Saya, Bahkan mungkin Sebagian Warga Makasar belum pernah akrab melihat kombinasi dari Langkah politik dan Imajinasi liar dari Strategi pengetahuan segila ini hari ini. Tetapi, setidaknya kita ada pelajaran sejarah yang mungkin memandu tanggapan.
Paranoia Kotak Kosong meningkat dengan kembalinya Munafri Arifudin sebagai Salah satu bakal calon di Pilwali Makasar 2020. Permintaan sentimen informasi tentang kegagalan memalukan di Pilwali Kota Makassar sebelumnya meningkat secara eksponensial.
Fakta bahwa, disisi yang berseberangan dari permintaan terbatas, banyak menarik persediaan oportunis yang bersedia memberikan komentar langsung tentang hal-hal yang tidak diketahui, yang lain, dan bahwa Appi - Rahman adalah ancaman besar. Benar.
Tak pelak, hal ini menimbulkan spekulasi dengan sebagian besar berfokus pada pertanyaan sensasional dan mengalihkan pandangan tentang ancaman paranoia, keseimbangan kekuatan, dan inferioritas ilmiah dan teknologi. Terbilang Sukses ‘ Mengkomunikasikan opsi keunggulan pasangan ini’ , sebagai ancaman langsung, serta memaksa skenario kandidat untuk semakin sulit menentukan opsi prioritas serang.
Sasaran Fiksinya adalah ' Kotak Kosong' dengan kemenangan kurang lebih dari 36% atau 264.245 suara dari jumlah populasi warga makassar adalah Appi - Cicu “melawan Segala kepentingan dan keseluruhan aktor, yang berkepentingan mengulang kembali Pilwali Kota Makassar.”
Bahwa Saat itu Appi Kalah melawan Kotak Kosong adalah hal yang sama dengan Pilwali Kota Makassar Desember 2020, adalah keyakinan politik yang sepenuhnya fiktif. Fakta, bahwa saat ini Polmark telah beringsut jauh di depan paslon lainnya dalam perlombaan suara terbanyak Desember 2020.
Sekali lagi. Tim Kampanye Appi - Rahman tidak salah memilih Polmark sebagai supporting kampanye di Pilwali Makassar, Kehadirannya, menghadirkan dialegtika politik dan sukses mendesak yang kabur dalam batasan antara fakta dan fiksi, kelihaiannya Eep membuat fiksi menjadi alat baru untuk mengkomunikasikan marketing politik. Terima kasih Polmark!
Re- Thingking Makassar 2020
Re- Thingking Makassar 2020, Saya menawarkan untuk berselancar dalam rimba pengetahuan 'Eugene Burdick' lewat novel ikonik William Lederer tahun 1958, The Ugly American , kisah ini menyajikan kasus yang patut dicontoh. Dalam rangkaian sketsa yang saling berhubungan, novel ini mengeksplorasi kelemahan dalam praktik diplomatik AS di Asia Tenggara, termasuk kegagalan mempelajari sejarah, bahasa, dan adat istiadat setempat. Novel tersebut akhirnya memengaruhi kebijakan, yang mengarah pada reformasi Departemen Luar Negeri, restrukturisasi bantuan pembangunan dan pembentukan Korps Perdamaian.
Tetapi bisakah fiksi digunakan untuk mengkomunikasikan gagasan kebijakan instrumen dan pola desain di Pilwali kota Makassar? Sampai saat ini hanya ada sedikit upaya dari kegilaan pola dan wacana terukur untuk kandidat yang menghubungkan kesenjangan dari pengetahuan politik fakta-fiksi.
Fiksi berbahasa Politik Nasional di Indonesia umumnya bertema hiburan dan bermain dengan ancaman asimetris, masalah Agama, dan taktik politik 'penyebab perang warga dengan keyakinan Muslim. Meskipun ada beberapa contoh yang sangat berwawasan dan mencekam, seperti Penghinaan Surat Al-Maidah, Anis - Sandi pemenang Penghargaan dari kultus konsolidasi umat muslim Indonesia.