Mohon tunggu...
Zulia Nawafila
Zulia Nawafila Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pasca Sarjana FIAI UII

Selanjutnya

Tutup

Money

Membedakan antara Kebutuhan dan Keinginan dalam Perspektif Islam

14 Januari 2018   07:50 Diperbarui: 14 Januari 2018   09:05 8868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan hidup. Kebutuhan ini semakin lama akan semakin meningkat karena tingkat keinginan dan kepuasan manusia yang tidak terbatas. hal ini juga dilihat dari sisi perekonomian seseorang. Semakin baik tingkat perekonomiannya  maka akan meningkat juga kebutuhan individu tersebut. Karena pada hakikatnya manusia tidak ada yang menginginkan hidup yang tidak sejahtera, jadi manusia berupaya sedemikaian rupa untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera. Namun tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan kehidupan, manusia juga memiliki keinginan untuk menjadikan sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat dimiliki dan dikuasai.

Hal ini menjadi suatu yang lumrah dalam kehidupan manusia, namun ketika sesuatu keinginan itu tidak dibatasi dan selau ingin dipenuhi maka akan ada akibat dari keinginan yang tak terbatas tersebut. Bukan juga suatu hal yang mudah dalam penerapannya, kadang yang terpikirkan bahwa apa yang kita inginkan adalah barang yang dibutuhkan. Namun setelah membeli atau memiliki barang yang diperkirakan menjadi kebutuhan malah tidak digunakan dan hanya sekedar pemenuhan terhadap hasrat ingin memiliki saja.

Kebutuhan manusia terbagi menjadi tiga yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier.

Pertama, kebutuhan primer. Kebutuhan primer itu terdiri dari sandang, pangan dan papan. Pemenuhan terhadap kebutuhan primer ini menjadi bagai yang paling utama dalam kehidupan karena ia merupakan kebutuhan yang bersifat daruriat atau kebutuhan dasar.  

Kedua, kebutuhan sekunder.Kebutuhan sekunder ini terdiri dari semua kegiatan yang tidak vital atau tidak seperti kebutuhan primer yang menjadi kebutuhan dasar tetapi tetap dibutuhkan untuk menghilangkan rintangan dan kesukaran. Contohnya disini adalah telivisi, meja, kursi, handphone, dan lain sebagainya.

Ketiga, kebutuhan tersier.Kebutuhan tersier mencakup pada kegiatan yang lebih jauh dari  hanya kenyamanan saja, kebutuhan tersier ini lebih mengarah kepada kemewahan atau kebutuhan yang dapat melengkapi hidup dan menghiasi hidup.

Perbedaan yang paling mendasar antara kebutuhan dan keinginan adalah kebutuhan merupakan sesuatu yang berdaya beli dan berdaya guna serta dimanfaatkan sesuai dengan yang dibutuhkan saja. Sedangkan keinginan adalah sesuatu yang berdaya beli namun fungsi daya guna belum tentu ada dan lebih cenderung kepada gaya hidup atau selera.   

Kebutuhan dan keinginan menjadi hal yang sangat diperhatikan, ada beberapa alasan yang dapat menjadikan kebutuhan yang pada hakikatnya sekunder atau tersier tetapi dalam pemakaiannya barang tersebut seperti masuk pada kategori kebutuhan primer. Keadaan seperti ini yang terkadang dapat menjadi sebuah dilema dimasyarakat, padalah alasan penggunannya dalam rangka menuju hidup yang lebih baik. Maksudnya disini adalah barang yang digunakan untuk dapat mencaai kesejahteraan hidup.  Contohnya adalah motor. Bagi kalangan menengah ke bawah motor merupakan barang utama yang harus dimiliki karena motor berfungsi sebagai alat bantu untuk memudahkannya dalam bekerja seperti yang sedang berkembang di Indonesia Ojek Online.

 Pemenuhan pada kebutuhan primer bukan berarti menjadikan manusia yang harus terus-menerus mengikuti dengan kondisi yang ada. Manusia juga harus berusaha untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik. prinsip kesederhanaan tidak menjadikan seseorang seperti orang yang pelit namun prinsip kesederhanaan disini menyadarkan kepada setiap manusia bahwa segala sesuatu yang kita inginkan harus dibatasi untuk menghindari pemborosan karena kebutuhan itu ada batasnya.

Konsep Islam dalam mengatur kebutuhan dan keinginan manusia

1. Tidak berlebihan

Dalam surah Al-Furqan ayat 67 yang artinya: "Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara yang demikian".(1)

Pada ayat ini ditegaskan bahwa ketika manusia yang akan membelanjakan harta mereka untuk memenuhi kebutuhannya harus tetap mengatur keuangan mereka jangan sampai mereka membelanjakan harta mereka secara berlebihan atau boros.

2. Tidak untuk hidup bermewah-mewahan

Dalam surah al-Mukminun ayat 64 yang artinya: "hingga apabila timpakan adzab kepada orang-orang yang hidup mewah diantara mereka, dengan serta merta mereka masih memekik minta tolong".(2)  

Pada ayat diatas jelas dikatakan bahwa hidup mewah menjadi sesuatu yang dilarang, larangan tersebut mengacu kepada perintah untuk manusia hidup sederhana dan tidak menjadikan kekayaan mereka sebagai bagian dari untuk menyombongkan diri. 

3. Menyeimbangakan antara pemasukkan dan pengeluaran  

Kesimbangan atanta pemasukan dan pengeluaran ini harus benar-benar diperhitungkan. Manajemen terhadap keuangan pribadi menjadi sangat penting demi mempersiapkan masa yang akan mendatang. Pemilahan antara keinginan dan kebutuhan ada pada bagian budget line atau garis anggaran.

Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda tergantung pada kondisi keuangannya. Oleh sebab itu pengambilan keputusan dari seorang konsumen senantiasa didasarkan pada perbandingan antar berbagai preferensi, peluang, dan manfaat serta mudharatnya. Contoh dalam pengoptimalan dalam budget line, ketika seseorang memiliki uang sebesar Rp 5.000.000 yang sudah di siapkannya untuk membeli barang elektronik seperti laptop dan handphone. Penawaran harga oleh penjual barang elektronik ini sangat beragam tergantung pada merek dan kualitas dari masing-masing produknya. 

Penggunaan anggaran Rp 5.000.000 ini harus dapat dimaksimalkan dengan baik. pengambilan keputusan akan barang yang akan dibeli harus didasarkan pada kebutuhaannya masing-masing. Kebutuhan akan laptop merupakan kebutuhan sekunder yang harus dipenuhi karena ia seorang mahasiswa dan pekerja yang membutuhkan laptop dalam menjalankan pekerjaannya. Sedangkan kebutuhannya akan handphone juga kebutuhan yang mendesak karena saat ini menjadi alat untuk memudahkan manusia untuk berkomunikasi. 

Kedua barang tersebut harus ia dapatkan dengan anggaran yang ada sehingga ia harus menekankan pada kualitas barang yang disesuaikan dengan kebutuhan. Jika dia menggunakan laptop hanya untuk mengetik dan tanpa harus ada software yang khusus maka cukup baginya membeli yang sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan. Akan digambarkan dalam bentuk table

Kombinasi barang

Merek Laptop

Merek Handphone

Pengeluaran total

A

Asus

Samsung

Rp 5.100.000

B

Lenovo

Samsung

Rp 4.800.000

Untuk memiliki barang yang dibutuhkan jika berdasarkan budget yang ada dengan tingkat kepuasaan yang sama terhadap dua barang tersebut maka untuk menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluaran keputusan dalam pembelian ada pada kombinasi barang B. Banyak juga dari kita dalam pemilihan barang tersebut yang menjadikan kombinasi barang A dalam keputusan terakhirnya, padahal ada beban tambahan Rp 100.000 untuk mendapatkan barang tersebut dan ini juga dapat dikatakan bagian dari keinginan. 

Pada intinya kebutuhan itu merupakan sesuatu yang terbatas dan keinginan tidak memiliki batasan. Jika manusia lebih mengedepankan keinginannya maka tingkat kepuasaan yang ada dalam dirinya juga akan meningkat seiring dengan keinginan yang tidak terkendali. Keinginan untuk mengumpulkan kekayaan itu boleh dan diharuskan namun apabila keinginan ini tidak terkontrol maka yang terjadi adalah keserakahan.

Menurut Al-Ghazali, manusia senang mengumpulkan kekayaan dan kepemilikan yang bermacam-macam. Bila ia sudah memiliki dua lebah emas , maka ia juga akan menginginkan lembah emas yang ketiga (ihya, 2:280) karena manusia memiliki aspirasi yang tinggi, ia selalu berpikir bahwa kekayaan yang sekarang cukup mingkin tidak akan bertahan atau mungkin akan hancur sehingga ia membutuhkan lebih banyak lagi. Ia berusaha untuk mengatasi ketakutan ini dengan mengumpulkan lebih banyak lagi. Tetapi ketakutan ini tidak akan berakhir, bahkan bila ia memiliki semua harta didunia (ihya, 3: 346) (1)

Pada apa yang telah digambarkan oleh Al-Ghazali tentang bagaimana sifat manusia yang selalu ingin lebih seharusnya menjadi kesadaran tersendiri untuk kita dalam mengelola keinginan dan kebutuhan. Jangan sampai keinginan yang berlebih tersebut dapat menyebabkan mafsad atau kerusakan pada alam dan lingkungan sekitar kita. Tujuan utama dalam hidup untuk memeroleh kesejahteraan namun harta bukanlah selamanya sebagai jaminan untuk bisa hidup sejahtera.

  • Karim, Adiwarman, 2011, Ekonomi Mikro Islam, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, hlm 64
  • Departemen Agama, 2010, Al-Hikmah (Al-Quran dan Terjemahnya), Bandung: Diponegoro, hlm. 366
  • Ibid., hlm. 346

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun