Sebuah Refleksi
Sebagai individu yang mencintai Banda Neira pada pembacaan pertama sejarahnya (saya selalu merujuk kepada buku Sejarah Banda Neira karya Des Alwi yang sangat heroik), saya berharap, aksi mengecat bangunan cagar budaya selalu diiringi dengan upaya pelestarian. Bukan malah mengurangi nilai sejarahnya. Apabila alasannya adalah untuk meningkatkan pariwisata, bias rasanya apabila modalitas utama yang dimiliki Banda malah adalah wisata sejarahnya, disamping wisata alam. Hal ini diakui oleh para pegiat pariwisata yang tergabung di Banda Tourism Board. Paket spice tour menjadi paket wisata populer yang kerap diincar wisatawan dalam negeri maupun mancanegara.
Perihal cat mengecat juga memerlukan perlakuan khusus. Cagar budaya yang telah berumur ratusan tahun rentan rusak dan lembap. Sehingga dibutuhkan material cat yang bukan hanya mempercantik, tetapi juga dapat melindungi bangunan tersebut. Mengecat bangunan cagar budaya dengan warna layaknya pelangi yang justru akan menghilangkan kesan bangunan bersejarah. Kalau bangunan cagar budaya kehilangan sisi orisinalitasnya, sejarah yang terkandung di dalamnya bisa turut lenyap.
Menjaga dan melestarikan bangunan cagar budaya bukan pekerjaan yang ringan, ada banyak hal yang harus diperhatikan. Â Jangan sampai bangunan ini menjadi cagar budaya yang terpinggirkan. Upaya pelestarian dapat dimulai dengan menambah kesadaran kita akan sejarah. Nilai sejarah itu memang sesuatu yang tidak bisa digenggam. Tetapi ia berfungsi mempersatukan. Menalikan kisah-kisah sedih ataupun heroik yang menjadi modal untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu maupun masyarakat.