Mohon tunggu...
M Zumar Feriyanto
M Zumar Feriyanto Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 2 Kembang

Guru smp Bimbingan dan Konseling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cara Mengendalikan Emosi

9 Desember 2022   05:30 Diperbarui: 9 Desember 2022   05:30 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah?

Berdasarkan hasil observasi secara langsung dilapangan, masih banyak terdapat peserta didik yang sulit mengendalikan emosi seperti marah dengan meluapkan kata-kata kasar maupun sampai ke pemukulan atau kekerasan terhadap temannya. 

Hal tersebut terjadi dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar, emosi yang labil, tidak terima direndahkan temannya, bahkan sampai tidak mengetahui dampak maupun undang-undang yang berlaku dalam tindak kekerasan. sehingga peserta didik seringkali meluapkan emosinya tanpa berfikir panjang, 

dari hasil observasi dapat dilihat sebab peserta didik emosional bisa dari faktor internal maupun eksternal seperti pola asuh orang tua yang juga keras atau sering main pukul dalam mendidik anak. 

Kemudian juga lingkungan pertemanan yang sering kali mendukung temannya untuk berkelahi maupun melakukan tindak kekerasan. padahal tindak kekerasan diatur dalam undang-undang maupun aturan sekolah akan tetapi seringkali masih dilakukan peserta didik. dengan dalih alasan untuk melindungi dirinya ketika di ejek maupun diganggu temannya, apapun alasan tersebut tetap saja tindak kekerasan tidak perbolehkan.

Mengapa praktik ini penting untuk dibagikan?

Penulis juga menyadari seringkali ada kasus perkelahian, kekerasan, dan pemalakan disekolah. Sehingga tertarik untuk mengentaskan masalah inidengan dukungan rekan guru yang lain tentunya.

Rendahnya pengendalian emosi peserta didik juga mempengaruhi hal tersebut. Seharusnya peserta didik belajar mengontrol dan menahan emosinya, tidak serta merta meluapkannya seketika itu yang justru akan berdampak lebih luas dan melanggar aturan yang berlaku. 

Tentunya merupakan perilaku menyimpang dalam kehidupan sehari-hari. Seolah-olah raga seseorang tidak ada harganya karena dipukul sesukanya tanpa merasa bersalah sama sekali.

SFBT merupakan pendekatan konseling post modern, sehingga pendekatan ini baru. Diharapkan dapat mengentaskan masalah peserta didik karena solusi yang muncul natunya dari peserta didik.

Apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini?

Rencana layanan yang diberikan kepada peserta didik untuk cara mengendalikan emosi adalah menggunakan layanan konseling kelompok Solution Focused Brief Terapi (SFBT) teknik scaling question dan exception question topik “cara mengendalikan emosi”. 

Diharapkan layanan tersebut dapat megentaskan masalah peserta didik yang mudah tersinggung dengan temannya sehingga melakukan kekerasan. karena layanan tersebut berfokus pada solusi, diharapkan muncul solusi-solusi atau tips dalam pengendalian emosi. 

Bagaimana caranya agar peserta didik tidak melakukan tindak kekerasan lagi atau dapat mengendalikan emosinya. 

Karena yang melakukan peserta didik tersebut tentunya mereka yang lebih tahu kejadian dan alasannya mengapa melakukan tindak kekerasan tersebut, dengan begitu tentunya peserta didik mengetahui solusinya supaya tidak melakukan kedepannya.

Peran penulis dalam proses pemberian layanan ini sebagai fasilitator dan motivator. Konseling kelompok merupakan layanan bantuan yang diberikan untuk peserta didik kaitnnya dengan pengendalian emosi ini. 

Karena bertujuan mengentaskan masalah yang dialami peserta didik, sehingga kedepannya tidak muncul perlaku emosional tersebut. 

Dengan mengarahkan, membimbing, membantu dan memotivasi peserta didik. agar mengetahui dan sadar akan pentingnya pengendalian emosi, juga membentuk karakter yang baik terhadap peserta didik. seingga karakter baik tersebut dapat tertanam dalam diri setiap individu.

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? 

Tantangan yang dihadapi dalam proses layanan konseling kelompok ini adalah masih ada yang disembunyikan dalam diri peserta didik mengenai faktor yang mempengaruhi atau yang melatarbelakangi mengapa peserta didik berperilaku emosional. 

Sehingga kadangkala proses dinamika sulit terbangun. Karena memang peserta didik juga belum terbiasa menceritakan masalahnya ke orang lain.

Kemudian dalam pemecahan masalah juga tidak bisa seketika itu di entaskan, karena juga butuh waktu untuk peserta didik merubah perilaku lamanya dengan mengganti perilaku barunya. 

Karena memang karakter tersebut sudah menjadi kebiasaan peserta didik. sehingga kadang-kadang juga masih keceplosan walaupun peserta didik sudah memiliki tekad untuk meninggalkan perilaku lamanya yang menyimpang.

Tantangan penulis dalam menggunakan konseling post modern sehingga harus belajar lagi mengenai pendekatan dan teknik yang digunakan. Kemudian juga penggunaan media atau alat peraga yang harus membuat sendiri. Dan menghidupkan dinamika kelompok karena ada peserta didik yang kurang aktif.

Siapa saja yang terlibat?

Kegiatan konseling kelompok ini melibatkan peserta didik yang memiliki kesulitan dalam mengendalikan emosi. 

Dari rentang skala emosi yang biasa sampai yang tertinggi. Kemudian juga dibantu rekan guru dalam setting tempat maupun pengambilan video. 

Kepala Sekolah yang memberi ijin dan memfasilitasi serta koordinasi masalah yang sering muncul disekolah. Selanjutnya Kaur Kesiswaan, Wali Kelas, Guru Mapel yang membantu dalam observasi masalah siswa serta alternatif solusi pencegahan dan pengentasan.

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya?

Langkah yang dilakukan dalam mengadapi tantangan tersebut adalah dengan cara memberi bimbingan atau arahan dan memotivasi peserta didik. Kemudian agar kegiatan berjalan maksimal maka beberapa kali penulis mengumpulkan peserta didik untuk briefing maupun latihan bahkan sebelum take video ada simulasinya. Serta memberikan pemahaman kepada peserta didik untuk dapat mengendalikan emosinya.

Dengan melakukan pencegahan melalui teknik scaling dan exception qustion peserta didik dapat mengetahui di skala berapa emosi peserta didik dan juga ketika situasi seperti apa peserta didik tidak emosi. Kemudian juga bisa mengalihkan emosinya ke hal yang baik atau kegiatan yang positif seperti olahraga atau lain sesuai dengan hobinya. 

Lebih sabar dan menahan amarah ketika sedang emosi, dengan atur nafas dan menenangkan diri. Belajar dari pengalaman sebelumnya dampak apa yang terjadi ketika mudah marah, sehingga lebih ke pendewasaan diri. Motivasi dari guru BK juga teman-teman dalam kelompok yang merasakan apa yang sedang dirasakan peserta didik yang terpilih masalahnya.

Siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini?

Kegiatan konseling kelompok ini melibatkan peserta didik yang memiliki kesulitan dalam mengendalikan emosi. Dari rentang skala emosi yang biasa sampai yang tertinggi. Kemudian juga dibantu rekan guru dalam setting tempat maupun pengambilan video. 

Kepala Sekolah yang memberi ijin dan memfasilitasi serta koordinasi masalah yang sering muncul disekolah. Selanjutnya Kaur Kesiswaan, Wali Kelas, Guru Mapel yang membantu dalam observasi masalah siswa serta alternatif solusi pencegahan dan pengentasan.

Sumber daya yang mendukung seperti media poster, dan media alat peraga emoticon agar peserta didik tidak bosan dalam kegiatan tersebut.

Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif?  Mengapa?

Dampaknya dari kegiatan konseling kelompok tersebut peserta didik dapat dapat mengendalikan emosi lebih baik dibanding sebelumnya. 

Dilihat dari komitmen dan hasil komitmen peserta didik begitu juga LKPD peserta didik ternyata ada progres ke arah pendewasaan diri untuk bertanggjawab dan mulai menerapkan solusi-solusi yang ditawarkan dan disepakati ketika konseling kelompok. harapnnya juga dapatv ditularkan kepada teman-temannya yang lain yang masih kesulitan mengendalikan emosi.

Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan?

Respon dari rekan guru positif karena dalam layanan menggunakan teknik yang terkini dan penggunaan media juga terkini sesuai dengan pemanfaatan TPACK. Sehingga tentunya dapat menjadi motivasi rekan guru yang lain dalam penerapannya.

Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidak berhasilan dari strategi yang dilakukan?

Faktor keberhasilannya yaitu karena peserta didik memang masih dalam fase remaja awal yang membutuhkan arahan, bimbingan, dorongan dan motivasi. Sehingga emosinya masih labil akan tetapi ketika dibrri pemahaman peserta didik dapar berfikir kedua kali untuk pendewasaan.

Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut?

Peserta didik juga merasa senang dan bahagia karena mendapatkan pengetahuan dan ilmu baru serta wawasan cara cara mengendalikan emosi. Karena memang apa yang dilakukan sebelumnya tidak baik. Sehingga pendewasaan diri akan muncul seiring dengan berjalannnya waktu ke waktu. Melalui perilaku baru yang sudah disepakati diharapkan ada progres ke arah yang lebih baik secara berkelanjutan kedepannya.

Penulis juga dapat pengalaman baru dalam menerapkan konseling post modern SFBT Teknik scaling question dan exception question, sehingga banyak mendapat ilmu baru dan dapat dikembangkan kembali untuk disempurnakan menjadi lebih baik lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun