Mohon tunggu...
Zyrka Rizkya Supyadisasmita
Zyrka Rizkya Supyadisasmita Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswi Universitas Amikom Yogyakarta

Menulis cerita perjalanan berisi edukasi dan informasi yang bisa di muat dalam sajian future news

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sektor Pariwisata Indonesia Terkena Dampak Covid 19

9 April 2021   13:00 Diperbarui: 14 April 2021   10:02 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ibu asri ( Pedagang di area wisata Desa pada kembang )

Tasikmalaya, Sejak diberlakukannya karantina pada Maret 2020 akibat wabah Covid-19, berasal dari Wuhan Cina, membuat perekonomian dunia termasuk Indonesia salahsatunya, merasakan penurunan sektor pariwisata, yang merupakan sektor paling besar terkena dampaknya, karena wabah tersebut.

Sejujurnya, sayapun tergerak hatinya untuk bisa membantu sedikitnya sektor pariwisata bagi wilayah saya sendiri, dengan cara mengunjungi daerah wisata, seperti perbukitan, pedesaan, tempat-tempat alam lainya yang berlokasi tidak jauh dari tempat tinggal saya, dan tentunya menggunakan protokol Covid-19, selain melepas penat selama diberlakukannya Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB), hal ini juga bisa membangun perekonomian mereka yang terbelakang.

Seperti yang diketahui tiap Tempat wisata maupun yang ada hunian hotel, home stay, villa, mulai dari yang standar hingga bintang 5 sekalipun, hampir tidak berpenghuni, ratusan kamar kosong, pelayanan berkurang, di antaranya pada tempat wisata populer tepatnya pada pulau Jawa seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang.

Adapun di luar itu, pulau Bali, dimana tingkat pariwisata domestik atau manca negara yang terbilang tinggi, terpaksa harus menutup rapat untuk wisata manca negara, samapai ketidak pastian untuk bisa berjalan normal kembali, namun semua berusaha sekuat mungkin untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di tanah air.

Pada Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), April 2020, mencatat total kerugian Industri Pariwisata Indonesia mencapai Rp.85,7 triliun, termauk sektor pariwisata yang meliputi usaha biro perjalanan seperti Tour Gauide, mereka benar-benar terpuruk karena jumlah wisatawan yang surut seketika, baik asing, maupun domestik, dikarenakan layanan penerbangan terhenti dari berbagai manca negara, serta terbatasnya penerbangan dalam negri.

Pada awalnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menargetkan pada tahun 2020, sebanyak 17 juta orang, akibat adanya virus Covid-19, semua harus di revisi termasuk target potensi penerimaan devisa negara, berjumlah Rp.275 triliun, karena dari sektor pariwisata tidak dapat dicapai akhirnya semua harus dihitung kembali.

Dilansir dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, menyebutkan, Potensi pada jumlah kerugian tersebut dari hasil penerimaan para wisatawan saja hanya mencapai dua juta orang, dengan perhitungan  belanja 14.000 dolar AS per orang pada per pengunjung, belum lagi kurangnya jumlah potensi kerugian belanja dari 15 juta wisatawan asing lainya.

Dengan penurunan kapasitas penginapan, para pengusaha lainya tentu mengalami kerugian besar, berdampak pada nasib karyawan, beserta jenis-jenis usaha lainya, hal tersebut  berhubungan dengan usaha penginapan khusunya hotel, restoran, tour guide, transportasi.

Hal tersebut mendorong setiap orang untuk mementingkan dirinya sendiri, terlihat dari kurangnya rasa sosial kemanusiaan dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Harapan Sektor Pariwisata Dunia

Sama halnya kepada para investor restoran, dan hotel di seluruh provinsi Indonesia, berharap bisa berpatisifasi dalam memanusiakan manusia, untuk membangun rasa damai, dan mensejahterakan daerahnya masing-masing, membantu dalam pemerintahannya, di dalam masyarakatnya dalam mengatasi pengaruh dari pandemi Covid-19 saat ini.

Hadirnya program komunikasi, edukasi serta informasi untuk masyarakat, memperbaiki pusat krisis perekonomiannya karena Covid-19 terhadap sektor pariwisata, serta adanya bantuan dari Kemenparekraf yang menyiapkan dana  hibah untuk membantu mereka.

Kita semua berharap semoga segara diberikan solusi yang terbaik, serta flekibel untuk bisa dijalani pada masa New Normal saat ini, untuk mengatasi penurunan pariwisata bagi seluruh dunia, karena beradasarkan data Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO), jumlah kunjungan wisata dunia menurun 44% dibanding tahun lalu.

Sektor pariwisata berperan penting, sebagai pertumbuhan perekonomian negara yang memberikan kontribusi 10%, terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan devisa terbesar kedua setelah Ekspor Kelapa Sawit, maka pada bulan Agustus 2020, perlahan sektor pariwisata dalam negri mulai dibuka kembali, ide tersebut datang dari seorang Pakar Kreatif Strategi Pariwisata, Taufan Rahmadi, yang mengusulkan kepada pemerintah untuk membangun New Normal Destination, beliau sedang mempersiapkan strategi untuk memulihkan sektor pariwisata Indonesia di tengah pandemi, namun hal tersebut memang perlu adanya kebijakan-kebijakan, serta mampu menjangkau para pelaku industri pariwisata secara merata, dan tepat sasaran, partisipasi masyarakat juga penting dalam mendorong persetujuan New Normal Destination ini.

Yang Harus Diperhatikan

Sebenarnya sektor pariwisata, tidak hanya mencakup soal liburan tetapi juga banyak kepentingan-kepentingan lainnya seuai kebutuhan para wisatawan seperti bekerja, sekolah, dan lain sebagainya, tentu keadaan pandemi saat ini sangat menghambat pada perekonomian, sosial, politik, semua aktifitas penting, apalagi hangout bersama teman, tidak ada celah sedikitpun, saatnya mengutamakan kepentingan bersama untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, setelah di berlakukannya New Normal, hal tersebut sebagai peluang kecil untuk di manfaatkan sebaik mungkin agar tetap bisa melakukan aktifitas utama, artinya kita bisa beraktifitas di luar dengan menerapkan protokol yang telah ditetapkan. Seperti menggunakan masker, jaga jarak, dan selalu mencuci tangan.

Tentu pada Agustus 2020, setelah di setujuinya New Normal Destination, hal tersebut memiliki panduan UNWTO karena negara-negara lainpun menggantungkan pendapatanya melalui sektor pariwisat, maka permaalahan ini harus terus mengembangkan visa pariwisata (Sustainable Tourism), meskipun terdapat tantangan seperti saat ini.

UNWTO mendifinisikan pariwisata akibat pandemi saat ini, serta memperhitungkan dampak bagi ekonomi, sosial dan lingkungan untuk masa yang akan datang, untuk bisa memenuhi kebutuhan wisatawan, industri, masyarakat dan lingkungan, maka hal tersebut menjadi peluang kecil di keadaan saat ini, dari situlah mulai dibukanya sedikit-demi sedikit, sekrtor pariwisata, serta penerbangan dengan menggunakan aturan protokol ketat, seperti  jaga jarak, harus memiliki surat Rapid dan Sweb Test, selalu menggunakan masker, adanya pengurangan muatan, adanya sekat untuk memutus matarantai penyebaran virus Covid-19  dengan menghindari kontak langsung.

ibu asri ( Pedagang di area wisata Desa pada kembang )
ibu asri ( Pedagang di area wisata Desa pada kembang )

Mendorong Destinasi Wisata

Yang akan menjadi opsi sasaran dari New Normal Destination adalah pedesaan. Karena ketika wisatawan lokal bosan dirumah saja, mereka bisa melepas penat dengan jalan-jalan di pedasaan, ditemani pemandangan nan asri, sejuk, serta damai, jauh dari kebisingan, dan tekanan selama di berlakukannya Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB), Dengan hal ini kita bisa memajukan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM).

Seperti yang di jelaskan Fadjar Hutomo, selaku Deputi  pada Bidang Industri Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (kemenparekraf), dalam mendorong destinasi wisata diperlukaan ekosistem pariwisata yang ramah, dengan menghadirkan Ekosistem Pariwisata Amenitas, Atraksi, Aksesibilitas (3A).

  • Amenitas, yaitu adanya fasilitas pendukung yang memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan, seperti ketersediaan sarana akomodasi penginapan serta makanan dan untuk saat ini diberi package berisi masker dan hand sanitizer.
  • Atraksi, ialah suatu daya tarik untuk membuat wisatawan terkagum dan merasa puas serta nyaman, biasanya berupa daya tarik budaya, alam, maupun karya  buatan manusia.
  • Aksesibilitas, adalah akses untuk diberi kemudahan agar bisa menemukan lokasi, jangkau dari satu lokasi, ke lokasi lainya melalui sistem transportasi, bisa dibilang mudah dijangkau oleh seseorang, karena suatu objek dengan pelayanan terbaik.

Kesimpulan

Setelah diberlakukannya New Normal Destination, tentu liburan pun menjadi ada tantangan tersendiri, selain virus bertebaran di mana-mana, maka para wisatawan wajib mematuhi protokol dimana pun dan kapan pun untuk selalu memakai masker, mencuci tangan dan jaga jarak.

Selain akhirnya bisa melepas penat selama PSBB, hal tersebut pun bisa menghidupkan kembali sektor pariwisata Indonesia, walaupun fokus utama pada wisata lokal terlebih dahulu, namun hal tersebut bisa membangun kembali perekonomian mereka, yang berada di daerah wisata tersebut.

Daftar Rujukan

Detik News, (2020 September 05) Bagaimana Sektor Pariwisata Indonesia Bertahan di Tengah Pandemi Corona, di akses pada 13 April 2021, diambil kembali dari https://news.detik.com/dw/d-5161151/bagaimana-sektor-pariwisata-indonesia-bertahan-di-tengah-pandemi-corona

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun