Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Rahasia Kitty

21 Maret 2021   16:53 Diperbarui: 21 Maret 2021   17:03 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kitty adalah nama anak kucing berwarna hitam putih. Kakinya semua berbulu putih, tetapi tubuhnya diselimuti bulu berwarna hitam. Jadi jika dilihat seperti memakai sepatu putih.

Sudah beberapa hari ini Kitty berwajah murung. Dia sangat kesal pada temannya karena suka mengganggu. Makanan Kitty  juga sering direbut. Kitty merupakan kucing yang baik hati dan menyenangkan. Teman yang suka mengganggu bernama Pilo, bulu berwarna putih dan oren.

Akhirnya dengan sembunyi-sembunyi, Kitty pergi menjauh dari Pilo. Kepergian Kitty tidak diketahui ibunya, Bu Wangi yang berwarna putih mulus di seluruh tubuhnya.

"Ah, lebih baik aku pergi jauh daripada suntuk dan sekalian bertamasya melihat pemandangan indah."

Kitty menyusuri  kebun yang ada di belakang rumah. Ternyata di kebun  Kitty melihat seekor tikus yang sedang berlari. Tikus itu bertubuh gendut, mungkin sering mengambil makanan di sekitar kebun. Tikus ketakutan bila melihat Kitty, karena dikira akan menerkam.

Kitty pun penasaran pada tikus itu. Akhirnya Kitty mengejar tikus itu sampai jauh. Hampir seharian Kitty bermain dan mencari tikus tadi. Menjelang pukul dua belas siang, Kitty mulai kelelahan.

"Ah, ternyata sudah siang. Aku mulai kelaparan, nih!" gerutu Kitty.

Kitty sudah berlari terlalu jauh, hingga tidak mengetahui jalan pulang.

"Huh, aku lapar, haus, dan kepanasan. Jika ingin pulang aku pun tidak tahu jalurnya."

Kitty berteduh di bawah pohon rambutan yang daunnya rimbun. Angin yang sepoi-sepoi, panas yang menyengat, rasa lapar dan haus terkumpul menjadi satu. Kitty akhirnya tertidur di bawah pohon rambutan itu.

Dalam tidur, Kitty bermimpi bertemu dengan seorang lelaki  tua. Lelaki tua berjenggot putih itu mengajak Kitty berjalan-jalan di hutan yang masih ditumbuhi tanaman liar. Di tengah hutan ada sebuah lorong mirip goa. Di dalamnya tinggal seorang nenek sihir yang dapat mengubah apa pun sesuai kehendaknya.

Saat itu nenek sihir keluar dari mulut goa dan tangannya  memegang tongkat panjang, namun untung saja kehadiran Kitty dan lelaki tua tidak diketahui nenek sihir.

Keduanya pun bersyukur selamat dari bahaya yang mengancam hidupnya. Setelah jauh dari goa, Kitty merasa sangat ketakutan dan menangis. Kitty minta pada lelaki tua itu untuk segera keluar hutan.

"Ayo dong Kek, kita keluar dari tempat yang menakutkan ini," rengek Kitty.

"Ya, sebentar, kita harus mencari jalan keluarnya lebih hati-hati agar tidak diketahui nenek sihir."

Kitty  menangis makin keras.

Tiba-tiba saja, Kitty bangun dari tidurnya dalam kondisi masih menangis.

Tangis Kitty didengarkan oleh seorang lelaki  tua yang mirip sekali dengan wajah lelaki dalam mimpinya.

Lelaki tua itu mendekati Kitty, dan menggendongnya.

"Aduh kamu kok sendirian di sini? Lapar ya? Yuk ke rumah ya. Kebetulan aku memiliki pindang.

Kitty dibawa pulang lelaki tua tadi. Namun di tengah jalan, Kitty mendengar suara ibunya yang sudah sejak tadi pagi mencarinya.

"Kitty ... Kitty ...."

Kitty membalas panggilan ibunya.

"Ngeong ... ngeong ...."

Secepat kilat Kitty melepaskan diri dari pelukan lelaki tua tadi dan menemui ibunya.

Bu Wangi memeluk Kitty dengan erat.

"Dari mana saja, sih kamu, Nak? Badanmu kotor sekali dan berbau. Pasti bermain sampai jauh, ya?"

Bu Wangi menjilati tubuh Kitty dengan penuh rasa sayang."

"Maafkan Kitty, Bu, bermain terlalu jauh."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun