"Duarr", tembakan pertama dari kapal Belanda meleset.
"Duarr", di kesempatan kedua, tembakan tersebut mengenai bagian kapal perang Macan Tutul. Suara tembakan terdengar sangat keras dari sebelumnya.
Kekuatan antara KRI Macan Tutul (MTB) dan kapal perang Belanda (destroyer) tidak seimbang, sehingga KRI Macan Tutul tertembak, meledak, terbakar dan tenggelam perlahan. Beberapa kepingan dari kapal terlempar sangat jauh. Seluruh awak kapal termasuk Komodor Yos Sudarso gugur sebagai pahlawan bangsa.
Komodor Yos Sudarso meninggalkan seorang istri yaitu Siti Kustini dan 3 orang anak. Pada saat itu anaknya yang paling kecil berusia 18 bulan.
Sebagai bentuk penghargaan pemerintah atas jasa-jasanya, ia tidak hanya menerima Bintang Dharma. Pangkat Komodor Yos Sudarso dinaikkan satu tingkat menjadi Laksamana Muda anumerta. Penghargaan tertinggi yang diberikan kepada Yos Sudarso berupa gelar pahlawan nasional pada tahun 1973 dengan surat keputusan presiden RI No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November.
Selain itu, namanya dikenang dan digunakan sebagai nama beberapa jalan di beberapa daerah di Indonesia. Namanya juga digunakan sebagai nama salah satu kapal perang milik TNI Angkatan Laut yaitu KRI Yos Sudarso.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H