[Oh, gt. Berarti dekat dong dengan rumahku jika Ling. Gebalan.]
[Udah, tanya sendiri ke dia, daripada penasaran.]
[Okelah, Pak, makasih, ya.]
Hatiku makin merasa penasaran dengan sebuah nama anggota baru di grup WA tersebut. Ingin sekali mengetahui siapa sebenarnya dirinya, tapi ada keraguan  masih menghalagiku.
***
Kuberanikan diri mengirim pesan pribadi pada Pak Jaka. Tidak kusangka pesanku langsung dijawabnya, bahkan menyempatkan diri meneleponku.
Suaranya begitu ngebas saat meneleponku. Ternyata orangnya cukup ramah, meski agak slenge'an. Aku maklum sekali dengan keberadaannya, karena dia lebih banyak terjun di dunia seni.
Ya Allah, dia yang dulu pernah sangat kukagumi, sekarang kembali dipertemukan di grup WA sekolah. Dunia memang terlampau kecil! Entah apa yang membuatku selalu kagum padanya, petikan gitarnya, atau ... ah, masa lalu yang hanya pantas untuk disenyumin, sorakku dalam hati.
Pagi, saat aku sibuk di dapur menyiapkan sarapan, sebuah notifikasi pesan muncul. Kudiamkan beberapa saat, karena ingin buru-buru pekerjaan segera selesai. Apalagi hari ini jadwal acaraku  padat dari pagi sampai sore hari.
Menjelang berangkat ke kantor, pesan dari aplikasi warna hijau itu baru kubuka. Tiba-tiba saja ada perasaan aneh menyelinap di hatiku. Berharap Jaka yang mengirim pesan itu. Dan ... benar saja.
Sepagi ini dia kirim pesan padaku. Meski hanya sebuah sapaan hallo, apa kabar, tapi kok berasa beda jika dari Jaka.