Sebab itu, sesaat setalah ucapannya, jawabannya yang sederhana itu, aku melihat segala macam keindahan di masa depan, dan aku percaya, dengan wanita yang disampingku ini aku mampu meraihnya.
Entah bagaimana dia menemukanku, tapi aku bersyukur telah ditemukannya.
Dia yang menemukanku bukan tanpa luka. Lukanya jelas terlihat meski senyumnya senantiasa terpancar. Lukanya jelas terasa meski tangannya sangat lembut.
Dia yang menemukan ku dengan rela berbagi obat dan resep ajaib untuk saling menyembuhkan. Lantas dalam sukma aku berjanji.
Bahwa wanita yang telah menemukanku inilah yang harus aku perjuangkan, yang olehnya aku akan memeras semua keringat hingga berwujud bahagia.
(Baca juga : Part 1)
Aku berjanji dalam bathin, bahwa segala kebaikan dan kerelaannya tak terbayar, segala kebahagiaan yang ia beri tak akan kuasa ku bayar. Aku hanya akan berkeringat sangat banyak sepanjang hari, agar ia merasakan bagaimana sesungguhnya aku sangat bahagia dengan waktu & kesempatan yang ia beri.
Sebenarnya siapa dia?
Tiga tahun lalu, aku tak mengenalnya. Benar, sama sekali tidak mengenalnya.
Tapi sekarang aku tahu dia siapa. Dan dia adalah balasan yang Tuhan janjikan dalam firman-Nya.
Dia, bagiku, aku tegaskan, bagiku. Dia adalah makna dibalik semua kepiluan yang aku tahankan selama ini. Dia adalah jawaban atas rumitnya rumus kehidupan yang menjebakku dengan kesakitan yang berkepanjangan.
Dia hanya gadis sederhana yang tumbuh dengan kasih sayang keluarga purna. Adab dan akhlaqnya luhur, kalimatnya sangat santun, kulitnya putih berseri, senyumnya menawan, ia tumbuh dengan fisik dan hati yang kuat. Dia berani, dia tabah, dia sabar, dan dia menginspirasi.