Lebih jauh, perpustakaan ini juga mengadakan beberapa aktifitas khusus untuk meningkatkan minat anak untuk berkunjung ke perpustakaan seperti mendongeng, puppet show, membaca bareng, wah banyaklah pokoknya program agar anak gemar berkunjung dan membaca di tempat ini.
Pengalaman berada di perpustakaan tersebut cukup menjawab pertanyaan saya selama ini tentang mengapa oang-orang Amerika amat gemar membaca. Di kafe-kafe, bus, taman, bahkan ketika berdiri di antrian pun, orang-orang baik dewasa maupun remaja yg membaca buku bukanlah pemandangan langka. Beberapa kawan mahasiswa juga menghabiskan waktu senggangnya dengan membaca novel atau sastra kesukaannya. Jika melihat aktifitas di perpustakaan tersebut, saya yakin bahwa kegemaran membaca mereka memang telah dipupuk sejak usia dini. Buku telah menjadi makanan utama mereka.
Saat ini Indonesia menempati urutan ke-124 dunia untuk minat baca. Minat baca kita memang masih kurang sebab aspek pendukung untuk merangsang minat tersebut juga masih minim. Saya teringat, beberapa perpustakaan yang pernah saya kunjungi masih cukup banyak yang seakan kehadirannya formalitas belaka. Hanya sekedar menunjukkan kepedulian dengan menghadirkan ruang baca di sebuah kota, sedangkan esensi dari keberadaan perpustakaan sebagai corong pengetahuan dan magnet minat baca justru terabaikan. Beberapa contoh misalnya suasana ruangan yang redup bahkan menyerupai rumah hantu, buku-buku yang telah usang dan lapuk di rak lemari, hingga literatur yang begitu jarang diupdate. Perpustakaan kita masih minim program yang menitikberatkan pemupukan minat baca utamanya bagi anak usia dini. Alhasil, ketika remaja, sebagian besar siswa membaca buku dalam bentuk transaksional, hanya dilakukan untuk menghafal isi pelajaran menjelang ujian sekolah. Padahal, jika merujuk contoh diatas, pengelolaan perpustakaan yang baik justru yang menjadi fondasi utama untuk masyarakat pencinta buku. Memang, mungkin akan dibutuhkan investasi yang cukup besar untuk menjadikan perpustakaan menarik bagi anak-anak, sebab perlu bukan hanya dukungan infrastruktur, tetapi juga pengelola perpustakaan yang profesional agar bisa menjadikan perpustakaan sebagai magnet.
Namun, dampak jangka panjangnya akan jauh lebih berguna. Sebab dengan begitu, kita tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk mengajak masyarakat membaca, apalagi melalui kegiatan seperti gerakan gemar membaca dsb, sebab buku telah menjadi hobby bagi masyarakat kita.
Â
Kegiatan lain di Kota Ames
Belajar Ketahanan Pangan dari Relawan Lokal di Amerika; Because Sharing is Caring
Antara Kupu-kupu di Reiman Gardens dan di Bantimurung
Ketika Keluarga Indonesia Merayakan Thanksgiving di Amerika
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H