Hal menarik adalah tak sedikit orang sama seperti contoh saya di atas. Ini tak hanya mengarahkan untuk datang ke kantor. Tapi bisa juga memandu seorang atau sekelompok orang menuju ke suatu tempat pertemuan, lokasi hajatan atau mencari alamat rumah. 

Ketika browsing kapan sih mulai ada di Indonesia, saya membacanya di Situs Historia. Anjungan Tunai Mandiri yang biasanya disingkat ATM itu, mulai dibangun tahun 1987 oleh salah satu bank di tanah air. Dihitung -hitung usianya kini sudah 33 tahun.

Meski sejarahnya di dunia, Amerika Serikat adalah negara pertama yang menggunakan mesin transaksi ini di tahun 1961. Selanjutnya Jepang tahun 1966, Inggris 1967, Swedia 1968 dan terus diikuti oleh berbagai negara. 

Fungsi awal dibuat oleh Bank, hanya sebagai mesin tarik tunai. Ini lantaran terbatasnya waktu layanan di teller untuk penarikan dana, sehingga solusinya adalah mendirikan semacam anjungan untuk penuhi kebutuhan itu. Jadi nasabah lebih fleksibel dan tak terbatas waktu.

Lambat laun, seiring perkembangan zaman dan berkembangnya teknologi, kini semakin banyak fitur layanan di ATM. Selain bisa tarik, setor, dan transfer, dengan kartu ATM kita bisa bayar "ini dan itu" via transaksi elektronik bin digitalisasi. 

Mengenal ragam dan bentuk biliknya, tak harus mesti kerja di bank dulu, mengapa? Karena zaman sekarang, hampir tak ada yang tak menggunakan jasa perbankan, dalam hal ini ATM. 

"Pernahkah memerhatikan fenomena dan aktivitas sosial masyarakat di bilik ATM? Ternyata tak hanya transaksi online, namun juga transaksi sosial dan interaksi terlihat secara real."

Tahun 2020 Bro, bukan 80-an akhir atau 90-an awal, di mana orang masih ragu akan penggunaan ATM. Takut uang enggak keluar, khawatir nanti terdebet apa engga. Lalu, masyarakat bisa gagal paham. Sekarang, membuat kartunya semudah memakainya. Nah yang sulit adalah uangnya. Ada engga di ATM...hehe. 

Kartu ATM tanpa mesinnya, apalah artinya. Keduanya ada, tapi tak punya bilik juga rasanya kurang. Kurang nyaman bagi penggunanya, kurang lengkap bagi pengelolanya (dalam hal ini pihak bank dan pihak ketiga yang diserahi mengelola).

dokpri_pemandangan sebuah bilik ATM di Sumbawa,NTB
dokpri_pemandangan sebuah bilik ATM di Sumbawa,NTB
Bilik adalah tempat dimana mesin itu berada, sehingga nyaman sewaktu penggunanya bertransaksi. Aman terhadap cuaca, berada di lokasi strategis, mudah dikenali plus bersih dengan desain menarik bila perlu. Dan sekarang, semua bilik ATM alias rumahnya, rata-rata tampilannya demikian.

Selain transaksi online, ini 6 fungsi sosial dari ATM dan biliknya
Fungsi sosial sederhananya adalah fungsi dari sesuatu yang berguna di masyarakat. Ternyata ATM beserta biliknya, tanpa disadari telah menjadi ruang publik, meski dalam skala kecil. 

Ini seperti halnya halte tempat menunggu angkutan, rest area tempat beristirahat, atau tempat- tempat lainnya yang didirikan bagi komunitas internal penggunanya, dan sifatnya sementara alias tak bisa berlama-lama.

Pernahkah memperhatikan fenomena dan aktivitas sosial masyarakat di bilik ATM? Ternyata tak hanya transaksi online, namun juga transaksi sosial dan interaksi terlihat dan terjadi secara real. Kedua efek lain dari bilik ATM ini bisa jadi terbentuk karena fungsi sosial yang secara tak langsung tercipta.

Interaksi sosial sendiri bermakna hubungan antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi. Sedangkan transaksi, berdasarkan KBBI, bisa berarti transaski persetujuan jual beli (dalam hal pedagangan) antara dua pihak.

Ketika itu terjadi secara nyata di ruang publik bisa disebut transaksi sosial. Dan tak mungkin ada transaksi sosial, bila tak didahului interaksi sosial. Saya mencoba untuk memperhatikan dan mencatatnya. Well....mungkin ini 6 poin yang terlihat:

1. ATM dan biliknya, tanpa disadari menjadi penunjuk alamat dan arah
Penerapannya, ya seperti quote percakapan di atas. Sadar engga sadar, banyak orang bisa lupa nama jalan, nama bangunan, tapi hafal bilik ATM apa dan lokasinya di mana. Arah mana dan dekat mana. Mengapa? 

Sederhana aja, mungkin mereka lebih sering ke ATM itu daripada ke tempat lain di sekitaran lokasi itu. Sehingga wajar, kalau seseorang punya rumah atau punya kantor, lebih mudah mengarahkan orang yang mau ke tempatnya menggunakan acuan bilik ATM. Apalagi bila hanya ATM itu seorang diri alias satu-satunya dan keseringan dipakai warga. 

2. Tempat jualan
Berbeda dengan penempatan ATM dalam pusat perbelanjaan, lokasi bilik ATM di pinggir jalan bisa berubah fungsi jadi lapak. Ini terutama jualan barang atau jasa, yang nominal harganya di bawah, atau sebanding dan masih dapat terjangkau oleh kelipatan uang yang disediakan ATM itu. Rata -rata pecahan ATM sekarang kalau tidak 50 ribu, ya 100 ribu. 

Pernah tidak mengamati ada yang gelar dagangan di samping ATM? Jualan produk yang harganya bisa terbeli dengan pecahan-pecahan dari uang itu. Misanya kaos, pedagang buah, pedagang kue, bahkan anak-anak kecil penjaja makanan. 

Mengapa mereka bisa nebeng di samping kiri kanan, bahkan bilik depan ATM? Karena ada calon pembeli, yang sudah pasti punya uang (karena narik uang). Karena menurut pengamatan dan asumsi sendiri, yang ngecek saldo via ATM lebih sedikit dibanding yang tarik uang...hehe.

Mau tau saldo berapa, kiriman dan tagihan sudah ditransfer apa belum, cukup di rumah saja (sambil ngopi ganteng) terus buka online banking:)

3. Tempat mengemis
Berapa banyak pengemis, entah benar -benar cacat dan melarat ataukah dicacat-cacatin alias pura -pura melarat, yang pasti ATM dan biliknya adalah ladang potensial bagi mereka. 

Orangnya sudah pasti berduit, dan warga 62 dengan segala "keunikannya", soal kasih -mengasihi saudara sebangsa yang berkekurangan dalam tanda kutip, jangan ditanyakan lagi.

Jiwa sosialnya tinggi. Bagi yang obral kemelaratan di kolom komentar saja bisa dibantu, apalagi yang benar -benar duduk mengharap belas kasih di samping bilik ATM. 

4. Tempat melatih kesabaran dan emosi
Kata orang memancing itu hobi yang melatih kesabaran. Butuh waktu untuk menunggu hingga mendapatkan ikan atau bisa saja, tak dimakan-makan umpannya. Namun di bilik ATM, sembari antri menunggu memakai mesinnya, sebagian orang bisa tak sabar dan emosian. Pernah mengalami atau melihat sendiri? 

Lama sedikit, sudah ketuk-ketuk bilik kaca, yang dibelakang antri mulai engga tenang, yang lagi pakai dengan santainya ini dan itu, bahkan dilama-lamakan.

Tak mikir bagaimana rupa muka dan hati pengantri yang lain. Masih angkat terima telepon lagi, terus keluarkan bukan hanya 1, tapi 2 atau 3 kartu sekalian. Maaf ya, ini bukan menghakimi, namun realitanya masih terjadi yang seperti itu. 

Tak salah juga lantaran tak ada batasan (waktu) minimal atau maksimal, berapa lama harus bertransaksi secara online di depan mesin. Lebih kepada kesadaran orang per orang. Adalah baik jumlah bilik ATM yang tersedia di suatu wilayah, berbanding sinergis dengan jumlah penggunanya.

Namun di saat sekarang, model ATM bersama bisa digunakan oleh siapapun penggunanya, meski tak menjadi nasabah di bank yang namanya sama dengan nama di bilik ATM itu.

Tapi demikianlah yang terjadi di ATM. Sebagian yang lain, mungkin hanya sabar menunggu. Apakah salah orang yang tak bisa mengontrol emosi lantaran lama menunggu giliran? Tidak juga. Siapa tahu dia ada keperluan mendadak  dan tak ingin menunggu lama. 

Solusinya mungkin memberi dulu giliran pada yang memang mendesak. Kadang toleransi dan edukasi (meski sesimpel untuk urusan beginian), memang harus disharing demi menghindari ketidaknyamanan interaksi sosial di bilik ATM. 

5. Tempat gratis beriklan produk yang tak berhubungan sama bank pengelola dan pihak ketiganya
Pernah lihat selebaran produk usaha bisnis tapi diletakkan di atas mesin ATM atau ditaruh di depan bilik?

Beberapa tahun silam, ada fotokopian jejaring investasi seperti ilustrasi pohon bercabang yang banyak di letakkan di ATM. Memang sih dia menggunakan rekening di bank yang sama, namun jaringan investasi itu setelah ditelusuri, bukan produk bank yang bersangkutan.

Sadar bahwa hampir setiap hari orang bisa datang ke ATM untuk transaksi, tapi apakah secara etika boleh beriklan di ruang (media) yang untuk dibangun dan didirikannya itu ada biaya operasional yang dianggarkan oleh pengelolanya? Kecuali mungkin ada perjanjian atau kerja sama tertentu. 

Kalau di luar bilik, mungkin tak terlalu bermasalah. Namun bila sudah masuk sampai ke dalam, lalu meletakkannya di atas mesin ATM, sepertinya mungkin ada pembelajaran etika. Menghargai bahwa ini bukan gratis, dan tak mesti juga harus di dalam. 

6. Tempat melakukan kriminal
Di mana ada uang, di situ potensi kejahatan bisa terjadi. Tindakan kriminalitas bisa berawal dari ruang bilik ATM. Ada banyak modusnya. 

Mulai dari pura-pura mengintip nomor pin pengguna lain, lalu berusaha merampas kartu ATM korban. Selain itu, tindakan skimming menggunakan teknologi yang mampu membaca informas di pita magnetik pada kartu ATM korban.

Terkadang juga ada yang pura-pura di bilik ATM, meminta untuk transfer ke rekening tertentu dengan dalih kartu ATMnya lupa dibawa. Ketika korban membantu mentrasnsfer dengan uang dari ATM korban sejumlah itu, dan menerima tunainya dari pelaku, setelah diselidiki ternyata uang tunai tersebut palsu. Namun pola seperti ini kadang bisa terdeteksi lantaran pemasangan kamera pengintai. 

Tanggung jawab sosial terhadap mesin ATM dan biliknya

Karena mayoritas warga bertransaksi di situ, ada baiknya tanggung jawab untuk menjaganya. Sebuah himbauan berupa rasa memiliki dan kepedulian terhadap ruang publik (dalam skala kecil), lantaran fungsinya memenuhi kebutuhan dan menunjang aktifitas warga.

Apalagi zaman kekinian lintas bank lintas nasabah. Maksudnya, satu ATM beserta biliknya dapat digunakan nasabah manapun. Beberapa di antaranya:

1. Buang struk bukan di tempat sampah
Sudah disediakan namun diabaikan. Apa karena buru-buru, atau memang tak terlihat (masa sih padahal besaran gitu tempatnya) atau memang ini kebiasaan kita warga 62, yang memang jujur bin asli, memang rada-rada belum bertumbuh dalam kesadaran membuang sampah pada tempatnya. 

Di satu sisi, biasanya di struk ATM, kadang ada tulisan "simpanlah struk ini sebagai bukti transaksi". Karena transaksi tak hanya tarik tunai, bayar ini dan itu juga bisa. Mungkin demi itu kali disuruh simpan...hehe. Ato kalo tak mau simpan, mending buang pada tempatnya. 

2. Merusak kaca, dinding dan interior dalam bilik
Pernah melihat bilik ATM di luar kota? Interior dan dan eksteriornya kadang tak "sebening" di dalam kota. Bahkan ada yang pecah kacanya,

Ini apa mungkin penggunanya sedang dalam keadaaan mabuk alkohol, lalu masuk terus senggol kiri senggol kanan ataukah ulah segelintir orang. Padahal ATM dan biliknya , dimanapun itu lokasinya, tetap akan digunakan orang per orang manakala perlu bertransaksi. 

Selain hal-hal di atas, sebagai pengguna ATM dan juga mungkin mewakili pengguna lain di luar sana, sedikit mentipkan saran ada baiknya mesin ATM dirawat juga agar dapat berfungsi baik saat para pengguna bertransaksi. Ribet dan sedikit menguras waktu dan energi, manakala harus mengurus bila kartu tertelan karena mesin ngadat. (dalam kondisi bukan karena kelalaian pengguna ya:)

Meminjam lagunya Bang Rhoma (Irama), hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga. Dompet tanpa ATM serasa hidup kurang lengkap. Kembang berwarna-warni bikin taman lebih hidup. Uang berwarna-warni dari bilik ATM bikin dompet dan pemiliknya ' hidup lebih hidup'. hehe

Hanya sekedar berbagi, 

Referensi 

Salam,
Sumbawa NTB, 23 Juni 2020
14.45 Wita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun