Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kartu Anggota

19 April 2021   14:19 Diperbarui: 19 April 2021   14:22 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Huss ... diam. Udah tenang saja, nggak mungkinlah senior akan mencelakakan kita. Mereka kan juga sudah banyak perhitungan, nggak asal beri tugas," timpal Sonya yang memang terlihat paling berani.

Sonya selain sebagai ketua regu, dia juga memiliki kemampuan melihat makhluk astral yang ada di sekitar. Wati, Made dan Nia terlihat mengikuti setiap gerak gerik Sonya. Ketiga anak itu juga begitu takut saat melewati tempat yang gelap dan sepi sepanjang jalan  desa itu.

"Nanti kita kerjakan tugas di pos pertama dengan baik, ya," pinta Sonya yang mendapat anggukan keempat sahabatnya.

"Nya, aku nggak mau di belakang terus, gantian dong!" protes Wati yang berbadan bongsor.

"Ya, sudah gantian nanti pada tiap pos. Setelah mengerjakan tugas, ganti posisi, ya. Pokoknya harus mau, agar tugas cepat selesai, dan segera dapat kartu anggota," jawab Sonya tegas.

Pada pos pertama senior memberikan tugas menulis beberapa nama guru yang ada di sekolah beserta mata pelajaran yang diampu. Waktu untuk mengerjakan juga dibatasi, agar tidak tumpang tindih dengan regu lain.

Tiap kelompok harus menunjukkan kerja sama dan kekompakan. Sonya ternyata merupakan sosok pemimpin yang dapat diandalkan. Pos pertama dapat dilalui dengan lancar dan sukses.

Namun di tengah perjalanan menuju pos kedua, anggota kelompok sudah mulai ribut karena semua diserang rasa takut. Maklum saja, suasana desa itu sepi dan begitu banyak pohon besar, sehingga menambah seramnya suasana malam itu. Tiba-tiba saja rintik hujan pun mulai  turun. Baju sedikit basah oleh guyuran tititik air itu.

Sonya segera mengambil keputusan untuk menenangkan semua anggota kelompok. Wati sudah mulai menangis karena beberapa kali merasa ada yang menyenggol  tangannya, padahal dia berada posisi paling belakang. Dia merasa tidak wajar, ada yang mencoba menyentuh dan menggandeng tangannya. Barisan pun diminta untuk berhenti sebentar. Sonya mendekati Wati, dan membisiki beberapa kalimat untuk meneguhkan semangatnya.

"Tenang saja, mereka tidak akan mengganggu perjalanan kita, ok? Kita harus segera sampai tujuan, tetap semangat, ya?"

Wati hanya mengangguk pelan karena merasa tidak yakin dengan apa yang dikatakan Sonya. Memang selama perjalanan menuju pos kedua yang kebetulan jalan cukup berliku, gelap dan banyak pohon besar, Sonya melihat beberapa makhluk astral seperti pocong dan kuntilanak yang sedang berada di pinggir jalan. Sebagian juga mencoba menggoda anggota kelompoknya, termasuk Wati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun