Daripada kebingunganku makin melebar, maka kuputuskan menyerahkan kartu tadi pada satpam.
Mungkin bapak tadi begitu tergesa-gesa, hingga lupa belum mengambil kartu ATM-nya, pikirku  mencoba menganalisa.
Setelah bertransaksi aku pun segera keluar.
Kudekati tukang parkir yang mangkal di depan mesin ATM untuk mengambil sepeda motorku. Dia pun akhirnya bercerita.
"Wah, di sini mah banyak, Bu yang biasa seperti itu. Kemarin, ada sebuah laptop masih dalam tas. Saat masuk ke bank, tasnya malah ditinggal. Lain hari, seorang ibu yang memarkir sepeda motornya, dompet yang diletakkan di bagian sepeda motornya ditinggalkan saja."
"Terus gimana, Pak?" tanyaku ingin tahu kelanjutan ceritanya.
"Ya, terus saya serahkan satpam, Bu. Laptop, dompet benda  berharga kok ditinggal saja."
"Wah, betul, Pak. Mungkin mereka saking fokusnya mau bertransaksi, Pak. Jadi malah lupa benda yang dibawanya," jawabku sambil tersenyum.
Diam-diam aku pun mengagumi atas sikap tukang parkir yang satu ini.
"Wah, untung sekali bertemu dengan Bapak. Sekarang mah banyak orang yang tidak jujur. Menemukan barang ya  disikat saja, Pak. Nggak peduli itu barang milik siapa," kataku sambil  mengambil selembar uang dua ribuan untuk tukang parkir.
"Ya, hati-hati, saja, Bu," kata tukang parkir yang tubuhnya tidak terlalu tinggi itu.