Mohon tunggu...
Penggemar Rahasia
Penggemar Rahasia Mohon Tunggu... Auditor - Seorang ayah

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Roman

And The Reason Is You

4 Desember 2024   01:06 Diperbarui: 4 Desember 2024   01:29 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, medio 2009 di satu angkot 03 warna putih trek Komplek Sadabuan via Sitataring menuju Pasar Rajawali Pusat Kota Padang Sidimpuan, melalui salah satu siaran radio aku mendengar lagu "The Reason" milik Hoobastank. Saat itu, aku langsung jatuh cinta, meski belum mengerti apa makna & arti lagunya.

And The Reason Is You begitu lirik terakhir di bagian reff, diulang dua kali, seperti sebuah upaya penegasan dari penulis lagu atas sesuatu yang sering dipertanyakan.

Kini, 15 tahun berlalu aku mendengar lagu itu kembali di satu warung sekitaran Hotel Natama secara tidak sengaja. Dan lagu itu, menarik aku pada sebuah pertanyaan filosofis yang dalam tentang sebuah realitas yang terjadi pada diriku akhir-akhir ini.

Pertanyaannya adalah kenapa aku harus berubah dan menjadi lebih baik?

Lama sekali pertanyaan itu menggelinding di kepalaku. Kurang lebih 3 tahun aku bersembunyi dari pertanyaan sederhana itu. Bagiku, pertanyaan tersebut hanya ditujukan pada manusia rapuh, berkarat dan terbuang.

Tapi, lagu milik Hoobastank itu menyadarkanku dan menuntun keluhnya hati pada sebuah jawaban diluar kebiasaan. Lagu yang dulu aku gemari itu akhirnya berubah wujud menjadi teman berjalan menemukan rantai alasan dan membuatku berani menjawab pertanyaan di atas.

Kau tau jawabnya apa? Benar, alasannya adalah kau.

Seperti yang kau tau, 3 tahun aku terombang ambing di atas daun alas, sewaktu-waktu bisa lenyap, entah karena tiupan angin atau mengurai bersama teriknya panas matahari. Seperti yang kau tau, tak kurang ku rasakan pilu menyayat di ulu hati, yang luka itu telah terinfeksi dan menyebar bakteri masuk ke saluran darah, mengumpal di jantung dan menghambat oksigen masuk ke otak. Sewaktu-waktu bisa memisahkan hayat dan raga.

Dan kau tau, seperti Doug Robb sang vokalis Hoobastank yg lantang mengucap "Is You" pada akhir reff lagunya. Aku juga ingin mengucap itu lewat tulisan sederhana ini agar tercatat abadi diingatan dan dunia maya.

Kau tau, itu karena kau.

Aku harus jujur, 2 tahun lalu di gedung kampus yang mewah itu, aku menemukan percikan kecil api harapan lewat anggunnya wajahmu. Dan percikan itu selalu aku pelihara setiap waktu agar tak padam, bahkan api kecil itu aku lempari dengan dedaunan agar kian besar dari waktu ke waktu.

Percikan api yang terlempar dari senyummu saat itu secara diam aku tangkap dan pelihara sehingga besar dan menjadi modal sukma dalam meretas segala gundah, aku biarkan api itu membesar dan membakar diriku yang lemah agar bisa tumbuh kembali dan hadir sebagai orang yang lebih kuat.

Kau tau, meski tak kau sadari. Percikan kecil apu i yang kau lempar dari sapaan sederhanamu itu lah yang akhirnya membuatku melangkah dan berani menantang kesakitan luar biasa.

Aku harus jujur, sebelum api itu muncul. Tak ku miliki yang namanya keberanian, tak muncul dalam hatiku ketabahan. Aku hanya melalui hai-hari dengan kepasrahan tanpa harga diri.

Karena itu, kau adalah alasan sesungguhnya.

Kau adalah alasan yang menguatkan bibir ini untuk protes dan mempertanyakan realitas yang tak logis. Kau adalah alasan kenapa tangan ini berani mencoret kertas pembuktian sebagai langkah maju menuju masa depan.

Lewat percikan api kecil darimu itu, aku melaluinya. Aku menemukan jawaban do'a dari anggun wajah, senyum dan juga sapaanmu, yang semua itu terjadi sepintas, aku yakin kau pun sudah lupa.

Benar, kau adalah alasanku. Dan kau adalah alasan dibalik semua keberanian dan kenekatan ini. Kau tau, disaat tak sadar dan tak kau liik sedikitpun ke arahku. Kau sudah tumbuh dan menyala sejadi-jadinya di hatiku. Kau sudah membakar semua luka-luka itu, meski kau tak sadar.

Jangan bertanyan kenapa bisa? Aku tak tau pasti. Tapi aku sadar. Aku telah berubah sesaat setalah menatapmu, melihat dan mendengar suaramu. Yang kau sendiri tak sadar, namun pastinya, kau pun tak akan percaya.

Hai, wanita anggun pemilik wajah teduh, yamg sering membuat bidadari cemburu. Kau adalah alasan atas semuanya. Karena itu, terima kasih atas api yang kau lemparkan itu.

Hai, wanita pemilik wajah kemerahan saat tersenyum malu. Kau adalah alasannya. Kau, terima kasih. Izinkan aku membakar hatiku dengan api yang tak sengaja kau lemparkan, 2 tahun lalu. Kau saksikan sendiri, api itu akan menyala dan mengantarkan aku pada level hifup yang jauh lebih baik.

Tentu, kau harus ikut agar menyaksikan api itu membakar semua list keinginan dan impian. Karena itu, kau harus selalu hadir, maka hiduplah dan menualah bersamaku. Aku akan membuktikan betapa alasan itu sangat penting. Dan aku bersyukur, kau menjadi alasanku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun