Mohon tunggu...
Zulham Hidayah Pardede
Zulham Hidayah Pardede Mohon Tunggu... Jurnalis - Pelancong

Fastabiqul Khoirot

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ferdy Sambo Tersangka, Kapolri Nyalakan Alarm Untuk Semua

10 Agustus 2022   13:33 Diperbarui: 10 Agustus 2022   14:49 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenderal Pol. Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Hari itu, minggu kedua di bulan Agustus 2022, masih pagi. Benget buru-buru keluar rumah meninggalkan anak dan istrinya yang masih terlelap. Seperti biasa, Benget keluar rumah membawa tas berisi laptop dan berkas-berkas tak jelas.

Tujuannya jelas, bisa online di lopo (baca: warung kopi) milik bang Gunawan. Setahun terakhir Benget memang rutin nongkrong di lopo yang berlokasi tepat di samping SPBU Manunggang Julu itu. Selain karena tersedia wifi meski tidak gratis, harga kopi yang murah menjadi alasan utama. Sesekali Benget bahkan terbantu karena pemilik lopo mengizinkan dia berutang.

"Kopi bang, sedikit gula, seperti biasa," pinta Benget setiba di lopo yang kemudian buru-buru duduk dan menyalakan laptopnya.

"Pagi bener bos," ujar Gunawan sambil meletakkan kopi pesanan Benget.

"Iya bang, mau pantau-pantau perkembangan kasus polisi tembak polisi," jawab Benget ala kadar sambil meminta password wifi.

Sejak awal, Benget memang mengikuti tahapan dan perkembangan kasus kematian Brigadir Josua Hutabarat. Menurut Benget, kematian Brigadir J bukan kasus biasa. Kematian Brigadir J di rumah dinas Irjen Pol Ferdy Sambo akan menjadi pertaruhan harga diri Polri.

"Alhamdulillah, akhirnya Ferdy Sambo ditetapkan menjadi tersangka," tiba-tiba Benget berujar, meski bukan berteriak, ucapannya tersebut terdengar jelas oleh Gunawan yang sedari tadi sibuk dengan judi online-nya.

"Benar, semalam (baca: selasa, 9/8) Kapolri langsung yang mengumumkan," jawab Gunawan sekedar dan kembali fokus dengan judi online-nya.

"Sebenarnya, dari awal kasus ini diungkapkan, saya tidak percaya terjadi saling tembak antara Brigadir J dan Bharada E. Apalagi dengan motif pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J terhadap istri Irjen Pol Ferdy Sambo," celoteh Benget yang kemudian mengundang perhatian Gunawan.

Mendengar pernyataan Benget tersebut, Gunawan meletakkan gadget-nya dan duduk tepat di depan Benget.

"Apa untungnya sih membahas itu, toh tak ada efeknya dengan kita. Biarlah itu menjadi urusan polisi," ujar Gunawan menimpal ucapan Benget. Bagi Gunawan, institusi Polri memang sulit dipercaya. Ia termasuk pengikut mahzab kambing hilang lapor polisi hilang kerbau.

"Tak boleh begitu bang. Meski Abang punya sejuta alasan untuk tidak mempercayai Polri. Tapi kasus ini istimewa. Ini akan membuka tabir dan pelajaran berharga bagi Polri," jelas Benget membantah.

Bagi Benget, ia percaya pada akhirnya Polri akan menetapkan Ferdy Sambo sebagai tersangka. Dan kepercayaannya tersebut terjawab setelah Kapolri Listyo Sigit Prabowo mengumumkan penetapan Ferdy Sambo sebagai tersangka.

Benget beranggapan, penetapan Ferdy Sambo sebagai tersangka adalah cahaya harapan yang menyala terang di Polri. Keberanian Kapolri mengusut kasus yang melibatkan jenderal bintang dua menjadi isyarat bagi oknum polisi dan masyarakat Indonesia. Bahwa siapapun yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundangan berlaku akan ditindak tanpa pandang bulu.

"Penetapan Ferdy Sambo menjadi tersangka menjadi alarm khusus bagi oknum polisi di seluruh Indonesia bang Gunawan," tegas Benget. Ia menambahkan, tak ada lagi yang kebal hukum.

"Yang menjadi persoalan, apakah polisi seluruh Indonesia menangkap sinyal dari Kapolri tersebut," tanya Gunawan.

"Nah, itu tugas kita sebagai masyarakat. Melihat dan melaporkan segala bentuk pelanggaran yang dilakukan oknum polisi, terutama disekitar kita. Dengan aktif melihat dan melaporkan segala pelanggaran yang ada. Masyarakat harus mengambil peran pengawasan, tidak boleh abai apalagi apatis. 

Bukankah kasus ini perlahan terbuka terang setelah masyarakat melakukan pengawasan secara bersama dan berkelanjutan, terutama melalui media sosial," urai Benget.

Benget kian semangat, sembari mengutak-atik laptopnya, berpindah dari satu portal ke portal lainnya membaca berita penetapan Ferdy Sambo sebagai tersangka.

"Jendela komunikasi sekarang terbuka lebar. Akses informasinya banyak. Sekarang, masyarakat yang harus aktif. 

Kemauan masyarakat untuk mengawal kinerja Kepolisian menjadi modal besar untuk terciptanya penegakan hukum yang berkeadilan. Jangan sampai hanya karena kejadian di Jakarta, lantas kita abai. 

Bisa saja kejadian tersebut nantinya menimpa kita. Karenanya, kita harus bersama-sama melakukan pengawasan kinerja Polri," Benget menekankan, ia berharap Gunawan bisa melihat benang merah dan merubah paradigmanya terhadap Polri.

Sebagai mantan pimpinan aktivis mahasiswa, Benget punya intensitas komunikasi yang lumayan dengan Polri, berbagai program dan kerjasama telah dilaluinya. Sepanjang bergaul dengan polisi, Benget memiliki berbagai pengalaman. 

Ia melihat, tidak terhitung jumlahnya oknum polisi yang teguh pendirian dan melakukan tugas dengan tulus. Meski Benget sendiri sadar masih ada beberapa oknum yang nakal dan menyimpang.

"Dari pengalaman saya bang Gunawan, Polri sangat membutuhkan pengawasan masyarakat. Informasi yang benar dari akar rumput harus disampaikan secara benar kepada Polri agar tercipta Kepolisian yang kita idamkan bersama. 

Lah, kalau kita yang sudah melihat pelanggaran oknum polisi lantas diam, lalu kapan akan membaiknya?" tanya Benget yang direspon Gunawan dengan mengangkat kedua bahunya.

"Oknum-oknum polisi nakal dan menyimpang harus dilawan dengan melaporkannya melalui jejaring yang tersedia. Keberanian Kapolri menetapkan Ferdy Sambo sebagai tersangka adalah kemajuan dan sinyal baik. Alarm sudah dihidupkan Kapolri. 

Karenanya, mari bersikap berani bang Gunawan, jangan jadi banci," kata Benget mengejek Gunawan yang dari tadi diam merenung tidak jelas.

Hampir 3 jam Benget di lopo Gunawan, namun kopinya tak berkurang. Bahkan belum diaduk, gula dan kopi belum bercampur.

"Astaga, kopiku. Kalau belum diaduk dan berkurang begini berapa harganya bang?" tanya Benget dengan tertawa sambil merapikan laptopnya.

"Bah, tetap 3 ribu tambah wifi 2 ribu, total 5 ribu bos," jawab Gunawan lugas dengan spontan, lalu tertawa.

Sesaat sebelum mereka berpisah, Gunawan bertanya kemana tujuan Benget selanjutnya.

"Ke Polres bang. Melaporkan tempat dan pelaku perjudian online," jawab Benget yang membuat Gunawan kaget.

"Dimana dan siapa itu pelakunya bos?" tanya Gunawan seketika.

"Di lopo kopi samping SPBU Manunggang Julu, pelakunya bernama Gunawan," jawab Benget yang kemudian membuat mereka berdua terbahak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun