[Oke, shareloc nanti ya, makasih]
Bertempat di salah satu rumah makan yang menawarkan pemandangan alam secara natural kuajak komunitas perempuan tersebut. Undangan memang hanya berlaku untuk lima belas orang agar lebih fokus.
Sepuluh menit sebelum acara dimulai, sebuah mobil Ayla warna hitam parkir di pelataran rumah makan. Aku sangat berharap Pak De  yang datang. Benar saja, laki-laki yang  tidak begitu kukenal itu ternyata Pak De. Gaya rambut cepak, tinggi sedang dan kulit cenderung coklat membuatku pangling. Benar-benar pangling, karena jauh dari angan.
Jaka dan Pak De kok jadi beda ya, pikirku dalam hati. Kupersilakan Pak De menempatkan diri di tempat lesehan yang kupesan. Hidangan dan minuman sudah siap untuk dinikmati.
Kucoba untuk tidak salah tingkah saat menjumpainya kali ini. Namun, usahaku tetap gagal. Apalagi saat mataku beradu dengannya. Duh! Gak kuat! Ada rasa dan sikapku yang terlihat aneh saat menemuinya. Untung saja Pak De pintar mencairkan suasana.
Acara segera dimulai, karena terbatas waktunya. Berbekal whiteboard yang kubawa dari rumah, presentasi bisnis itu pun dimulai. Di tengah presentasi kadang Pak De menyelipkan guyonan. Tentu yang menjadi sasaran adalah diriku.
"Lia, ini dulu suka ngejar-ngejar aku. Mau apa coba? Minta tanda tangan, dan kesan pada kakak kelasnya," kata Pak De  dengan senyumnya yang khas.  Guyonan itu pun  disambut dengan senyuman hadirin.
"Ah, sukanya buka rahasia, Pak De," rajukku.
Pada sesi foto bareng, kenapa hatiku menjadi tidak karuan? Berdekatan dengan orang yang kukagumi sejak SMA dulu.
Huh, beratnya menjadi pengagum rahasia, rutukku pada diri sendiri.
***selesai***